Pengertian Sikap dan Pembentukannya
Sikap terhadap objek, gagasan, atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen sebagai berikut:
46
a. Komponen kognitif Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang
mengenai objek sikap tertentu, fakta, pengetahuan, dan keyakinan tentang objek. b. Komponen afektif
Komponen afektif menyangkut perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian.
c. Komponen Perilaku Komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau
kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya
dengan perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan factor internal, tetapi tidak semua factor
internal adalah sikap. Adapun cirri-ciri sikap adalah sebagai berikut:
47
a. Sikap itu dipelajari learnabilty Sikap merupakan hasil belajar. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja
tanpa kesadaran kepada sebagian individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan
membawa lebih baik untuk dirinya sendiri, membantu tujuan kelompok, atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.
b. Memiliki kestabilan stability Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan
stabil melalui pengalaman. c.
Personal-sosietal significancy Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga
antara orang dan barang atau situasi. d. Berisi kognisi dan affeksi
Komponen kognisi daripada sikap adalah berisi informasi yang factual, misalnya: obyek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.
e. Approach-Avoidance directionality
46
David o. Sears, et. al., Psikologi Sosial, Jakarta: Erlangga, 1999, h. 138
47
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta: P.T Rineka Cipta, 1991, h. 171
Bila seseorang memiliki sikap yang favorable terhadap sesuatu obyek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseoran memiliki
sikap yang unfavorable, mereka akan menghindarinya. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama
perkembangan hidupnya. Karena itulah sikap selalu berubah-ubah dan dapat dipelajari. Sikap tidak semata-mata berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan
dengan suatu obyek. Proses pembentukan sikap berdasarkan teori insentif adalah proses
menimbang baik-buruknya berbagai kemungkinan posisi dan kemudian mengambil alternatif yang terbaik. Salah satu versi terkenal dari pendekatan
insentif terhadap sikap adalah teori respons kognitif Green-wald, 1968; Petty, 1981. Teori ini mengasumsikan bahwa seseorang memberi respons terhadap
suatu komunikasi dengan beberapa pikiran positif atau negatif, dan bahwa pikiran- pikiran ini sebaliknya menentukan apakah orang akan mengubah sikapnya sebagai
akibat komunikasi atau tidak.
48
Berdasarkan teori insentif tersebut, sikap tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan terbentuk akibat dari adanya interaksi serta komunikasi
antar sesama manusia terhadap obyek tertentu. Interaksi tersebut akan mengubah sikap seseorang ke arah yang dia sukai.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap yang secara garis besar dibagi dua, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor-
faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri, seperti selektifitas. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor pembentukan sikap
yang terdapat dari luar diri seseorang, diantaranya:
49
a. Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap. b. Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap.
c. Sifat orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut. d. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap.
e. Situasi pada saat sikap itu dibentuk. Bahan pelajaran, media dan sumber yang dipelajari oleh siswa,
kesemuanya akan membentuk sikap siswa, sehingga guru harus bisa menyeleksi dan mengolah bahan dan sumber belajar siswa sehingga dapat mencapai hasil
48
David o. Sears, et. al., op. cit, h. 144
49
Zikri Neni, Diktat Psikologi Umum, Jakarta, 2005, h. 97
belajar yang optimal. Sikap siswa yang positif sama dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Selain itu interaksi yang terjadi dalam proses belajar mengajar bisa
membentuk sikap siswa.Hal ini dalam pendidikan dikenal sebagai bentuk kerjasama antar siswa maupun kerjasama antar siswa dengan guru, dimana siswa
merupakan afiliasi dari kelompok belajar di dalam kelas. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa
dalam pembentukan sikap terdapat faktor intern dan ekstern yang mempengaruhinya. Pada kenyataannya faktor ekstern memiliki peranan yang
lebih besar dalam mempengaruhi pembentukan sikap seseorang. Hal ini karena manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesamanya sehingga
dari interaksi tersebut akan membentuk sikap ke arah yang dia sukai.