25 perusahaan, maka mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan
mengambil judul
“Pengaruh Pengendalian Internal, Budaya Organisasi dan Kompensasi Terhadap Perilaku Etis Pegawai Negeri Sipil pada Badan
kepegawaian Daerah Kab.Karo” 1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu,
“Apakah pengendalian Internal, Budaya Organisasi dan Kompensasi berpengaruh terhadap Perilaku Etis Pegawai Negeri Sipil pada Badan
kepegawaian Daerah Kab.Karo ”.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitan ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris nyata tentang :
1. Untuk mengetahui dan mengalisis pengaruh pengendalian internal terhadap Perilaku Etis Pegawai Negeri Sipil pada Badan kepegawaian
Daerah Kab.Karo. 2. Untuk mengetahui dan mengalisis pengaruh budaya organisasi terhadap
Perilaku Etis Pegawai Negeri Sipil pada Badan kepegawaian Daerah Kab.Karo.
3. Untuk mengetahui dan mengalisis pengaruh kompensasi terhadap Perilaku
Etis Pegawai Negeri Sipil pada Badan kepegawaian Daerah Kab.Karo.
Universitas Sumatera Utara
26
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memeberikan manfaat bagi semua pihak, diantaranya :
1. Bagi Pegawai Negeri Sipil Badan Kepegawaian Daerah Kab. Karo. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah khususnya pada Badan Kepegawaian Daerah BKD Kab. Karo terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya perlaku etis berdasarkan persepsi dari aparatur pemerintahan sehingga dapat mengambil langkah-langkah yang tepat
dalam rangka pencegahan maupun penanggulangan masalah perlakuan tidak etis dan kecurangan di pemerintahan.
2. Bagi peneliti lainnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi
maupun bahan kajian dalam penelitian sejenis, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku etis dan dalam perusahaan swasta maupun instansi
pemeritahaan. 3. Bagi penulis.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan sebagai acuan untuk dapat mengetahui pengaruh pengendalian internal, budaya organisasi,
kompensasi terhadap perilaku etis Pegawai Negeri Sipipl PNS pada bagian Badan Kepegawaian Dearah BKD Kab. Karo.
Universitas Sumatera Utara
27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengendalian Internal
2.1.1 Pengertian Pengendalian Internal
Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masing- masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional
perusahaan atau organisasi tertentu. Perusahaan pada umumnya menggunakan Sistem Pengendalian Internal untuk mengarahkan operasi perusahaan dan
mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian Pengendalian Internal, antara
lain: 1. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Pengendalian
Internal Pemerintah adalah seluruh proses kegiatan evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. Dalam pengembangan dan
penerapannya perlu
dilakukan secara komprehensif dan
harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan, yang selanjutnya disingkat BPKP, adalah
Universitas Sumatera Utara
28 aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung
kepada Presiden. 2. Menurut Mulyadi 2002:
181, menyatakan bahwa, “Sistem Pengendalian Internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen, dan personel lain, yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yakni
kendala pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi operasi”
3. Menurut Fees 2000:183, “Pengendalian Internal internal control
merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva dari penyalahgunaan, memastikan bahwa informasi usaha akurat, dan
memastikan bahwa perundang-undangan serta peraturan dipatuhi sebagaimana mestinya.”
4. Dalam arti sempit yang di kemukakan oleh Zaki Baridwan 2004:97, ”Pengendalian Internal merupakan pengecekan penjumlahan, baik
penjumlahan mendatar cross footing maupun penjumlahan menurun footing. Dalam arti yang luas, pengendalian internal tidak hanya meliputi
pekerjaan pengecekan tetapi juga meliputi semua alat-alat yang dipergunakan manajemen untuk mengadakan pengawasan.
5. Menurut AICPA Baidaie, 2005: 44, ”Pengendalian Internal adalah suatu
proses yang dipengaruhi affected by board of directors, manajemen dan pegawai lainnya, yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang layak
Universitas Sumatera Utara
29 reasonable insurance dapat dicapainya tujuan-tujuan yang berkaitan
dengan : 1 dapat dipercayainya laporan keuangan,
2 efektivitas san efisiensi operasi, 3 ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Menurut Nugroho 2001:168, Pengendalian internal adalah pengendalian yang mempunyai dua fungsi utama yaitu:
1 Mengamankan sumber daya organisasi dari penyalahgunaan 2 Mendorong efisiensi operasi organisasi.
7. Menurut Winters 2002:132, Pengendalian Internal adalah alat untuk mengendalikan aktivitas entitas guna membantu menjamin bahwa
aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada akhirnya dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan pengertian-pengertian pengendalian internal diatas, kita dapat memahami bahwa pengendalian internal merupakan suatu proses yang terdiri dari
kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk dilaksanakan oleh orang-orang untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan-tujuan tertentu
yang saling berkaitan. Dengan adanya penerapan pengendalian intern dalam setiap kegiatan operasi perusahaan, maka diharapkan tidak akan terjadi tindakan-
tindakan penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan, misalnya penggelapan fraude baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.
Universitas Sumatera Utara
30
2.1.2 Tujuan Pengendalian Internal
Tujuan Pengendalian Internal menurut Mulyadi 2002:180 adalah sebagai berikut:
1. informasi keuangan Pengendalian internal ini membuat manajemen bertanggung jawab
menyiapkan laporan keuangan untuk kepentingan pihak intern dan ekstern perusahaan. Laporan yang disajikan harus dapat diandalkan.
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku Pengendalian internal ini dimaksudkan agar organisasi melakukan
kegiatannya sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku. 3. Efektivitas dan efisiensi operasi
Pengendalian internal dalam perusahaan merupakan alat untuk mengurangi kegiatan pemborosan dan mengurangi penggunaan sumber
daya yang tidak efektif dan efisien dalam operasi perusahaan.
2.1.3 Dimensi-dimensi Pengendalian Internal
Indonesia Mengacu pada pada berbagai dimensi Pengendalian Internal yang telah dipraktikkan di lingkungan pemerintahan di berbagai negara PP No.60
Tahun 2008, yaitu meliputi : 1. Lingkungan pengendalian. Lingkungan pengendalian adalah kondisi
dalam Instansi Pemerintah yang memengaruhi efektivitas pengendalian intern. Unsur ini menekankan bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah
dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara keseluruhan lingkungan organisasi, sehingga dapat menimbulkan perilaku positif
Universitas Sumatera Utara
31 dan mendukung pengendalian intern dan manajemen yang sehat.
Lingkungan pengendalian dapat diwujudkan melalui: 1 Penegakan integritas dan nilai etika;
2 Komitmen terhadap kompetensi; 3 Kepemimpinan yang kondusif;
4 Pembentukan struktur organisasi yang
sesuai dengan
kebutuhan; 5 Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
6 Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia;
7 Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;
8 Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait. 2. Penilaian risiko. Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas
kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah. Unsur ini memberikan penekanan bahwa
pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam.
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis resiko. Identifikasi
risiko sekurang-kurangnya dilaksanakan dengan menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan
pada tingkatan kegiatan secara komprehensif,
menggunakan
Universitas Sumatera Utara
32 mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor eksternal
dan faktor internal serta menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko. Sedangkan analisis resiko dilaksanakan untuk menentukan
dampak dari risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah dengan tetap menerapkan prinsip kehati-
hatian. Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi Pemerintah perlu
menetapkan tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Tujuan Instansi Pemerintah memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu. Tujuan
Instansi Pemerintah tersebut wajib dikomunikasikan kepada seluruh pegawai, sehingga untuk mencapainya pimpinan Instansi Pemerintah
perlu menetapkan strategi operasional yang konsisten dan strategi manajemen yang terintegrasi dengan rencana penilaian risiko.
Begitupula dengan
tujuan pada
tingkatan kegiatan,
sekurangkurangnya dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1 Berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis Instansi Pemerintah;
2 Saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan lainnya;
3 Relevan dengan seluruh kegiatan utama Instansi Pemerintah;
Universitas Sumatera Utara
33 4 Mengandung unsur kriteria pengukuran;
5 Didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup; dan 6 Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.
3. Kegiatan pengendalian. Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan
kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Unsur ini menekankan bahwa
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas
dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan. Penyelenggaraan kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan
pokok Instansi Pemerintah, seperti: 1 Review
atas kinerja
Instansi Pemerintah
yang bersangkutan;
2 Pembinaan sumber daya manusiaPegawai Pemerintahan; 3 Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
4 Pengendalian fisik atas aset; 5 Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
6 Pemisahan fungsi; 7 Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;
8 Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;
9 Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;
Universitas Sumatera Utara
34 10 Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern
serta transaksi dan kejadian penting. Selain itu, kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses
penilaian risiko dan disesuaikan dengan sifat khusus Instansi Pemerintah. Kebijakan dan prosedur dalam kegiatan pengendalian
harus ditetapkan secara tertulis dan dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan tersebut, sehingga untuk menjamin kegiatan pengendalian
masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan maka harus dievaluasi secara teratur.
4. Informasi dan komunikasi. Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan
menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.
Dalam hal
ini pimpinan
Instansi Pemerintah
wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam
bentuk dan waktu yang tepat. Berkaitan dengan pengkomunikasian informasi, wajib diselenggarakan secara efektif, dengan cara sebagai
berikut: 1 Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan
sarana komunikasi; dan
Universitas Sumatera Utara
35 2 Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem
informasi secara terus menerus. 5. Pemantauan. Pemantauan pengendalian intern pada dasarnya adalah
untuk memastikan apakah sistem pengendalian intern pada suatu instansi pemerintah telah berjalan sebagaimana yang diharapkan dan
apakah perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan telah dilaksanakan sesuai dengan perkembangan. Unsur ini mencakup penilaian desain
dan operasi pengendalian serta pelaksanaan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Pimpinan instansi harus menaruh perhatian serius terhadap kegiatan pemantauan atas pengendalian intern dan perkembangan misi
organisasi. Pengendalian yang tidak dipantau dengan baik cenderung memberikan pengaruh yang buruk dalam jangka waktu tertentu. Oleh
karena itu, agar kegiatan pemantauan menjadi lebih efektif, seluruh pegawai perlu mengerti misi organisasi, tujuan, tingkat toleransi risiko
dan tanggung jawab rnasing-masing. Dalam menerapkan unsur Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
SPIP, setiap pimpinan Instansi Pemerintah bertanggung jawab untuk mengembangkan kebijakan, prosedur dan praktik detail untuk
menyesuaikan dengan kegiatan Instansi Pemerintah dan untuk memastikan bahwa unsur tersebut telah menyatu dan menjadi bagian
integral dari kegiatan Instansi Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
36 Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan
SPIP dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan
pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Lingkup
pengaturan pengawasan intern ini mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi sumber daya manusia, kode etik, standar audit,
pelaporan, dan
telaahan sejawat.
Sedangkan Pembinaan
penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis
penyelenggaraan, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, pembimbingan dan konsultansi SPIP, serta peningkatan kompetensi auditor aparat
pengawasan intern pemerintah APIP pada setiap instansi Pemerintahan.
2.1.4 Keterbatasan Pengendalian Internal
Keterbatasan yang terdapat dalam pengendalian internal dapat mengakibatkan tujuan dari pengendalian internal tidak akan tercapai.
Keterbatasan-keterbatasan tersebut menurut Mulyadi 2002:181 adalah: 1. Kesalahan dalam pertimbangan
Kesalahan dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin yang biasanya dilakukan oleh manajemen
atau personel lain. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh tidak memadainya informasi yang diterima, keterbatasan waktu, dan tekanan lain.
Universitas Sumatera Utara
37 2. Gangguan
Adanya kekeliruan dalam memahami perintah, terjadinya kesalahan karena kelalaian dan perubahan yang bersifat sementara atau permanent
dalam personil atau dalam sistem dan prosedur yang diterapkan. 3. Kolusi
Kerja sama antara pihak-pihak yang terkait, yang mana seharusnya antara pihak-pihak tersebut saling mengawasi, tetapi malah saling bekerja sama
untuk menutupi kesalahan-kesalahan yang dibuat baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
4. Pengabaian oleh manajemen Manajemen mengabaikan kebijakan dan prosedur yang telah diterapkan
semata-mata untuk kepentingan pribadinya sehingga pengendalian internal tidak berfungsi secara baik.
5. Biaya lawan manfaat Biaya yang telah dikeluarkan untuk penerapan pengendalian internal tidak
boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari adanya penerapan pengendalian internal tersebut.
2.1.5 Efektivitas Pengendalian Internal
Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program yang dikaitkan dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu pengendalian internal dikatakan
efektif apabila memahami tingkat sejauh mana tujuan operasi entitas tercapai, laporan keuangan yang diterbitkan dipersiapkan secara handal, hukum dan
regulasi yang berlaku dipatuhi.
Universitas Sumatera Utara
38
2.2 Budaya Organisasi
2.2.1 Pengertian Budaya Organisasi
Robbin 2007:165 mendefenisikan bahwa budaya organisasi adalah sebagai suatu sistem makna yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan
organisasi tersebut dengan organisasi lain. Robbin mendefenisikan budaya organisasi sebagai sebuah sistem pemaknaan bersama yang dibentuk oleh
anggotanya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Riani 2011 menjelaskan bahwa budaya organisasi merupakan sistem dari shared value,
keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur formalnya untuk menciptakan norma-norma perilaku.
Budaya organisasi juga mencakup nilai-nilai dan standar-standar yang mengarahkan perilaku pelaku organisasi dan menentukan arah organisasi secara
keseluruhan. Budaya organisasi adalah simbol dan interaksi unik pada setiap organisasi.
Hal ini meliputi cara berpikir, berperilaku, berkeyakinan yang sama-sama dimiliki oleh anggota unit Marquis, 2010:135. Budaya organisasi tampak dalam dimensi
aktivitas tugas dan aktivitas pemeliharaan dinamika kelompokorganisasi yang berupa penggunaan bahasa, pengambilan keputusan, teknologi yang digunakan,
dan praktik kerja sehari-hari. Druicker dalam Tika, 2006:58 menyebutkan bahwa budaya organisasi
adalah pokok penyelesaian masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian
Universitas Sumatera Utara
39 mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk
memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka budaya organisasi adalah
aturan kerja yang ada di organisasi yang akan menjadi pegangan dari sumber daya manusia dalam menjalankan kewajibannya dan nilai-nilai untuk berperilaku dalam
organisasi. Nilai-nilai tersebut tercermin dalam perilaku dan sikap mereka sehari- hari selama mereka berada dalam organisasi tersebut dan sewaktu mewakili
organisasi berhadapan dengan pihak luar. Dengan kata budaya organisasi adalah aturan kerja yang ada di organisasi yang akan menjadi pegangan dari sumber daya
manusia dalam menjalankan kewajibannya dan nilai-nilai untuk berperilaku dalam organisasi. Nilai-nilai tersebut tercermin dalam perilaku dan sikap mereka sehari-
hari selama mereka berada dalam organisasi tersebut dan sewaktu mewakili organisasi berhadapan dengan pihak luar.
Dengan kata budaya organisasi mencerminkan cara staf melakukan sesuatu membuat keputusan, melayani masyarakat, dll yang dapat dilihat kasat
mata dan dirasakan terutama oleh orang diluar organisasi tersebut. Dapat juga dikatakan budaya organisasi adalah pola terpadu perilaku manusia di dalam
organisasi termasuk pemikiran-pemikiran, tindakan-tindakan, pembicaraan- pembicaraan yang dipelajari dan diajarkan kepada generasi berikutnya Muluk,
2005:15.
Universitas Sumatera Utara
40
2.2.2 Dimensi Budaya Organisasi
1. Dimensi budaya organisasi yang berwujud tangible Budaya perusahaan yang berwujud terdiri atas cara-cara berperilaku,
berbicara, berdandan, serta simbol-simbol seperti logo perusahaan, lambang merek, ritual, pahlawan, kegiatan seremonial, bahasa serta cerita-cerita
perkembangan organisasi Artefak adalah dimensi isi budaya organisasi yang dapat ditangkap
pancaindra. Ketika masuk ke dalam suatu organisasi, orang dapat melihat dan merasakan dengan jelas artefak budaya organisasi. Termasuk dalam artefak
budaya suatu organisasi adalah : 1 Objek material : logo, produk, brosur, laporan tahunan dan benda seni
dari organisasi. 2 Rancangan fisik : arsitektur gedung, tata ruang kantor, dan tempat
parkir 3 Bahasa : kata-kata, kalimat, jenis bahasa bahasa halus atau bahasa
pasar dan bahasa gerak tubuh. 4 Simbol-simbol : kata-kata, objek dan kondisi yang mempunyai arti
bagi organisasi. Misalnya logo, lambang dan bendera organisasi, tanda pangkat, pakaian kebesaran, seragam dan sebagainya.
5 Peraturan, sistem-sistem, prosedur dan program-program, misalnya faktor sumber daya manusia berhubungan dengan kompetensi, evaluasi
kinerja dan promosi, peraturan yang mengukur struktur, program jaminan mutu dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
41 Seremoni merupakan budaya organisasi atau tindakan kolektif pemujaan
budaya yang mengingatkan dan memperkuat nilai-nilai budaya. Sedangkan ritual adalah aktivitas yang direncanakan, terperinci, yang mengonsolidasi berbagai
bentuk ekspresi budaya ke dalam peristiwa terorganisasi yang dilaksaanakan melalui interaksi sosial, umumnya untuk keuntungan audiens, peserta ritual atau
upacara. Setiap organisasi yang sudah mapan pasti memiliki sejumlah pahlawan
atau hero. Pahlawan organisasi adalah pendiri, pemimpin dan mereka yang berjasa terhadap organisasi. Pendiri organisasi adalah orang atau kelompok yang
memikirkan visi, misi, tujuan dan perlunya didirikan organisasi. 2. Budaya perusahaan Tidak Berwujud Intangible
Merupakan elemen budaya yang terdiri dari nilai-nilai dasar, norma, asumsi, dan filsafat organisasi.
Menurut Wirawan 2007:45 Nilai-nilai adalah merupakan pedoman atau kepercayaan yang dipergunakan oleh orang atau organisasi untuk bersikap jika
berhadapan dengan situasi yang harus membuat pilihan. Nilai-nilai berhubungan erat dengan moral dan kode etik yang menentukan apa yang harus dilakukan.
Individu dan organisasi yang mempunyai nilai kejujuran, integritas, dan keterbukaan menganggap mereka harus bertindak jujur dan berintegritas tinggi.
Norma adalah peraturan, tatanan, ketentuan, standar, gaya, dan pola perilaku yang menentukan perilaku yang dianggap pantas dan dianggap tidak
pantas dalam merespon sesuatu. Asumsi adalah dugaan yang dianggap benar dan
Universitas Sumatera Utara
42 diterima sebagai dasar berpikir dan bertindak. Asumsi mempengaruhi persepsi,
perasaan, dan emosi anggota organisasi mengenai sesuatu. Filsafat organisasi adalah pendapat organisasi mengenai hakikat atau
esensi sesuatu. Perusahaan mempunyai filsafat yang berbeda. Ada perusahaan yang berpendapat bahwa keuntungan merupakan tujuan perusahaan, sedangkan
perusahaan lain berpendapat bahwa tujuan perusahaan adalah memuaskan pelanggan, sedangkan keuntungan hanya merupakan ukuran berhasil atau
tidaknya perusahaan dalam melayani konsumen.
2.2.3 Fungsi Budaya Organisasi
Tika 2006:14 dalam bukunya yan g berjudul “Budaya Organisasi dan
Peningkatan Kinerja Perusahaan”, menyatakan bahwa terdapat 10 fungsi utama budaya organisasi, diantaranya :
1. sebagai batas pembeda terhadap lingkungan, organisasi maupun kelompok lain. Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu yang dimiliki oleh
suatu organisasi atau kelompok yang tidak dimiliki organisasi atau kelompok lain.
2. sebagai perekat bagi anggota organisasi dalam suatu organisasi. Hal ini merupakan bagian dari komitmen kolektif dari anggota organisasi. Mereka
bangga sebagai seorang pegawai suatu organisasi atau perusahaan. Para pegawai mempunyai rasa memiliki, partisipasi, dan memiliki rasa
tanggung jawab atas kemajuan perusahaannya.
Universitas Sumatera Utara
43 3. mempromosikan stabilitas sistem sosial. Hal ini tergambarkan dimana
lingkungan kerja dirasakan positif, mendukung, dan konflik serta perubahan diatur secara efektif.
4. sebagai mekanisme dalam memandu dan membentuk sikap serta perilaku anggota-anggota organisasi. Dengan dilebarkannya mekanisme kontrol,
didatarkannya struktur, diperkenalkannya tim-tim dan diberi kuasanya anggota organisasi oleh organisasi, makna bersama yang diberikan oleh
suatu budaya yang kuat memastikan bahwa semua orang diarahkan kearah yang sama.
5. sebagai integrator. Budaya organisasi dapat dijadikan integrator karena adanya sub-sub budaya baru. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh
adanya perusahaan-perusahaan besar dimana setiap unit terdapat sub 6. membentuk perilaku bagi anggota-anggota organisasi. Fungsi ini
dimaksudkan agar anggota-anggota organisasi
dapat memahami
bagaimana mencapai suatu tujuan organisasi. 7. sebagai saran untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok organisasi.
Budaya organisasi diharapkan dapat mengatasi masalah adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan masalah integrasi internal.
8. sebagai acuan dalam menyusun perencanaan pemasaran, segmentasi pasar, penentuan positioning yang akan dikuasai perusahaan tersebut.
9. sebagai alat komunikasi. Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan atau sebaliknya, serta antaranggota
organisasi. Budaya sebagai alat komunikasi tercermin pada aspek-aspek
Universitas Sumatera Utara
44 komunikasi yang mencakup kata-kata, segala sesuatu yang bersifat
material dan perilaku. Oleh karena itu, fungsi budaya organisasi sebagai pedoman kontrol dalam
membentuk sikap dan perilaku karyawan dalam menyelesaikan masalah-masalah organisasi melalui nilai-nilai dan norma yang dianut untul lebih berinovasi.
Budaya organisasi dapat pula berfungsi sebagai kontrol atas sikap dan perilaku anggota-anggota organisasi dalam mencapai tujuan.
2.2.4 Pembentukan Budaya Organisasi
Robbins 2001:154 berpendapat bahwa dibutuhkan waktu yang lama untuk pembentukan budaya organisasi. Sekali terbentuk, budaya itu cenderung
berakar, sehingga sukar bagi para manager untuk mengubahnya.
Sumber : Robbins 2001
Gambar 2.1 Proses Pembentukan Budaya Organisasi
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa budaya organisasi diturunkan dari filsafat pendiri, kemudian budaya ini sangat mempengaruhi kriteria yang
digunakan dalam merekrutmemperkerjakan anggota organisasi. Tindakan dari manajemen puncak menentukan iklim umum dari perilaku yang dapat diterima
Filosofi Pendiri
Kriteria Seleksi
Manajemen Puncak
Sosialisasi Budaya
Organisasi
Universitas Sumatera Utara
45 baik dan tidak. Tingkat kesuksesan dalam mensosialisasikan budaya organisasi
tergantung pada kecocokan nilai-nilai staf baru dengan nilai-nilai organisasi dalam proses seleksi maupun pada preferensi manajemen puncak akan metode-
metode sosialisasi. 2.2.5 Kekuatan Budaya Organisasi
Menurut Robbins dalam Tika, 2006:108 mendefinisikan budaya organisasi kuat adalah budaya di mana nilai-nilai inti organisasi dipegang secara
intensif dan dianut bersama secara meluas oleh anggota organisasi. Sedangkan menurut Vijay Sathe, budaya organisasi kuat adalah budaya organisasi yang ideal
di mana kekuatan budaya mempengaruhi intensitas perilaku. Dalam menentukan kekuatan budaya organisasi, terdapat dua faktor di
dalamnya yaitu, kebersamaan dan identitas. Kebersamaan dapat ditunjukan dengan besarnya derajat kesamaan yang dimiliki oleh para anggota organisasi
tentang nilai-nilai inti yang dianut secara bersama. Sedangkan intensitas adalah derajat komitmen para anggota organisasi terhadap nilai-nilai inti budaya
organisasi. Pada organisasi yang memiliki budaya organisasi yang kuat memiliki
ciriciri seperti, anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi, tahu dan jelas apa tujuan organisasi serta mengerti perilaku mana yang dipandang baik dan tidak
baik. Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam perusahaan digariskan dengan jelas, dimengerti dan dipatuhi. Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak
hanya berhenti pada slogan, tetapi dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh orang-orang yang bekerja dalam perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
46 Dari penjelasan tersebut maka budaya organisasi akan membantu
mengarahkan sumber daya manusia pada pencapaian visi, misi, nilai dan tujuan organisasi. Budaya organisasi juga akan meningkatkan solidaritas dan keakraban
tim antar departemen, divisi atau unit dalam organisasi sehingga mampu menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan dalam suatu organisasi.
2.3 Kompensasi
2.3.1 Pengertian Kompensasi
Hasibuan 2007:118 mengatakan bahwa kompensasi adalah semua bentuk pendapatan baik berupa uang maupun non uang yang diterima langsung atau tidak
langsung oleh karyawan sebagai imbalan atas balas jasa atas apa yang telah diberikan karyawan kepada perusahaan tempatnya bekerja.
A compensation is anything that constitutes or is regarded as an equivalent orrecompense yang artinya kompensasi adalah segala sesuatu yang
merupakandianggap mampu sebagai suatu balas jasa atau setara imbalan Hasibuan, 2007:118.
Pemberian kompensasi menurut Odunlade 2012 yaitu mengacu kembali pada semua bentuk imbalan dan manfaat nyata lainnya yang diterima karyawan
sebagai imbalan dari hubungan kerjakinerja yang telah diberikan oleh karyawan untuk perusahaan.
Pendapat tersebut juga didukung oleh Dessler 2006:85 yang mengartikan kompensasi sebagai segala hal yang merujuk pada semua bentuk upah atau
imbalan yang diterima karyawan yang muncul dari pekerjaan yang telah mampu mereka selesaikan, dan mempunyai dua komponen utama yaitu pembayaran
Universitas Sumatera Utara
47 langsung dan tidak langsung. Pembayaran langsung biasanya dalam bentuk upah
lembur, gaji pokok, premi, insentif, komisi, bonus, tunjangan. Pembayaran tidak langsung biasanya dalam bentuk tunjangan keuangan seperti asuransi dan uang
liburan yang dibayar oleh peruasahaan, pujian, penghargaan secara lisan, dan rasa aman.
Menurut McNamara 2006:116 menganggap kompensasi lebih terperinci lagi yaitu termasuk isu-isu terkait upah atau program gaji dan struktur yang
diperoleh dari deskripsi pekerjaan, program berbasis jasa, program berbasis bonus, program berbasis komisi dan sebagainya.
Dari pengertian kompensasi yang dinyatakan oleh para ahli dan peneliti terdahulu tersebut sebenarnya hampirlah sama sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa kesesuaian kompensasi adalah tingkat kesesuaian dari segala macam bentuk balas jasa yang diterima dari perusahaanorganisasi baik berupa materiil
maupun nonmateriil atas pengorbanan dan kontrubusi yang telah diberikan karyawan untuk perusahaanorganisasi tempatnya bekerja.
2.3.2 Jenis Kompensasi
Terdapat beberapa jenis kompensasi yang umumnya digunakan dalam suatu perusahaan. Kompensasi menurut hasibuan 2007:118 dibedakan menjadi
dua yaitu: 1. Kompensasi langsung
Kompensasi langsung terdiri dari: 1 Gaji: balas jasa yang dibayar secara periodik karyawan tetap serta
mempunyai jaminan yang tepat.
Universitas Sumatera Utara
48 2 Upah: balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja harian dengan
berpedoman atas perjanjian yang disepakati. 3 Upah insentif: tambahan atas jasa yang diberikan kepada karyawan
tertentu yang prestasinya di atas prestasi standar. 4 Tunjangan adalah unsur-unsur balas jasa yang diberikan dalam nilai
rupiah secara langsung kepada karyawan individual dan dapat diketahui secara pasti. Tunjangan diberikan kepada karyawan
dimaksud agar dapat menimbulkanmeningkatkan semangat kerja dan kegairahan bagi para karyawan. Adapun pelbagai macam tunjangan
yang terdapat di-Lembaga Pendidikan Komputer IMKA dan dibagi bersama gaji terdiri atas :
a Tunjangan Jabatan Tunjangan ini hanya diberikan kepada mereka-mereka yang mempunyai jabatan tertentu, seerpti
misalnya: Pengawas, Kepala Bagian, Manajer, ataupun Direktur. Besarnya tunjangan jabatan untuk masing-masing
personil tidaklah sama. Hal ini sangat tergantung dengan beban pekerjaan, prestasi yang dihasilkan serta beratnya
tangggung jawab pekerjaan yang dipikul. Tunjangan jabatan biasanya diberikan bersama-sama dengan gaji
pokok. b Tunjangan lembur Setiap karyawan yang bekerja diluar jam
kerja ataupun karyawan yang bekerja pada hari-hari libur, ataupun karyawan yang memiliki jam-kerja lebih besar dari
Universitas Sumatera Utara
49 8 jam dalam sehari, maka sesuai dengan peraturan
pemerintah, karyawan yang bersangkutan berhak untuk menerima tunjangan lembur. Besarnya tunjangan lembur
ini sangatlah bervariasi, tetapi biasanya setiap perusahaan sudah memiliki peraturan tersendiri yang mengatur secara
khusus mengenai besarnya tunjangan lembur setiap karyawan yang mereka miliki. Karyawan bagian pemasaran
biasanya tidak memiliki fasilitas yang berupa tunjangan lembur, karena prestasi mereka diukur berdasar omzet
penjualan yang mereka hasilkan. sebagai gantinya, biasanya mereka akan mendapat bonus yang besarnya sesuai dengan
apa yang mereka hasilkan kepada perusahaan. 2. Kompensasi tidak langsung
Kompensasi tidak langsung meliputi semua imbalan finansial yang tidak tercakup dalam kompensasi langsung. Kompensasi tidak langsung
menurut Nawawi 2001:316 adalah “Program pemberian penghargaan atau ganjaran dengan variasi yang luas, sebagai bagian keuntungan
organisasi atau perusahaan”. Sedangkan menurut Handoko 2001:183, “Kompensasi tidak
langsung adalah balas jasa pelengkap atau tunjangan yang diberikan pada karyawan berdasarkan kemampuan perusahaan”. Jadi kompensasi tidak
langsung merupakan balas jasa yang diberikan dalam bentuk pelayanan
Universitas Sumatera Utara
50 karyawan, karena diperlakukan sebagai upaya penciptaan kondisi dan
lingkungan kerja yang menyenangkan. Selanjutnya, Handoko 2001:185 menggolongkan kompensasi tidak
langsung menjadi beberapa bagian yaitu: 1 Pembayaran upah untuk waktu tidak bekerja time-off benefit,
meliputi: a Istirahat on the jobb.
b Liburan dan cuti c Alasan lain, misal kehamilan, kecelakaan, upacara
pemakaman. d Perlindungan ekonomis terhadap bahaya, meliputi:
e Jaminan pembayaran upah dalam jumlah tertentu selama suatu periode
f Rencana-rencana pensiun g Tunjangan hari tua
h Tunjangan pengobatan i Pembentukan koperasi atau yayasan yang mengelola
kredit karyawan. j Program pelayanan karyawan, meliputi:
2 Pembayaran kompensasi yang ditetapkan secara legal. Kompensasi tidak langsung yang digunakan adalah
perlindungan ekonomis terhadap bahaya berupa tunjangan kesehatan, bayaran di luar jam kerja sakit, hari besar, cuti,
Universitas Sumatera Utara
51 dan program pelayanan karyawan berupa penyediaan fasilitas-
fasilitas kendaraan, sarana olahraga, sarana peribadatan dengan alasan ketiga item tersebut sesuai dengan kondisi yang
ada dalam perusahaan. Kompensasi tidak langsung diberikan pada karyawan dalam rangka menciptakan kondisi kerja yang
menyenangkan, dan memberikan kepuasan pada karyawan sehingga diharapkan karyawan merasa nyaman bekerja dalam
perusahaan.
2.3.3 Sistem Pemberian Kompensasi
Sistem kompensasi dibagi menjadi tiga bagian menurut Hasibuan 2007:123-125 sebagai berikut:
1. Untuk Sistem waktu Besarnya kompensasi yang ditetapkan perusahaan berdasarkan pada
standar waktu yang telah ditetapkan sebelumnya, seperti per jam kerja, mingguan, bulanan atau bahkan tahunan. Administrasi pengupahan
sistem waktu relatif lebih mudah mudah serta dapat diterapkan kepada karyawan tetap maupun harian. Jadi dalam sistem ini karyawan
mendapatkan kompensasi sesuai dengan perjanjian awal dengan perusahaan, dan biasanya bersifat tetap.
2. Sistem hasil Output Dalam sistem hasil output, besarnya kompensasi yang dibayar
didasarkan kepada banyaknya hasil yang dikerjakan bukan kepada lamanya waktu pengerjaannya. Sistem hasil ini tidak dapat diterapkan
Universitas Sumatera Utara
52 kepada karyawan tetap sistem waktu dan jenis pekerjaan yang tidak
mempunyai standar fisik, serta bagi karyawan administrasi. 3. Sistem borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya kompensasi didasarkan atas volume pekerjaan dan lama
mengerjakannya. Jadi perusahaan memiliki patokan atau dasar dalam pemberian kompensasi
terhadap karyawan dengan memperhatikan semangat atau motivasi karyawan, laba perusahaan, serta output barang maupun jasa yang berkualitas. Sehingga
semua pihak baik karyawan maupun perusahaan sama-sama memperoleh kepuasan dan tujuan perusahaan maupun tujuan individu dapat tercapai tanpa
merugikan pihak manapun.
2.3.4 Tujuan Pemberian Kompensasi
Menurut Hasibuan 2007:121 menjabarkan tentang tujuan pemberian kompensasi sebagai berikut:
1. Ikatan Kerja Sama Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan formal antara perusahaan
dan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, sedangkan perusahaan wajib membayar kompensasi sesuai dengan
perjanjian yang disepakati.
Universitas Sumatera Utara
53 2. Kepuasan kerja
Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja
dari jabatannya. 3. Pengadaan Efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.
4. Motivasi Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah
memotivasi bawahannya. 5. Stabilitas Karyawan
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta konsistensi yang kompentatif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turnover
relatif kecil. 6. Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan-peraturan
yang berlaku. 7. Pengaruh Serikat Buruh
Dengan program kompensasi yang baik, pengaruh serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.
8. Pengaruh Pemerintah
Universitas Sumatera Utara
54 Jika program kompensasi sesuai undang-undang perburuhan yang berlaku
seperti batas minimum maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.
2.3.5 Prinsip-prinsip Kompensasi
Dalam pemberian kompensasi perlu diterapkan prinsip-prinsip yang mampu mempermudah perusahaan dalam proses pemberian kompensasi kepada
karyawan. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya ialah sebagai berikut Siagian, 2008:
1. Prinsip keadilan Dalam penentuan prinsip adil bukanlah suatu hal yang mudah, untuk itu
perlu menggunakan empat kriteria pembanding yaitu: 1 Menilai apakah imbalan yang diterimanya sesuai atau tidak dengan
harapannya; 2 Membandingkan dengan imbalan yang pernah diterimanya ketika
bekerja ditempat lain; 3 Membandingkan jumlah dan jenis imbalan yang diterima dengan yang
diterima oleh rekan sekerjanya dengan asumsi memenuhi syarat yang sama;
4 Membandingkan dengan sistem imbalan di perusahaan lain yang bergerak dibidang yang sama.
2. Prinsip kewajaran Hal ini berarti bahwa besarnya kompensasi yang diberikan memungkinkan
karyawan yang bersangkutan beserta keluarganya mempertahankan gaya
Universitas Sumatera Utara
55 hidup yang layak sesuai dengan kedudukan sosial dan martabatnya di
perusahaan dan di masyarakat.
3. Prinsip kesetaraan Apabila di pasar kerja berlaku tingkat upah dan gaji tertentu yang telah
ditentukan antara lain melalui kesepakatan asosiasi pengguna tenaga kerja maka prinsip ini akan mudah diterapkan.
4. Prinsip kemampuan organisasi Dalam pemberian kompensasi perusahaan harus sudah melakukan berbagi
pertimbangan terkait kemampuan perusahaan karena pemberian
kompensasi juga harus disesuaikan dengan kondisi keuangan perusahaan.
2.4 Perilaku Etis
2.4.1 Pengertian Perilaku Etis
Perilaku menurut Thoha 2008:34 “adalah suatu fungsi dari interaksi antara seorang individu dengan lingkungannya”. Ini berarti bahwa seorang
individu dengan lingkungannya, yang dalam hal ini adalah perusahaan, menentukan perilaku keduanya secara langsung. Keduanya mempunyai sifat-sifat
khusus atau karakteristik tersendiri dan jika kedua karakteristik berinteraksi maka akan menimbulkan perilaku individu dalam organisasi.
Etika ethics secara luas dapat diartikan sebagai serangkaian prinsip nilai atau moral. Menurut Daft
2002:167 “Etika merupakan prinsip-prinsip dan nilai- nilai moral yang mengatur perilaku seseorang atau sebuah kelompok dalam
hubungannya dengan apa yang benar atau yang salah.
Universitas Sumatera Utara
56 Menurut Griffin dan Ebert 2006:58 pengertian “etika” merupakan
keyakinan mengenai tindakan yang benar dan yang salah, atau tindakan yang baik dan yang buruk, yang mempengaruhi hal lainnya. Perilaku etis adalah perilaku
yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang benar dan baik.
Dari masing-masing pengertian di atas maka dapat diketahui bahwa Perilaku Etis Karyawan adalah interaksi karyawan terhadap perusahaan dengan
mengikuti prinsip-prinsip dan nilainilai moral yang berlaku. Perilaku etis sangat diperlukan dalam masyarakat, tidak lain halnya dalam
perusahaan. Perilaku ini menjaga agar baik manajemen maupun karyawan- karyawan di dalamnya berkomunikasi secara efektif. Agar kebutuhan akan
perilaku etis terpenuhi, maka dibuatlah serangkaian prinsip atau nilai moral yang telah ditentukan dalam undang-undang dan peraturan. Akan tetapi, prinsip-prinsip
etis harus dapat didefinisikan dengan baik karena bila tidak, akan menjadi tidak berguna.
2.4.2 Dimensi Perilaku Etis
Menurut Robbins judge 2008:152 dimensi pengukuran perilaku etis karyawan dapat dilihat dari hal-hal berikut ini:
1. Kesetiaan terhadap organisasi. Kesetiaan karyawan terhadap organisasi dapat menunjukkan seberapa besar loyalitas karyawan terhadap
perusahaaan dengan menjaga dan membela organisasi, mengutamakan kepentingan organisasi serta mampu menyimpan rahasia organisasi
dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
57 2. Menghargai hubungan. Dengan menghargai hubungan antara sesama
rekan kerja karyawan cenderung memprtimbangkan implikasi etis dari tindakan-tindakan mereka terhadap individu lain. Seperti menghargai
pendapat orang lain, menghorma sesama rekan kerja, tidak mencela ataupun menghina hasil kerja orang lain.
3. Kehadiran. Kehadiran merupakan keikutsertaan karyawan secara fisik dan mental terhadap aktifitas kerja dan jam-jam efektif. Kehadiran dapat
dilihat dari hadirnya karyawan setiap hari kerja, ketepatan jam masuk dan pulangnya karyawan, dan tidak meninggalkan kantor pada jam kerja.
4. Kedisplinan. Kedisplinan merupakan sikap seseorang yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti dan mematuhi segala peraturan yang telah
ditentukan. Kedisplinan karywan dapat dilihat dari sikap taat karyawan pada peraturan yang berlaku didalam perusahaan, tingkah laku karyawan
didalam perusahaan yang mencerminkan karyawan yang disiplin seperti bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan
perusahaan.
2.4.3 Prinsip Etis
Menurut Arens 2006:108 terdapat beberapa prinsip etis, antara lain: 1. Tanggung Jawab Dalam mengemban tanggungjawabnya sebagai
profesional, para anggota harus melaksanakan pertimbangan profesional dan moral yang sensitif dalam semua aktivitas mereka,
Universitas Sumatera Utara
58 2. Kepentingan Publik Para anggota harus menerima kewajiban untuk
bertindak sedemikian rupa agar dapat melayani kepentingan publik, serta menunjukkan komitmennya dan profesionalnya.
2.5 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
NAMA PENELITI
JUDUL PENELITIAN
VARIABEL PENELITIAN
TEKNIK ANALISIS
HASIL PENELITIA
N X
Y
Prima Nugraha
Sinaga 2010
Pengaruh budaa organisasi
terhadap perilaku etis
pegawai pada sekertariat
daerah Dairi, Sumatera utara
Budaya organisa
si X
Perilaku Etis
Pegawai Y
Korelasion al dengan
pendekatan kuantitatif
Terdapat hubungan
positif antara budaya
organisasi variabel X
terhadap perilaku etis
pegawai vaiabel Y
pada sekertariat
daerah Dairi, Sumatera
Utara.
E.Boshoff E.S. van Zyl
2011 The relationship
between locus of control and
ethical behaviour
among employees in
the financial sector
Pengend alian
Internal X
1
Perilaku Etis
X
2
Kinerja Karyaw
an Analisis
Regresi Linear
Berganda Hubungan
statistik yang signifikan
p≤0,05 ditemukan
antara locus of control
internal dan perilaku etis.
Universitas Sumatera Utara
59
Sumber: Sinaga 2010, Boshoff Zyl 2011, Arifiyani 2012, Jayanti Rasmini 2013, Amir 2014.
2.6
Kerangka Konseptual
Pengendalian internal memegang peranan penting dalam organisasi untuk meminimalisir terjadinya kecurangan Fauwzi, 2011:114. Pengendalian internal
yang efektif akan menutup peluang terjadinya perilaku yang tidak etis serta
NAMA PENELITI
JUDUL PENELITIAN
VARIABEL PENELITIAN
TEKNIK ANALISIS
HASIL PENELTIAN
X Y
Hesti Arlich Arifiyani
2012 Pengaruh
pengendalian intern,
kepatuhan dan kompensasi
manajemen Terhadap
perilaku etis karyawan
Pengend alian
Internal X
1
Kepatuh an
X
2
Kompen sasi
Manaje men
X
3
Periaku Etis
Karyaw an
Analisis Regresi
Linear Berganda
Pengendalian Intern,Kepatuh
an dan Kompensasi
Manajemen secara
bersama-sama simultan
berpengaruh positif dan
signifikanterha dap Perilaku
Etis Karyawan
Ni Putu Indah
Jayanti, NiKetut
Rasmini 2013
pengaruh pengendalian
intern, motivasi, dan reward
manajemen pada perilaku etis
konsultan Pengend
alian Internal
X
1
motivasi X
2
reward manaje
men X
3
perilaku etis
konsulta n
Analisis Regresi
Linear Berganda
Pengendalian intern,
motivasi dan reward
manajemen berpengaruh
positif secara simultan pada
perilaku etis konsultan.
Kusuma Agrianto
Amir 2014
pengaruh kepatuhan,
pengendalian intern terhadap
perilaku etis karyawan studi
kasus pada karyawan
ketahanan pangan kota
makassar Kepatuh
an X
1
Pengend alian
internal X
2
Perilaku etis
karyawa n
Analisis Regresi
Linear Berganda
Berdasarkan hasil uji
simultan, variabel x
memiliki pengaruh
terhadap perilaku etis.
Universitas Sumatera Utara
60 kecenderungan untuk berlaku curang. Pengendalian internal adalah proses yang
dirancang untuk memberikan kepastian yang layak mengenai pencapaian tujuan manajemen tentang reliabilitas pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi
operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku Arens, 2006:412.
Organisasi yang menerapkan budaya dapat membantu perilaku etis ada rganisasi tersebut. Budaya organisasi bisa mempengaruhi perilaku etis itu melalui
faktor individu dan faktor sosial dimana dari kedua faktor tersebut sangat berperan penting dalam pembentukan sikap perilaku seseorang dalam
berorganisasi sehingga dapat dijadikan budaya organisasi menurut Griffin 2004:122
Faktor individu ini sangat mempengaruhi pada dasar pembentukan perilaku etis seseorang dimana tingkat pengetahuan, nilai-nilai moral yang
tertanam pada diri, sikap dan perilaku dari pribadi seseorang yang akan membentuk suatu cara hidup yang berkembang dalam kegiatan berkelompok yang
akan terbentuk nantinya dalam suatu organisasi. Jadi faktor individu adalah bagian dasar yang sangat berpengaruh dalam pembentukkan perilaku etis
seseorang.
Faktor sosial ini juga membuat pembentukan pada perilaku etis seseorang dimana budaya organisasi muncul dari adanya perkumpulan sosial yang
membentuk norma budaya, keputusan, tindakan dan perilaku rekan kerja, serta nilai moral dan sikap kelompok yang saling berinteraksi. Jadi faktor sosial
merupakan juga bagian dasar setelah faktor individu yang berpengaruh dalam
Universitas Sumatera Utara
61 pembentukan perilaku etis seseorang dari budaya organisasi yang sudah ada sejak
dahulu. Jensen and Meckling 2007 menjelaskan dengan adanya program
kompensasi yang transparan akan membuat perlakuan tidak etis dan kecendrungan kecurangan yang terjadi dalam instansi pemerintahan dapat
ditanggulangi. Karena Tujuan pemberian kompensasi balas jasa antara lain adalah sebagal ikatan kerja sama, kepuasaan kerja, pengadaan efektif, motivasi,
stabilitas karyawan, disiplin, serta pengaruh serikat buruh dan pemerintah. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan skema sistematis
kerangka konseptual sebagai berikut:
Sumber: Fauwzi 2011, Arens 2006, Griffin 2004
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Pengandalian internal X1
Budaya Organisasi X2
Kompensasi X3
Perilaku Etis Y
Universitas Sumatera Utara
62
2.7 Hipotesis