Pengertian Nilai Hakikat Nilai

perwujudan nilai dapat dicerminkan dalam tindakan kita secara menetap. 8 Bertens mengungkapkan bahwa nilai adalah sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan, singkatnya, sesuatu yang baik Adimassana; 2001. 9 Horton dan Hunt dalam J. Dwi Narwoko dan Bagong suyanto mengatakan nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti. Nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang, tetapi tidak menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu itu salah atau benar. 10 Suatu tindakan dianggap sah artinya secara moral dapat diterima kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat dimana tindakan itu dilakukan. Nilai bukan saja melibatkan aspek kepercayaan tetapi juga aspek pemahaman, perasaan, dan tingkah laku manusia. Definisi bagi istilah nilai adalah sejumlah hal yang dianggap penting, berharga, berguna atau mustahak. Secara lebih abstrak nilai seringkali merujuk pada prinsip, standar, atau pegangan yang melibatkan hal yang dianggap penting atau berharga. 11 Berdasarkan definisi Brian V. Hill, nilai adalah memberikan prioritas bagi individu dan masyarakat terhadap keyakinan tertentu, pengalaman, dan tujuan, dalam menyimpulkan bagaimana masa depan mereka, dan apa saja yang mereka miliki. 12 Kohlberg mengklasifikasikan nilai menjadi dua, yaitu nilai obyektif dan nilai subyektif. Nilai obyektif atau nilai universal yaitu nilai yang bersifat intrinsik, yakni nilai hakiki yang berlaku sepanjang masa secara universal. Termasuk dalam nilai universal ini antara lain hakikat kebenaran, keindahan dan keadilan. Adapun nilai subyektif yaitu nilai yang sudah memiliki warna, 8 Thomas W. Nielsen, “Value Education through Thinking, Feeling and Doing”, in Sosial Educator, Vol.23, No.2, August 2005. 9 Krisnamukti, “Dari Non Vitae sed Scholae Discimus Menuju Non Scholae sed Vitae Discimus”, Diambil dari www.krisnaster.blogspot.com, 1 Maret 2008. 10 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta: Prenada Media, 2004, h. 35. 11 Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematik Cabaran dan Keperluan” , International Seminar on Development of Values in Mathematics and Science Education , 3-4 August 2007, Universiti of Malaya, p. 4. 12 Brian V. Hill, “Values Education In Schools”, taken from www.curriculum.edu.au, March 1, 2008. isi dan corak tertentu sesuai dengan waktu, tempat dan budaya kelompok masyarakat tertentu. 13 Khoiron Rosyadi mengutip pendapat Hoffmeister mengatakan bahwa nilai adalah implikasi hubungan yang diadakan oleh manusia yang sedang memberi nilai antara satu benda dengan satu ukuran. 14 Nilai dirasakan dalam diri kita masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi penting dalam kehidupan sampai pada suatu tingkat dimana sementara orang lebih siap untuk mengorbankan mereka daripada mengorbankan diri. Nilai-nilai didefinisikan sebagai suatu ide yang relatif konstan tentang suatu perilaku. Nilai-nilai menunjuk pada kriteria untuk menentukan tingkat kebaikan, harga, atau keindahan. Kegiatan menilai dipandang sebagai suatu tindakan membuat membuat pertimbangan nilai, ekspresi perasaan atau penerimaan dan ketaatan pada seperangkat prinsip-prinsip. 15 Nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku. Oleh karena itu sistem nilai dapat merupakan standar umum yang diyakini, yang diserap dari keadaan obyektif maupun diangkat dari keyakinan, sentimen perasaan umum maupun identitas yang diberikan atau diwahyukan Allah SWT yang pada gilirannya merupakan sentimen perasaan umum, kejadian umum, identitas umum yang oleh karenanya menjadi syariat umum. 16 M. Djunaidi Ghoni mengutip pendapat Loris C. Kattsoff dalam bukunya yang berjudul “Element Of Phylosophy”, yang menyimpulkan bahwa nilai itu mempunyai 4 macam arti, antara lain: 17 a. Bernilai, artinya berguna b. Merupakan nilai, artinya baik atau benar atau indah 13 Sulaiman Zein, “Metode Penanaman Nilai Moral untuk Anak Usia Dini”, Diambil dari smpnbilahhulu.wordpress.com, 23 Februari 2008. 14 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, cet. I, h. 115 15 Sutarno, “Nilai dan Pendekatan Nilai”, dari Jurnal Pendidikan Nilai, Th. 6, No. 1 Pebruari 2000, h. 53 16 Abu Ahmadi dan Noor Salami, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Bumi Aksasra, 2004, Cet. IV, h. 202 17 Muhammad Djunaidi Ghoni, op. cit. h. 15, c. Mengandung nilai, artinya merupakan obyek atau keinginan atau sifat yang menimbulkan sikap setuju serta predikat. d. Memberi nilai, artinya bahwa sesuatu itu diinginkan atau menunjukkan nilai. Berdasarkan uraian para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai adalah keyakinan dan perasaan yang dimiliki seseorang dalam menentukan tingkat kebaikan, harga, dan keindahan terhadap sesuatu yang dilihat dan dipikirkan yang kemudian menyebabkan tindakan atau sikap yang mencerminkan keyakinannya tersebut. Nilai-nilai ini dikembangkan untuk memberikan filter dalam menghubungkan pikiran dan perasaan dengan tindakan disamping mencakup mengenai sistem pengaturannya. Istilah nilai dikelompokkan dalam berbagai kategori yang berbeda seperti nilai kerohanian, moral, sosial, etika, estetika ekonomi, budaya, intelektual, persekitaran, undang-undang, ideologi, profesionalisme, kepemimpinan pribadi, prodiktivitas dan agama. Nilai etika merujuk nilai yang digunakan untuk membedakan antara baik dengan jahat, betul dengan salah, dan moral dan tak bermoral. Seterusnya, nilai moral merujuk tindakan atau nilai yang mempunyai implikasi langsung kepada kebajikan dan hak orang lain atau kepada isu keadilan dan persamaan 18 Nilai mendasari sikap dan tindakan seseorang, karena nilai dapat dijadikan patokan dan prinsip-prinsip sebagai kriteria dalam menjalani kehidupannya. Nilai merupakan suatu gagasan atau konsep yang dijadikan acuan atau patokan dan motivasi dalam menentukan suatu hal atau tindakan yang hasilnya bergunan atau tidak bergunan, dan dipegangnya dalam waktu yang relative lama sehingga menjadi stabil, serta dinyatakan secara konsisten menjadi milik kepribadiannya. Oleh karena itu pendidikan nilai memiliki sasaran mengubah sikap, tindakan, dan kepribadian seseorang dari hal-hal yang tidak benar menjadi benar adanya, dari hal-hal yang buruk menjadi baik adanya, dan sifat-sifat lainnya kea rah positif atau kebaikan.

b. Jenis-jenis Nilai

18 Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematik Cabaran dan Keperluan”, International Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education , 3-4 August 2007, University of Malaya. p. 7 Menurut Max Scheler dalam Kaswardi, nilai-nilai dikelompokkan dalam 4 tingkatan menurut tinggi rendahnya sebagai berikut: 19 1 Nilai-nilai kenikmatan. Dalam tingkat ini terdapat deretan nilai-nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak. 2 Nilai-nilai kehidupan. Dalam tingkat ini, terdapat nilai-nilai penting bagi kehidupan. Misalnya kesehatan, kesegaran badan, kesejahteraan umum. 3 Nilai-nilai kejiwaan. Dalam tingkat ini terdapat nilai kejiwaan yang tidak sama sekali tergantung pada jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam itu ialah: keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat. 4 Nilai-nilai kerohanian. Dalam tingkat ini, terdapat modalitas nilai dari suci dan tidak suci. Nilai-nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi terutama Allah SWT sebagai pribadi tertinggi. Khoiron Rosyadimengelompokkan nilai-nilai sebagai berikut: 1 Nilai sosial adalah interaksi antar pribadi dan manusia berkisar sekitar baik-buruk, pantas-tidak pantas, semestinya-tidak semestinya, sopan- santun-kurang ajar. Nilai-nilai baik dalam masyarakat yang dituntut pada setiap anggota masayarakat disebut susila atau moral. 2 Nilai ekonomi adalah hubungan manusia dengan benda. Benda diperlukan karena kegunaannya. Nilai ekonomi menyangkut nilai guna. 3 Nilai politik ialah pembentukkan dan penggunaan kekuasaan. Nilai politik menyangkut nilai kekuasaan. 4 Nilai pengetahuan menyangkut nilai kebenaran. 5 Nilai seni menyangkut nilai bentuk-bentuk yang menyenangkan secara estetika. 6 Nilai filsafat menyangkut nilai hakikat kebenaran dan nilai-nilai itu sendiri. 7 Nilai agama menyangkut nilai ketuhanan nilai kepercayaan, ibadat, ajaran, pandangan, dan sikap hidup dan amal yang terbagi dalam baik dan buruk. 19 Kaswardi, dkk., Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, Jakarta: Grasindo, 1993, h. 37