perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 27
yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi, dari materi Wittock, 1987 dalam Slavin,
2005 terjemahan Nurulita Yusron, 2008 : 38. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif dalam menjelaskan materi yang dipelajari kepada orang lain. Dari sudut
pandang teoritis di atas, menjadi jelas bahwa memang anak-anak akan lebih banyak belajar dalam kelas kooperatif dibandingkan dengan kelas tradisional.
2. Metode Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Arends 1997:7 : “The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goal, syntax, environment, and management
system”. Istilah model pengajaran mengarah ke suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.
Selanjutnya menurut Arends, model pembelajaran mempunyai ciri-ciri : 1 rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; 2 landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana para siswa belajar tujuan pembelajaran yang direncanakan; 3 tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model dapat
dilaksanakan, dan 4 lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Menurut Joyce dalam Trianto 2007 : 5 : “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer,
kurikulum, dan lain-lain”. Sedangkan menurut Soekamto, dalam Nurulwati 2000 dalam Trianto 2007: 5, maksud dari model pembelajaran adalah “Kerangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 28
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Jadi model pembelajaran merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu model pembelajaran dikatakan baik jika
memenuhi kriteria sebagai berikut : Pertama, sahih valid. Aspek validitas ini dikaitkan dengan dua hal yaitu apakah model yang dikembangkan didasarkan pada
rasional teoritik yang kuat, dan apakah terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika ahli dan praktisi yang berdasar
pengalamannya menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan. Ketiga,
efektif. Parameter efektivitas model adalah pendapat ahli dan praktisi yang berdasar pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif dan secara operasional
model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan Nieveen 1999 dalam Trianto 2007 : 8. Sedangkan menurut Khabibah 2006 dalam Trianto 2007:
8 bahwa untuk melihat kelayakan suatu model dalam aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi dalam mevalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan
untuk aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Jadi di samping memenuhi ciri-ciri tersebut di atas, suatu model
pembelajaran juga harus mendapat legitimasi dari para pakar dan praktisi.
b. Pembelajaran Kooperatif
1 Landasan Pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 29
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning CL adalah model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok, saling menguatkan, mendalami
dan bekerjasama untuk semakin menguasai bahan Suparno, 2007 : 134. Fokus dari pembelajaran kooperatif adalah kemajuan bidang akademik dan afektif melalui kerja
sama Kindsvatter, dalam Suparno, 2007: 134. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar mengajar di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil
dengan tingkat kemampuan kognitif yang heterogen. Woolfolk dalam Budiningarti 1998: 22 menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu
pembelajaran yang didasarkan pada faham konstruktivisme. Pada pembelajaran kooperatif siswa percaya bahwa keberhasilan mereka akan tercapai jika dan hanya
jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk
bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai pengajaran gotong royong atau cooperative learning. Sistem ini merupakan
alternative menarik yang dapat mencegah timbulnya keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek
kognitif. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang siswa sederajat tetapi heterogen. Heterogenitas ini ditinjau dari
kemampuan akademik, sukuras, jenis kelamin, agama, dan jika mungkin latar belakang sosial ekonomi keluarga. Makin beragamnya latar belakang siswa dalam
kelompok akan semakin baik. Menurut Kemal Doymus dalam World Applied Sciences Journal 7 1: 34-
42,2009. ”Effects of Two Cooperative Learning Strategies on Teaching and Learning Topics of Thermochemistry”, menyimpulkan bahwa siswa dapat dirangsang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 30
bagaimana dalam sebuah grup teknik penelitian dibawa ke dalam kelas menjadi pembelajaran lingkungan yang lebih kooperatif. Penelitian pembelajaran kooperatif
yang dilakukan memberikan beberapa masukan positif seperti memperoleh informasi baru, meningkatkan kemampuan belajar dan menumbuhkan percaya diri serta untuk
meningkatkan partisipasi para siswa dalam kontribusinya ketika berada di kelompoknya masing-masing. Jadi bisa diasumsikan bahwa ada manfaat hubungan
timbal balik sesama. 2 Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Menurut Muslimin Ibrohim 2000:6 Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : 1 Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa
mereka bersama ; 2 Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri ; 3 Siswa haruslah melihat bahwa semua
anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama 4 Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya ; 5
Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiahpenghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompoknya ; 6 Siswa berbagi kepemimpinan
dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
Sedangkan Menurut Roger dan David Johnson, bahwa tidak setiap belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
mempunyai unsur-unsur tertentu agar tujuan dapat tercapai. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan adalah 1 saling ketergantungan
positif; 2 tanggung jawab perseorangan; 3 tatap muka; 4 komunikasi antar anggota, dan 5 evaluasi proses kelompok Anita Lie, 2004: 31; sejalan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 31
Abdurrahman Bintoro, 2000 dalam Nurhadi, 2004: 112. Sehingga apabila unsur- unsur di atas tidak terpenuhi bukan merupakan pembelajaran kooperatif walaupun
dilakukan secara kelompok atau bersama-sama. Dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif pada siswa berarti
pihak sekolah guru dan murid : 1 mengembangkan dan menggunakan keterampilan kooperatif berfikir kritis dan kerja sama kelompok; 2 menyuburkan
hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda heterogen ; 3 menerapkan bimbingan oleh teman peer
coaching ; 4 menciptakan lingkungan yang menghargai, menghormati nilai-nilai ilmiah; 5 membangun sekolah dalam suasana belajar.
3 Tujuan Pembelajaran Kooperatif Menurut Kindsvatter dkk dalam Suparno 2007 : 135, belajar kooperatif
mempunyai tujuan antara lain ; a meningkatkan hasil belajar lewat kerja sama kelompok yang memungkinkan siswa belajar satu sama lain; b merupakan alternatif
terhadap belajar kompetitif yang sering membuat siswa lemah menjadi minder; c memajukan kerjasama kelompok antara manusia. Dengan belajar bersama, hubungan
antara siswa makin akrab dan kerja sama antara mereka akan lebih; dan d bagi siswa-siswa yang mempunyai intelegensi interpersonal tinggi, cara belajar ini sangat
cocok dalam memajukan. Mereka lebih mudah mengkonstruksi pengetahuan lewat bekerjasama dengan teman, daripada sendirian.
4 Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan Pendidikan dalam masyarakat yang demokratis seyogyanya mengajarkan
proses demokrasi secara langsung John Dewey dan Herbert Thelan dalam Ibrahim, 2000 dalam Trianto, 2007 : 44. Tingkah laku kooperatif dipandang oleh Dewey dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 32
Thelan sebagai dasar demokrasi, dan sekolah dipandang sebagai laboratorium untuk mengembangkan tingkah laku demokrasi. Peran aktif dan proses demokrasi menjadi
ciri khas lingkungan pembelajaran kooperatif. Guru memang berperan aktif dalam pembentukan kelompok dan juga mendenifisikan semua prosedur. Walaupun
demikian, guru tidak dibenarkan mengelola tingkah laku siswa dalam kelompok secara ketat. Siswa harus memiliki ruang dan peluang untuk secara bebas
mengendalikan aktivitas-aktivitas di dalam kelompoknya. Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya mempelajari materi, tetapi
siswa juga mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut meliputi keterampilan
kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir Lungdren, 1994 dalam Isjoni, 2007 : 46 – 48. Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi : 1
menggunakan kesepakatan dalam menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok; 2 menghargai kontribusi anggota
lain; 3 setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas tanggung jawab tertentu dalam kelompok; 4 selama kegiatan berlangsung
setiap anggota tetap berada dalam kelompok; 5 setiap anggota meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu
yang dibutuhkan; 6 mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok; 7 mengundang orang lain untuk berbicara dan
berpartisipasi terhadap tugas ; dan 8 bersikap menghormati terhadap budaya, suku, ras, atau pengalaman dari semua siswa atau peserta didik.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi : 1 menunjukkan penghargaan dan simpati; 2 mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 33
dapat diterima;3 mendengarkan dengan arif; 4 bertanya. Sedangkan keterampilan tingkat mahir meliputi : 1 mengelaborasi; 2 memeriksa dengan cermat; 3
menanyakan kebenaran; 4 menetapkan tujuan; dan 5 berkompromi. 3. Jigsaws II Tim Ahli
Metode pengajaran dengan Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya 1978. Bentuk adaptasi Jigsaw yang lebih praktis dan mudah, yaitu
Jigsaw II Slavin, 1986a. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dapat digunakan apabila topik-topik yang dipelajari ditulis dalam bentuk cerita sehingga pembelajaran
ini cocok untuk topik-topik sosial, literature, dan beberapa topik ilmu sains terutama topik yang berkaitan dengan penanaman konsep. Dalam pembelajaran kooperatif
Jigsaw II, siswa bekerja dalam tim yang heterogen seperti . Siswa diminta untuk membaca suatu materi dan diberi lembar ahli expert sheet yang memuat topik-topik
berbeda untuk tiap anggota tim yang harus dipelajari pada saat membaca. Apabila siswa telah selesai membaca, selanjutnya dari tim berbeda dengan topik yang sama
berkumpul dalam kelompok ahli, untuk mendiskusikan topik mereka selama waktu yang ditentukan. Selanjutnya ahli-ahli ini kembali ke tim masing-masing untuk
menyampaikan kepada anggota yang lain dalam satu tim asal. Pada akhirnya siswa mengerjakan kuis yang mencakup semua topik dan skor yang diperoleh menjadi skor
tim . Skor yang dikontribusi oleh siswa kepada timnya menjadi dasar sistem peningkatan skor individual. Siswa dengan skor tinggi dalam timnya dapat menerima
sertifikat atau penghargaan lainnya. Dalam Jigsaw II ini terdapat dua macam pembelajaran kooperatif, yaitu pembelajaran kooperatif dalam kelompok asal dan
pembelajaran kooperatif dalam kelompok ahli. Pada Jigsaw II tidak diterapkan sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 34
penghargaan kelompok. Para siswa dinilai berdasarkan hasil belajar individu masing- masing.
Jigsaw II yang dikembangkan oleh Robert Slavin pada dasarnya mengambil struktur yang sama dari Jigsaw Aronson, akan tetapi, Slavin mencoba
menyederhanakan dengan cara kelompok membahas suatu topik dan tiap anggota kelompok memilih subtopik yang dikuasai menjadi ahli. Setiap ahli membahas
subtopiknya kepada anggota lainnya. Penyederhanaan ini memudahkan guru bila menghadapi topik yang sedikit atau mengurangi beban guru menyiapkan beragam set
materi pelajaran. Selain itu Slavin menambahkan aspek kompetisi kelompok dan penghargaan kelompok. Dalam Jigsaw II , skor yang dikontribusi oleh siswa kepada
timnya menjadi dasar sistem peningkatan skor individual. Siswa dengan skor tinggi dalam timnya dapat menerima sertifikat atau penghargaan lainnya. Kunci dari
pembelajaran Jigsaw II adalah saling ketergantungan, yaitu setiap siswa bergantung pada anggota satu timnya untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan agar
mengerjakan kuis dengan baik. Menurut Slavin 2008: 241 Kegiatan instruksional yang secara reguler
dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw II terdiri atas : 1 Membaca, siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diberikan untuk menemukan
informasi yang berhubungan dengan topik mereka; 2 Diskusi kelompok ahli, siswa dengan topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok ahli;
3 Laporan tim, ahli-ahli kembali pada timnya dan mengajarkan topik mereka kepada anggota yang lain dalam satu timnya; 4 Tes, siswa mengerjakan kuis
individual yang mencakup semua topik; 5 Rekognisi tim, tim dimungkinkan mendapatkan penghargaan berupa sertifikat atau dalam bentuk lain apabila skor rata-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 35
rata mereka melebihi kriteria tertentu. Penghitungan skor untuk Jigsaw II sama dengan penghitungan skor pada STAD, termasuk skor untuk awalnya, poin-poin
kemajuan, dan prosedur penghitungan skor. Tim dimungkinkan mendapatkan penghargaan berupa sertifikat atau dalam bentuk lain apabila skor rata-rata mereka
mencapai kriteria tertentu. Menurut Durmus Kilic dalam World Applied Sciences Journal 4 Supple 1: 109-114,2008 menyimpulkan bahwa teknik Jigsaw dapat
digunakan dalam tahap pendidikan dan kolaborasikerjasama belajar akan memberikan efisiensi dan kemudahan dalam mengajar. Sehingga hal tersebut sesuai
diterapkan pada materi ekosistem yang begitu luas agar siswa lebih mudah dalam menerima materi pelajaran dan menghemat waktu.
4. Student Teams Achievemnt Division STAD STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Robert E. Slavin tahun 1995 di Universitas John Hopkins, Amerika Serikat. Model ini merupakan pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana dan sebuah model yang bagus untuk memulai bagi seorang guru yang baru untuk menggunakan pendekatan kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif model
STAD,siswa-siswa di kelompokkan menjadi kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4 – 6 siswa. Yang terdiri dari siswa pandai, sedang dan rendah.
Disamping itu guru juga mempertimbangkan kriteria heterogenitas yang lainnya seperti jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan dan lain sebagainya.
Pembawaan siswa ke dalam kelompok-kelompok perlu diseimbangkan sehingga setiap kelompok memiliki anggota yang tingkat prestasinya seimbang. Anggota tim
menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 36
untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain atau melakukan diskusi. Secara individual setiap pertemuan siswa diberi kuis. Kuis itu
diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu
melampaui rata-rata skor siswa yang lalu. Setiap pertemuan pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi,
siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Terkadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu
dicantumkan dalam lembar itu. Menurut Slavin 2008:143 STAD terdiri dari 5 lima komponen utama yaitu
presentasi Kelas, kelompoktim, kuis, skor Kemajuan individu, dan Rekognisi Tim. 1 Presentasi Kelas, materi diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini
merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi- pelajaran yang dipandu oleh guru, tetapi bisa juga presentasi audiovisual. Sehingga
siswa harus menyadari bahwa mereka harus memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena berkaitan dengan kuis dan skor, sehingga apabila dapat
mengerjakan kuis dengan baik, skor kuis mereka menentukan skor tim mereka juga; 2 Tim atau kelompok, terdiri atas 4 – 5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnis yang bervariasi. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar
belajar, dan khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim
berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 37
membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Selama belajar kelompok,
tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman dalam satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar
kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok; 3 Kuis, setelah sekitar
1 atau 2 periode dari guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktim tim, para siswa mengerjakan kuis individual. Kuis dikerjakan oleh siswa
secara mandiri. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk
memahami materinya;
4. Skor
Kemajuan individual,
Gagasan yang
melatarbelakangi skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan
lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat
melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam
mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor
awal mereka; 5. Rekognisi Tim, Kelompok dimungkinkan mendapat sertifikat atau penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Setiap
siswa memiliki skor awal yang diperoleh dari nilai sebelumnya. Skor awal ini mungkin berupa nilai ulangan harian atau nilai ulangan umum semester sebelumnya.
Setelah tahap evaluasi di mana siswa menyelesaikan kuis perorangan, guru harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 38
menghitung poin kemajuan tiap siswa. Selanjutnya guru juga harus menghitung poin kemajuan rata-rata tiap tim, yang merupakan jumlah poin kemajuan seluruh anggota
tim dibagi jumlah anggota tim. Setelah itu guru menentukan tingkat penghargaan kelompok kepada masing-masing tim dan memberikan penghargaan kepada masing-
masing tim.
5. Pengertian Motivasi