Hipotesis Keempat HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

commit to user siswa MTs Surya Buana mempunyai tingkat kemampuan berpikir kreatif lebih tinggi dibandingkan dengan siswa dari sekolah lainnya. Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab adalah proses pembelajaran di sekolah ini mengembangkan konsep sekolah alam yang pembelajarannya tidak hanya dilakukan dalam ruangan saja tapi bisa juga dilakukan di luar kelas. Hal ini berakibat pada adanya kesempatan siswa untuk lebih leluasa dalam mengekspresikan potensi kreaatifnya Sternberg Lubart, 1995. Materi ekosistem sebenarnya sangat tepat apabila diberikan di luar kelas namun keterbatasan waktu mungkin menjadi penyebab kurang optimalnya siswa menyerap pelajaran sehingga prestasi belajar rendah. Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Hadi Sutrisno 2009 dengan judul . Pembelajaran Fisika Menggunakan Model STAD dan Jigsaw Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan Kreativitas Siswa. Kesimpulan dari penelitian tersebut Tidak ada pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor.

4. Hipotesis Keempat

Hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan, interaksi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw II dan STAD dengan motivasi belajar tinggi dan rendah diperoleh p-value sebesar 0,198 yang lebih besar dari batas signifikansi yang ditentukan yaitu a = 0,05. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw II dan STAD tidak terdapat interaksi dengan motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. Hasil ini menjelaskan bahwa pembelajaran menggunakan model Jigsaw II selalu menghasilkan prestasi belajar commit to user yang lebih baik dari pada menggunakan STAD, walaupun motivasi belajar siswa tinggi ataupun rendah. Hal ini bisa terjadi karena pada saat penelitian, model Jigsaw II dan STAD yang diterapkan awalnya belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Kemungkinan guru kurang mampu mengelola pembelajaran dan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif. Siswa belum memahami tugas mereka dalam pembelajaran kooperatif ini. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi dan bimbingan guru sehingga sebagian besar siswa bersifat pasif. Hanya sebagian kecil saja siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik pada saat kerja kelompok maupun pada saat diskusi kelas. Alokasi waktu yang tersedia pada rencana pembelajaran tidak tercapai dengan tepat, dimana guru kurang melakukan transisi efisiensi pada saat membentuk kelompok sehingga waktu yang tersedia tidak cukup. Walaupun pada pertemuan berikutnya guru telah mampu mengelola pembelajaran dengan cukup baik dan siswa nampak sudah bisa beradaptasi dengan pembelajaran kooperatif serta telah mampu membangkitkan motivasi belajar siswa dan bimbingan guru merata pada semua siswa namun belum cukup untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam pengamatan masih ada sebagian kecil siswa yang terlihat pasif, kurang motivasi belajarnya dalam kegiatan pembelajaran baik pada saat kerja kelompok maupun pada saat diskusi kelas. Hal ini yang kemungkinan mengakibatkan prestasi rendah. Guru telah mampu mengatasi segala hal yang menghambat kegiatan belajar mengajar dengan mengadakan perbaikan-perbaikan pada beberapa aspek yang dirasa masih kurang. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran kooperatif berlangsung baik commit to user sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan kegiatan pembelajaran berlangsung secara efektif. Adanya peningkatan tersebut disebabkan pengelolaan pembelajaran kooperatif telah berlangsung secara efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim 2000, bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit dan struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Kaitan dengan materi ekosistem , konsep yang sulit seperti dalam daur biogeokimia dapat diatasi dengan model pembelajaran Jigsaw II dan STAD. Didukung oleh pendapat Nur dkk. 2000 bahwa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, angka putus sekolah menjadi rendah, penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antarpribadi berkurang, sikap apatis berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, motivasi lebih besar, hasil belajar lebih tinggi, retensi lebih lama dan meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dan STAD yang dilaksanakan guru telah mampu menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga prestasi belajar siswa meningkat. Terutama adanya penghargaan yang diberikan guru pada kelompok terbaik. Pemberian penghargaan ini telah memunculkan efek positif pada siswa. siswa semakin antusias untuk belajar. Hal ini didukung oleh pendapat Nur 2001 bahwa salah satu cara memunculkan commit to user motivasi pada siswa adalah menonjolkan hal yang positif, dengan mengetahui kekuatan-kekuatan siswa dan menggunakan kekuatan itu sebagai bahan dasar untuk membangun. Singkirkan hal negatif dengan jalan tidak menyepelekan kelemahan siswa tapi menangani kelemahan itu secara langsung dengan menggunakan cara-cara yang bijak. Motivasi siswa dapat meningkat dalam setiap kali pertemuan dengan menggunakan strategi pembelajaran berdasarkan permintaan mereka strategy based student’s request. Hal ini terlihat dari responaktivitas positif yang dilakukan siswa dalam KBM, di samping nilai siswa juga dapat diperbaiki. Dalam Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. I, No. 1 September 2008 menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan motivasi belajar melalui komponen utama yaitu : a. Presentasi kelas oleh guru : siswa termotivasi dalam belajar dengan pembelajaran yang dilakukan guru yang menciptakan suasana belajar yang hidup, dengan penjelasan guru siswa mengetahui manfaat belajar dan kebutuhan dirinya, dengan bimbingan guru siswa dapat mengerjakan tugas dengan baik, siswa menjadi giat belajar dengan aktivitas guru yang tepat, siswa merasa senang mengikuti pelajaran. b. Belajar kelompok : siswa termotivasi dalam belajar dengan belajar kelompok, siswa merasa diperlakukan dengan adil baik dalam penilaian maupun pemberian tugas, dengan bekerjasama siswa merasa senang mengerjakan tugas atau memecahkan masalah, rasa senang dalam belajar dan bekerja kelompok, siswa menjadi memiliki tanggungjawab terhadap kelompok,memberikan kontribusi untuk menyelesaikan tugas, menyelesaikan tugas kelompok dengan baik, percaya diri dan siswa commit to user mengembangkan hubungan sosial. c. Pemberian kuis : siswa termotivasi dalam belajar dengan pemberian kuis, siswa menjadi percaya diri atau tidak khawatir dengan kemampuan dirinya, dan berusaha memperoleh nilai yang baik, memiliki semangat atau gairah dalam belajar. d. Skor peningkatan individu dan penghargaan kelompok : skor peningkatan digunakan untuk menentukan penghargaan kelompok dan siswa termotivasi dalam belajar dengan penghargaan kelompok yang diberikan oleh guru, siswa merasa dihargai dan menumbuhkan rasa sukses atau rasa puas dalam belajar . Namun dalam penelitian ini ternyata Jigsaw II memberikan hasil prestasi yang lebih baik disbanding STAD.

5. Hipotesis Kelima

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

The effectiveness of using student teams achievement division (stad) technique in teaching direct and indirect speech of statement (A quasi experimental study at the eleventh grade of Jam'iyyah Islamiyyah Islamic Senior high scholl Cege)

3 5 90

Applying Student Teams Achievement Division (STAD) Technique to Improve Students’ Reading Comprehension in Discussion Text. (A Classroom Action Research in the Third Grade of SMA Fatahillah Jakarta)

5 42 142

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KREATIVITAS SISWA

0 4 135

EKSPERIMEN PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN Eksperimen Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Model Student Teams Achievement Division (STAD) dan Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari

0 2 23