batik membuat satu jenis film dalam istilah sablon kemudian menggunakannya berkali-kali  pada  lembaran  kain  yang  menjadi  objek  batik  printing.  Besarnya
bidang film yang dibuat membuat proses duplikasi motif menjadi lebih cepat.
Gambar 16. Proses Printing disadur dari batiklestariplupuh.blogspot.com
Paragraf  tiga merupakan pernyataan yang didasari pernyataan Hasanudin, Suwarno  Wisetrotomo,  Sudarso  Sp,  Biranul  Anas  dan  sebagainya  yang
mengungkapkan  bahwa  batik  tidak    lagi  dibuat  untuk  kepentingan  tradisi  namun untuk kepentingan yang lebih beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan terkini
yang salah satu contohnya kebutuhan fashion dan ekspresi berkesenian. Bagian ini disajikan  dengan  memberikan  ilustrasi  yang  menggambarkan  penggunaan  motif
batik tradisional dengan kebutuhan masa kini yang dikaitkan dengan fashion.
4. Halaman 4
Halaman  ini  masih  lanjutan  halaman  pendahuluan  dan  merupakan pendahuluan bagian akhir. Bagian ini berisi pernyataan tentang motif batik klasik
yang  menjadi  ikon  batik.  Pernyataan  ini  diadaptasi  dari  pernyataan  yang menawarkan moderniasasi batik melalui berbagai daya dan upaya diluar apa yang
telah menjadi tradisi batik, seperti penggunaan batik untuk film animasi yang di-
Gambar 17. Isi Buku: Pendahuluan
kemukakan  Dwi  Budi  Harto  dalam  tulisannya  “Fungsi  Batik  Masih  dapat Diothak-Athik:  Sebuah  Tawaran  Revitalisasi  Batik  untuk  Film  Animasi  Khas
Indonesia”  dan  tulisan  lain  “Siapa  Mendesain  Karakter  Berbatik,  akan  Menuai Karakter  Budaya  bnagsa  yang  Apik  dan  Mendidik”,  atau  penggunaan  batik
sebagai  dekorasi  Mercy  dalam  tulisan  Asidigisianti  Surya  Patria  “Estetika Paradoks Batik Mercedes Benz”.
Tulisan-tulisan  tersebut  diatas  berangkat  dari  pendefinisian  batik  dengan ruang  lingkup  motifnya  yang  kemudian  mengambil  kesimpulan  bahwa  apapun
teknisnya  yang  penting  menghasilkan  motif  batik  dapat  disebut  batik.  tulisan- tulisan  diatas  memang  tidak  menyatakan  bahwa  yang  menjadi  ikon  batik  adalah
batik  klasik  karena  tulisan-tulisan  tersebut  tersebut  juga  membahas  sisi  modern namun  tetap  mempertahankan  beberapa  ciri  klasik  yang  diantaranya  kaya  akan
titik,  ataupun  menggunakan  motif  klasik  yang  dimodifikasi.  Sehingga  peneliti menyimpulkan  bahwa  yang  menjadi  ikon  klasik  adalah  batik  klasik  dan  segala
gubahannya.Penyajian menggunakan ilustrasi yang menggambarkan hal tersebut.
5. Halaman 6
Gambar 18. Isi Buku: Pengertian Batik Klasik
Paragraf  pertama  menggunakan  perumpamaan  dengan  asumsi  meskipun pembaca  tidak  mampu  memahami  kalimat  panjang  yang  akan  disajikan  namun
dapat  mengingat  antonim  kata  tersebut.  Sumber  yang  digunakan  adalah pernyataan Sewan Susanto dalam buku yang sudah sempat dibahas pada bab ini.
6. Halaman 7
Gambar 19. Isi Buku: Perbedaan Batik Klasik Modern
Halaman  ini  membahas  perbedaan  batik  klasik  dan  modern  yang  secara keseluruhan  merupakan  rangkuman  dari  pernyataan  yang  disampaikan  Biranul
Anas,  Suwarno  Wisetrotomo,  dan  Bakti  Utama  pada  tulisan  dengan  judul  yang sama dengan yang sudah sempat disinggung pada halaman-halaman sebelumnya.
Pernyataan yang dimaksud antara lain: Anas yang mengungkapkan karakter batik klasik  dan  modern  yang  berbeda  disertai  beberapa  point  penjabarannya,
pernyataan  Suwarno  tentang  pengertian  modern  dalam  kaitannya  dengan  batik, dan  Bakti  tentang  struktur  politis.  Penyajian  menggunakan  kalimat  uraianbukan
numeric point dan ilustrasi memanjang untuk memberikan kesan padat dan rapih.
7. Halaman 8