PCOS atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin, penderita sindrom metabolik memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu TGT atau
glukosa darah puasa terganggu GDPT sebelumnya. Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti stroke, penyakit jantung koroner PJK, atau Peripheral
Arterial Diseases PAD PERKENI, 2011.
2.1.4. Patofisiologi
Diabetes tipe 2 merupakan suatu kelainan dengan karakteristik utama adalah terjadinya hiperglikemik kronik. Meskipun pola pewarisannya belum jelas,
faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang penting dalam munculnya diabetes tipe 2. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor-faktor
lingkungan seperti gaya hidup, diet, rendahnya aktifitas fisik, obesitas, dan tingginya kadar asam lemak bebas. Mekanisme terjadinya diabetes tipe 2
umumnya disebabkan karena resistensi terhadap insulin atau defek sekresi insulin. Resistensi terhadap insulin terjadi disebabkan oleh penurunan kemampuan
hormon insulin untuk bekerja secara efektif pada jaringan-jaringan target perifer terutama pada otot dan hati. Untuk mencapai kadar glukosa darah yang normal
dibutuhkan kadar insulin plasma yang lebih tinggi. Pada orang dengan diabetes tipe 2, terjadi penurunan pada penggunaan maksimum insulin, yaitu lebih rendah
30-60 daripada orang normal. Resistensi terhadap kerja insulin menyebabkan terjadinya gangguan penggunaan insulin oleh jaringan-jaringan yang sensitif dan
meningkatkan pengeluaran glukosa hati. Kedua efek ini memberikan kontribusi terjadinya hiperglikemi pada diabetes. Kelainan yang juga khas pada diabetes tipe
2 adalah ketidakmampuan sel beta defek sekresi insulin yang meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
sekresi insulin dalam waktu 10 menit setelah pemberian glukosa oral dan lambatnya pelepasan insulin fase akut. Hal ini akan dikompensasi pada fase
lambat, dimana sekresi insulin pada diabetes melitus tipe 2 terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal. Meskipun telah terjadi kompensasi, tetapi
kadar insulin tetap tidak mampu mengatasi hiperglikemia yang ada atau terjadi defisiensi relatif yang menyebabkan keadaan hiperglikemi sepanjang hari.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe 2. Meskipun
demikian, diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non-Ketotik
HHNK. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat selama bertahun- tahun dan progresif, maka awitan diabetes tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi.
Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti; kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama-lama
sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur jika kadar glukosanya sangat tinggi. Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit diabetes selama
bertahun-tahun adalah terjadinya komplikasi diabetes jangka panjang misalnya, kelainan mata, neuropati perifer, kelainan vaskuler perifer mungkin sudah terjadi
sebelum diagnosis ditegakkan Smeltzer Bare, 2010.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Manifestasi Klinis