B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat di identifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Jenis kenakalan yang dilakukan siswa SMK Putra Bangsa Depok
2. Kurangnya perhatian dari orang tua, guru dan masyarakat dalam pergaulan
siswa 3.
Lingkungan pergaulan yang berpengaruh negatif bagi siswa 4.
Belum maksimalnya implementasi program bimbingan dan konseling di sekolah
5. Belum maksimalnya layanan terhadap siswa dalam program bimbingan dan
konseling.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan masalah dalam skripsi ini, dan agar pembahasannya lebih terarah, maka penulis memberikan batasan
masalah kepada “Implementasi program bimbingan dan konseling dalam mengantisipasi kenakalan siswa”
D. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis, maka
masalah yang dapat dirumuskan yaitu:
“Bagaimana implementasi program bimbingan dan konseling dalam mengantisipasi kenakalan siswa di SMK
Putra Bangsa Depok
?”
E. Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan peneliti tentang bimbingan dan konseling untuk
bekal dikemudian hari sebagai tenaga pengajar yang peduli terhadap kebutuhan siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
2. Untuk menambah sumber bacaan tentang bimbingan dan konseling di
sekolah.
3. Dapat digunakan sebagai masukan untuk pengembangan sekolah, yang
meliputi pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap siswa. 4.
Menambah sumber pengetahuan tentang mengatasi kenakalan siswa di lingkungan sekolah.
F. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1.
Kenakalan apa saja yang dilakukan siswa SMK Putra Bangsa Depok 2.
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling 3.
Implementasi program bimbingan dan konseling dalam mengatisipasi kenakalan siswa di SMK Putra Bangsa Depok
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kenakalan Siswa
Permasalahan kehidupan dan dinamika remaja tidak akan berhenti, karena berkaitan dengan dinamika hidup manusia di dunia ini. Kehidupan
remaja saat ini sering dihadapkan pada berbagai masalah yang amat kompleks yang tentunya sangat perlu mendapat perhtian kita semua.
Salah satu masalah tersebut adalah semakin menurunnya tatakrama kehidupan sosial dan etika moral remaja dalam praktik kehidupan, baik di
rumah, di sekolah, maupun lingkungan sekitarnya, yang mengakibatkan timbulnya sejumlah efek negatif di masyarakat yang akhir-akhir ini makin
merisaukan. Efek tersebut misalnya, semakin maraknya penyimpangan diberbagai norma kehidupan yang terwujud dalam bentuk-bentuk perilaku anti
sosial seperti tawuran, penganiayaan, perusakan fasilitas umum, pencurian, serta perbuatan amoral lainnya.
1
Sebelum penulis membahas lebih jauh tentang berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh remaja atau yang lebih dikenal dengan kenakalan remaja,
maka penulis akan terlebih dahulu memberikan suatu pengertian tentang apa yang dimaksud dengan remaja dan bagaimana karakteristik yang
sesungguhnya terdapat pada diri remaja itu sendiri.
1
Aat Syaf, dkk. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja Juvenile Deliquency. Rajawali Press, h. 2.
10
1. Pengertian Remaja
Remaja adalah sosok manusia yang unik yang berbeda dengan yang lainnya, karena keunikannya itu maka banyak para psikolog yang mencoba
meneliti sosok remaja dari berbagai aspek kehidupannya. Dari penelitian itu para ilmuwan mencoba mendefinisikan remaja itu dengan berbagai versi
sesuai dengan bidangnya. Oleh sebab itu, sampai saat ini belum ada kata sepakat untuk mendefinisikan istilah remaja ini. Disini penulis akan coba
mengemukakan beberapa pengertian remaja yang dirasa cukup mewakili dan mendeskripsikan hakikat remaja.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, pengertian remaja adalah mulai dewasa atau sudah sampai umur untuk kawin.
2
Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa anak
kemasa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.
3
Istilah adolescent atau remaja itu sendiri berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescent seperti
yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup kemantapan mental, emosional, sosial dan fisik. Secara psikologi masa remaja
adalah usia pada saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya mengenai hak.
4
Masa remaja menurut M. Alisuf Sabri adalah “suatu periode peralihan, yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, suatu masa perubahan
sikap dan perilakunya, usia bermasalah yang sering terjadi dan sulit diatasi oleh remaja, karena disebabkan mereka merasa dirinya mandiri sehingga
mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, masa dimana remaja tidak realistik karena mereka cenderung untuk memandang kehidupan atau melihat
2
Daniel Haryono Desi Damayanti, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, Jakarta: Media Pustaka Phoenix, 2008, cet. Ke- 3, h. 713.
3
Singgih D. Gunarsa dan Ny, Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1983, h. 16-17.
4
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga, 1980, h. 206.
11
dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya.
5
Masa ini sering disebut juga sebagai masa “strum and drang” karena anak itu emosinya timbul dengan cepat, sehingga menimbulkan kemauan-
kemauan yang keras. Ia mulai sadar tentang dirinya sendiri dan ingin melepaskan dirinya dari segala bentuk kekangan dan berontak terhadap
norma-norma yang berlaku yang kiranya tak dikehendakinya.
6
Sarlito Wirawan mendeskripsikan tentang permulaan remaja sebagai berikut: “permulaan masa remaja ditandai dengan kematangan seksual, dalam
arti organ-organ seksualnya sudah dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengembangkan keturunan. Pada remaja putri tandanya mulai mengalami
menstruasi, sedangkan pada remaja putra air maninya sudah cukup matang.
7
Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah mahluk yang akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi
dewasa dengan segala bentuk perubahan baik dari segi fisik, mental psikologi, emosional maupun perkembangan pribadi dan sosialnya menuju perubahan
yang berarti bagi dirinya dan bagi lingkungan masyarakatnya pada masa yang akan dating. Sedangkan untuk batas usia seseorang yang dikatakan remaja
yaitu antara 13-21 tahun.
a. Ciri-ciri Remaja
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Dalam kondisi seperti inilah terlihat bahwa remaja itu masih labil.
5
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu, 1997, cet. Ke-2, h. 160-162.
6
Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema Remaja, Jakarta: Kalam Mulia, 1999, cet. Ke-1, h. 64.
7
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Bulan Bintang, 2000, cet. Ke-8, h. 32.
12
Keadaan labil ini yang biasa terlihat dari ciri-ciri khas remaja itu sendiri yang membedakan mereka dari kanak-kanak dan orang dewasa.
Ciri-ciri khas remaja antara lain: 1
Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa strom stress. Peningkatan
emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja.
2 Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan
seksual. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3 Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan
orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik
yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan
untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting.
4 Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa. 5
Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Disatu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi
lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan ini, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung
jawab ini.
8
b. Karakteristik Perkembangan Remaja
Sejak di dalam kandungan hingga lahir, seorang individu tumbuh menjadi anak remaja atau dewasa. Hal ini berarti terjadi proses perubahan
pada diri setiap individu. Aspek-aspek perubahan yang dialami oleh setiap individu meliputi fisik, kognitif maupun psikososialnya.
Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan individu, antara lain:
1 Faktor-faktor dalam diri individu sendiri meliputi faktor-faktor
endogen, faktor endogen ini sudah ada sejak saat kelahiran, bahkan sejak permulaan pertumbuhan benih menjadi janin, sehingga disebut
8
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Prenada Media Group, 2011, cet. Ke-1, h. 235-236.
13
faktor hereditas keturunan yang langsung diwarisi anak dari orang tua, dan juga faktor konstitusi.
2 Faktor-faktor berasal dari luar individu meliputi faktor-faktor eksogen,
yang terdiri dari faktor lingkungan, makanan, dan belajar.
9
Masa remaja merupakan salah satu diantara masa rentangan kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat.
Dalam jangka 3-4 tahun sosok remaja tumbuh sehingga tinggi badannya menyamai tinggi badan orang tuanya. Namun pertumbuhan fisik yang
terjadi tidak stabil, semua pertumbuhan jasmani yang cepat itu dapat menimbulkan kegoncangan emosi, kecemasan dan kekhawatiran. Bahkan
kepercayaan kepada agama yang telah tumbuh pada masa sebelumnya mungkin pula mengalami kegoncangan karena merasa kecewa pada
dirinya. Pada masa ini mulai timbul dorongan-dorongan dan keinginan-
keinginan untuk memuaskan seksual. Seiring dengan norma yang berlaku dalam masyarakat maupun agama mereka tidak dapat secara langsung
memuaskan dorongan serta keinginannya diluar perkawinan, oleh karena itu mereka mencari jalan lain seperti berkhayal, menonton film porno dan
sebagainya. Pertumbuhan fisik yang cepat terjadi pada remaja awal lambat laun
menurun ketika memasuki remaja akhir. Hurlock mengemukakan bahwa anak laki-laki memulai pertumbuhan pesatnya lebih lambat daripada anak
perempuan, pertumbuhan laki-laki berlangsung lebih lama, sehingga pada saat matang biasanya laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.
10
Diantara pertumbuhan-pertumbuhan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan
tubuh, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi, dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh, yakni mulai terlihatnya penonjolan pada otot-otot
dada, tumbuhnya jakun, serta mulai tumbuhnya bulu di sekitar kemaluan
9
Panuut Panuju Ida Umami, Psikologi Remaja, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1999, cet. Ke-1, h. 69-73.
10
Elizabet B. Hurlock, Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga, 1980, h. 210.