commit to user siswa MTs Surya Buana mempunyai tingkat kemampuan berpikir kreatif lebih
tinggi dibandingkan dengan siswa dari sekolah lainnya. Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab adalah proses pembelajaran di sekolah ini
mengembangkan konsep sekolah alam yang pembelajarannya tidak hanya dilakukan dalam ruangan saja tapi bisa juga dilakukan di luar kelas. Hal ini
berakibat pada adanya kesempatan siswa untuk lebih leluasa dalam mengekspresikan potensi kreaatifnya Sternberg Lubart, 1995. Materi
ekosistem sebenarnya sangat tepat apabila diberikan di luar kelas namun keterbatasan waktu mungkin menjadi penyebab kurang optimalnya siswa
menyerap pelajaran sehingga prestasi belajar rendah. Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Hadi Sutrisno 2009 dengan judul .
Pembelajaran Fisika Menggunakan Model STAD dan Jigsaw Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan Kreativitas Siswa. Kesimpulan dari penelitian tersebut
Tidak ada pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor.
4. Hipotesis Keempat
Hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan, interaksi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw II dan STAD dengan motivasi
belajar tinggi dan rendah diperoleh p-value sebesar 0,198 yang lebih besar dari batas signifikansi yang ditentukan yaitu a = 0,05. Model pembelajaran kooperatif
Jigsaw II dan STAD tidak terdapat interaksi dengan motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. Hasil ini menjelaskan bahwa
pembelajaran menggunakan model Jigsaw II selalu menghasilkan prestasi belajar
commit to user yang lebih baik dari pada menggunakan STAD, walaupun motivasi belajar siswa
tinggi ataupun rendah. Hal ini bisa terjadi karena pada saat penelitian, model Jigsaw II dan STAD yang diterapkan awalnya belum sepenuhnya berjalan dengan
baik. Kemungkinan guru kurang mampu mengelola pembelajaran dan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif. Siswa belum memahami tugas
mereka dalam pembelajaran kooperatif ini. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi dan bimbingan guru sehingga sebagian besar siswa bersifat pasif. Hanya
sebagian kecil saja siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik pada saat kerja kelompok maupun pada saat diskusi kelas. Alokasi waktu yang tersedia pada
rencana pembelajaran tidak tercapai dengan tepat, dimana guru kurang melakukan transisi efisiensi pada saat membentuk kelompok sehingga waktu yang tersedia
tidak cukup. Walaupun pada pertemuan berikutnya guru telah mampu mengelola
pembelajaran dengan cukup baik dan siswa nampak sudah bisa beradaptasi dengan pembelajaran kooperatif serta telah mampu membangkitkan motivasi
belajar siswa dan bimbingan guru merata pada semua siswa namun belum cukup untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam pengamatan masih ada
sebagian kecil siswa yang terlihat pasif, kurang motivasi belajarnya dalam kegiatan pembelajaran baik pada saat kerja kelompok maupun pada saat diskusi
kelas. Hal ini yang kemungkinan mengakibatkan prestasi rendah. Guru telah mampu mengatasi segala hal yang menghambat kegiatan belajar mengajar
dengan mengadakan perbaikan-perbaikan pada beberapa aspek yang dirasa masih kurang. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran kooperatif berlangsung baik
commit to user sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan kegiatan pembelajaran berlangsung
secara efektif. Adanya peningkatan tersebut disebabkan pengelolaan pembelajaran
kooperatif telah berlangsung secara efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim 2000, bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep sulit dan struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Kaitan dengan materi ekosistem , konsep yang sulit seperti dalam daur biogeokimia dapat diatasi dengan model pembelajaran
Jigsaw II dan STAD. Didukung oleh pendapat Nur dkk. 2000 bahwa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain
meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, angka putus sekolah menjadi rendah, penerimaan
terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antarpribadi berkurang, sikap apatis berkurang, pemahaman
yang lebih mendalam, motivasi lebih besar, hasil belajar lebih tinggi, retensi lebih lama dan meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
Pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dan STAD yang dilaksanakan guru telah mampu menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa
sehingga prestasi belajar siswa meningkat. Terutama adanya penghargaan yang diberikan guru pada kelompok terbaik. Pemberian penghargaan ini telah
memunculkan efek positif pada siswa. siswa semakin antusias untuk belajar. Hal ini didukung oleh pendapat Nur 2001 bahwa salah satu cara memunculkan
commit to user motivasi pada siswa adalah menonjolkan hal yang positif, dengan mengetahui
kekuatan-kekuatan siswa dan menggunakan kekuatan itu sebagai bahan dasar untuk membangun. Singkirkan hal negatif dengan jalan tidak menyepelekan
kelemahan siswa tapi menangani kelemahan itu secara langsung dengan menggunakan cara-cara yang bijak. Motivasi siswa dapat meningkat dalam setiap
kali pertemuan dengan menggunakan strategi pembelajaran berdasarkan permintaan mereka strategy based student’s request. Hal ini terlihat dari
responaktivitas positif yang dilakukan siswa dalam KBM, di samping nilai siswa juga dapat diperbaiki.
Dalam Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. I, No. 1 September 2008 menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan
motivasi belajar melalui komponen utama yaitu : a. Presentasi kelas oleh guru : siswa termotivasi dalam belajar dengan pembelajaran yang dilakukan guru yang
menciptakan suasana belajar yang hidup, dengan penjelasan guru siswa mengetahui manfaat belajar dan kebutuhan dirinya, dengan bimbingan guru siswa
dapat mengerjakan tugas dengan baik, siswa menjadi giat belajar dengan aktivitas guru yang tepat, siswa merasa senang mengikuti pelajaran. b. Belajar kelompok :
siswa termotivasi dalam belajar dengan belajar kelompok, siswa merasa diperlakukan dengan adil baik dalam penilaian maupun pemberian tugas, dengan
bekerjasama siswa merasa senang mengerjakan tugas atau memecahkan masalah, rasa senang dalam belajar dan bekerja kelompok, siswa menjadi memiliki
tanggungjawab terhadap kelompok,memberikan kontribusi untuk menyelesaikan tugas, menyelesaikan tugas kelompok dengan baik, percaya diri dan siswa
commit to user mengembangkan hubungan sosial. c. Pemberian kuis : siswa termotivasi dalam
belajar dengan pemberian kuis, siswa menjadi percaya diri atau tidak khawatir dengan kemampuan dirinya, dan berusaha memperoleh nilai yang baik, memiliki
semangat atau gairah dalam belajar. d. Skor peningkatan individu dan penghargaan kelompok : skor peningkatan digunakan untuk menentukan
penghargaan kelompok dan siswa termotivasi dalam belajar dengan penghargaan kelompok yang diberikan oleh guru, siswa merasa dihargai dan menumbuhkan
rasa sukses atau rasa puas dalam belajar . Namun dalam penelitian ini ternyata Jigsaw II memberikan hasil prestasi yang lebih baik disbanding STAD.
5. Hipotesis Kelima