nilai-nilai dalam Pancasila, yaitu sebagai berikut kelima sila dalam Pancasila.
Pendidikan yang berlandaskan sila Ketuhanan YME, berarti dalam penyelenggaraan pendidikannya harus mengandung atau bermuatan nilai
religius atau keagamaan. Pendidikan yang berlandaskan sila kemanusiaan yang adil dan beradab, berarti dalam penyelenggaraanya harus
mengandung muatan nilai intelektual, nilai sosial dan nilai pendidikan kemanusiaan yang adil dan beradab pula. Pendidikan yang berlandaskan
sila persatuan Indonesia, maka dalam penyelenggaraanya harus dapat menanamkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Pendidikan yang berlandaskan sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratanperwakilan, maka dalam
penyelenggaraan pendidikan yang berpedoman kepada kedua sila tersebut harus dapat menanamkan nilai-nilai sosial-politik yang berlaku dalam
negara Indonesia. 2. Landasan Agama
Indonesia adalah Negara yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga bangsa Indonesia harus beragama, walaupun agama yang
dianutnya berbeda-beda. Hal ini akan menjadi suatu keyakinan bahwa setiap individu menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Agama yang
mendambakan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Setiap pemeluk agama akan meyakini bahwa sumber kebenaran utama dalam hidup adalah
ajaran agamanya. Setiap ajaran Agama melarang pemeluknya berbuat jahat, dan selalu mengajurkan berbuat baik, yang berbeda adalah dalam hal
syariat ibadahnya atau kegiatan ritual Agamanya. 3. Landasan Kultural Budaya Bangsa
Bangsa Indonesia memiliki budaya atau adat-istiadat atai nilai-nilai luhur bangsa walaupun berbeda-beda memiliki kesamaan norma seperti
sikap bergotong-royong, saling menghargai dan menghormati. Nilai-nilai luhur budaya ini harus dilestarikan sebagai khas bangsa timur yang
memiliki tata sopan santun dalam hidup, bagaimana pergaulan anak dengan orangtuanya, hubungan antar sesamanya, maupun antar suku
bangsa yang kesemuanya menjunjung tinggi semangat “Bhineka Tunggal Ika”, walaupun berbeda-beda tetap satu satu sebagai bangsa Indonesia.
c. Pendekatan Penanaman Nilai dalam Pendidikan Sains
Pendidikan nilai merupakan upaya eksplisit untuk mengajarkan nilai- nilai dan atau menilai. Superka, Ahrens dan Hedstrom 1976 menyatakan ada
lima pendekatan dasar dalam pendidikan nilai-nilai:
32
1 Penanaman inculcation. Sebagian besar pendidik yang memandang pendidikan nilai-nilai dari perspektif sosial atau cultural melihat nilai-nilai
sebagai penerimaan standar atau aturan perilaku. Siswa menghubungkan nilai-nilai ini dengan sistem nilainya sendiri.
2 Perkembangan moral moral development. Perspektif perkembangan moral yakni pemikiran moral berkembang dalam tahap-tahap melalui
urutan spesifik. Pendekatan ini terutama berfokus pada nilai-nilai moral seperti: kejujuran, keadilan, persamaan dan martabat manusia, sendangkan
nilai-nilai lain tidak dipertimbangkan. 3 Analisis analysis. Pendekatanini menekankan pada pemikiran dan
penalaran social rational thingking and reasoning. Tujuan dari pendekatan anilisis ini untuk membantu siswa menggunakan pemikiran
logis dan langkah-langkah penelitian ilmiah berkenaan dengan isu-isu nilai.
4 Klarifikasi nilai value clarification. Fokus sentralnya adalah membantu siswa menggunakan pemikiran rasional maupun kesadaran emosionalnya
untuk menguji pola-pola perilaku personal dan mengklarifikasi dan mengaktualisasikan nilai-nilainya.
5 Action learning. Nilai mencakup proses implementasi disamping pengembangan. Pendekatan ini terkait dengan upaya pendidik studi sosial
yang menekankan pada pengalaman kerja yang didasarkan pada kemasyarakatan ketimbang pengalaman kerja ruang kelas.
Pendekatan penanaman nilai inculcation approach adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam
diri siswa. Metode yang digunakan dalam pendekatan penanaman nilai antara
32
Sutarno, op. cit, h. 54
lain: keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan peranan, dan lain-lain.
33
Strategi penanaman nilai dikenal sebagai strategi yang paling tua dalam pendidikan nilai. Cara yang sering digunakan dalam strategi ini adalah
ceramah, teknik penguatan cerita, bernyanyi, atau permainan. Penggunaan strategi ini akan lebih efektif jika didahului oleh proses klarifikasi nilai secara
bermakna.
34
Salah satu model pengembangan kesadaran nilai yang kita kenal ialah model pewarisan lewat pengajaran langsung, atau semacam indoktrinasi.
Kepada anak didik nilai-nilai disampaikan atau ditanamkan, bahkan sering dipompakan dengan pengulangan-pengulangan, latihan, dan pemaksaan secara
mekanistik. Pengaruh yang negatif atau merugikan anak harus dicegah dari lingkungan anak. Di sini nilai-nilai moral yang ada dalam masyarakat
dimengerti lebih sebagai kebajikan-kebajikan, seperti ketertiban, kejujuran, kesederhanaan, dan sebagainya, atau sebagai tindakan sosial yang positif.
35
Menurut Nik Azis Pa, pendukung pendekatan pemupukan penerapan nilai membuat andaian bahwa terdapat satu set mutlak atau sejagat yang
disetujui oleh masyarakat, dan nilai tersebut tidak berubah dan dapat digunakan dengan sewajarnya dalam semua keadaan. Pendekatan ini
menganggap bahwa nilai sejagat berasal dari Tuhan atau terbit dari hukum alam semula jadi. Peranan guru adalah untuk memindahkan nilai sejagat ke
dalam diri para pelajar dan memastikan mereka bertingkah laku selaras dengan nilai tersebut. Peranan pelajar pula adalah untuk menerima nilai sejagat yang
diajar oleh guru tanpa perbincangan.
36
Menurut Rohaida, salah satu pendekatan untuk perkembangan nilai adalah dengan menanamkan nilai kepada siswa secara langsung, yang artinya
guru memperkenalkan pemberian pertimbangan nilai dan berusaha untuk memasukannya ke dalam diri siswa. Nilai merupakan konsep yang sederhana
dari bagaimana seharusnya suatu hal dan nilai-nilai tersebut mengakui seluruh
33
Trimo, “Pendekatan Penanaman Nilai dalam Pendidikan”, diambil dari Suciptoardi.wordpress.com,
20 Juni 2008.
34
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2004, h. 183
35
Kaswardi, dkk., loc. cit, h. 77
36
Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematik Cabaran dan Keperluan”, International Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education,
3-4 August 2007, University of Malaya, p. 21