perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 27
yang sudah ada di dalam memori, orang  yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi, dari materi Wittock, 1987 dalam Slavin,
2005 terjemahan Nurulita Yusron, 2008 : 38. Salah satu cara  elaborasi  yang paling efektif  dalam  menjelaskan  materi  yang  dipelajari  kepada  orang  lain.  Dari  sudut
pandang teoritis di atas, menjadi jelas  bahwa memang anak-anak akan lebih banyak belajar dalam kelas kooperatif dibandingkan dengan kelas tradisional.
2.  Metode Pembelajaran Kooperatif a.   Pengertian Model Pembelajaran
Menurut  Arends  1997:7  :  “The  term  teaching  model  refers  to  a  particular approach to instruction that includes its goal, syntax, environment, and management
system”.  Istilah  model  pengajaran  mengarah  ke  suatu  pendekatan  pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.
Selanjutnya menurut Arends, model pembelajaran mempunyai ciri-ciri : 1 rasional teoritik  logis  yang  disusun  oleh  para  pencipta  atau  pengembangnya;  2  landasan
pemikiran  tentang  apa  dan  bagaimana  para  siswa  belajar  tujuan  pembelajaran  yang direncanakan;  3  tingkah  laku  mengajar  yang  diperlukan  agar  model  dapat
dilaksanakan,  dan  4  lingkungan  belajar  yang  diperlukan  agar  tujuan  pembelajaran dapat tercapai.
Menurut Joyce dalam Trianto 2007 : 5 : “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran  di  kelas  atau  pembelajaran  dalam  tutorial  dan  untuk  menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer,
kurikulum,  dan  lain-lain”.  Sedangkan  menurut  Soekamto,  dalam  Nurulwati  2000 dalam  Trianto  2007:  5,  maksud  dari  model  pembelajaran  adalah  “Kerangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 28
konseptual  yang  melukiskan  prosedur  yang  sistematis  dalam  mengorganisasikan pengalaman  belajar  untuk  mencapai  tujuan  belajar  tertentu,  dan  berfungsi  sebagai
pedoman  para  perancang  pembelajaran  dan  para  pengajar  dalam  merencanakan aktivitas  belajar  mengajar”.  Jadi  model  pembelajaran  merupakan  suatu  pendekatan
pembelajaran  yang  digunakan  sebagai  pedoman  dalam  merencanakan  pembelajaran untuk  mencapai  tujuan  tertentu.  Suatu  model  pembelajaran  dikatakan  baik  jika
memenuhi  kriteria  sebagai  berikut  :  Pertama,  sahih  valid.  Aspek  validitas  ini dikaitkan  dengan  dua  hal  yaitu  apakah  model  yang  dikembangkan  didasarkan  pada
rasional teoritik  yang kuat, dan apakah terdapat  konsistensi internal. Kedua, praktis. Aspek  kepraktisan  hanya  dapat  dipenuhi  jika  ahli  dan  praktisi  yang  berdasar
pengalamannya  menyatakan  bahwa  apa  yang  dikembangkan  dapat  diterapkan;  dan kenyataan  menunjukkan  bahwa  apa  yang  dikembangkan  dapat  diterapkan.  Ketiga,
efektif. Parameter efektivitas model adalah pendapat ahli dan praktisi  yang berdasar pengalamannya  menyatakan  bahwa  model  tersebut  efektif  dan  secara  operasional
model  tersebut  memberikan  hasil  sesuai  dengan  yang  diharapkan  Nieveen  1999 dalam Trianto 2007 : 8. Sedangkan menurut Khabibah 2006 dalam Trianto 2007:
8 bahwa untuk melihat kelayakan suatu model dalam aspek validitas dibutuhkan ahli dan  praktisi  dalam  mevalidasi  model  pembelajaran  yang  dikembangkan.  Sedangkan
untuk  aspek  kepraktisan  dan  efektivitas  diperlukan  suatu  perangkat  pembelajaran yang dikembangkan. Jadi di samping memenuhi ciri-ciri tersebut di atas, suatu model
pembelajaran juga harus mendapat legitimasi dari para pakar dan praktisi.
b.  Pembelajaran Kooperatif
1  Landasan Pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 29
Pembelajaran  kooperatif  atau  cooperative  learning  CL  adalah  model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok, saling menguatkan, mendalami
dan bekerjasama untuk semakin menguasai bahan Suparno, 2007 : 134. Fokus dari pembelajaran kooperatif adalah kemajuan bidang akademik dan afektif melalui kerja
sama Kindsvatter, dalam Suparno, 2007: 134.  Pembelajaran kooperatif merupakan strategi  belajar  mengajar  di  mana  siswa  belajar  dalam  kelompok-kelompok  kecil
dengan  tingkat  kemampuan  kognitif  yang  heterogen.  Woolfolk  dalam  Budiningarti 1998:  22  menyatakan  bahwa  pembelajaran  kooperatif  merupakan  salah  satu
pembelajaran  yang  didasarkan  pada  faham  konstruktivisme.  Pada  pembelajaran kooperatif  siswa  percaya  bahwa  keberhasilan  mereka  akan  tercapai  jika  dan  hanya
jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Sistem  pengajaran  yang  memberi  kesempatan  kepada  anak  didik  untuk
bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai pengajaran  gotong  royong  atau  cooperative  learning.  Sistem  ini  merupakan
alternative  menarik  yang  dapat  mencegah  timbulnya  keagresifan  dalam  sistem kompetisi  dan  keterasingan  dalam  sistem  individu  tanpa  mengorbankan  aspek
kognitif. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang siswa sederajat tetapi heterogen. Heterogenitas ini ditinjau dari
kemampuan  akademik,  sukuras,  jenis  kelamin,  agama,  dan  jika  mungkin  latar belakang  sosial  ekonomi  keluarga.  Makin  beragamnya  latar  belakang  siswa  dalam
kelompok akan semakin baik. Menurut  Kemal  Doymus  dalam  World  Applied  Sciences  Journal  7  1:  34-
42,2009. ”Effects of Two Cooperative Learning Strategies on Teaching and Learning Topics  of  Thermochemistry”,  menyimpulkan  bahwa  siswa  dapat  dirangsang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 30
bagaimana  dalam  sebuah  grup  teknik  penelitian  dibawa  ke  dalam  kelas  menjadi pembelajaran  lingkungan  yang  lebih  kooperatif.  Penelitian  pembelajaran  kooperatif
yang dilakukan memberikan beberapa masukan positif seperti memperoleh informasi baru, meningkatkan kemampuan belajar dan menumbuhkan percaya diri serta untuk
meningkatkan  partisipasi  para  siswa  dalam  kontribusinya  ketika  berada  di kelompoknya  masing-masing.  Jadi  bisa  diasumsikan    bahwa  ada  manfaat  hubungan
timbal balik sesama. 2   Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Menurut  Muslimin  Ibrohim  2000:6  Unsur-unsur  dasar  pembelajaran  kooperatif adalah sebagai berikut : 1 Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa
mereka  bersama  ;  2  Siswa  bertanggungjawab  atas  segala  sesuatu  di  dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri ; 3 Siswa haruslah melihat bahwa semua
anggota  di  dalam  kelompoknya  memiliki  tujuan  yang  sama  4  Siswa  haruslah membagi tugas dan tanggung jawab  yang sama  diantara  anggota kelompoknya ; 5
Siswa  akan  dikenakan  evaluasi  atau  diberikan  hadiahpenghargaan  yang  juga  akan dikenakan  untuk  semua  anggota  kelompoknya  ;    6  Siswa  berbagi  kepemimpinan
dan  mereka  membutuhkan  keterampilan  untuk  belajar  bersama  selama  proses belajarnya.
Sedangkan  Menurut  Roger  dan  David  Johnson,  bahwa  tidak  setiap  belajar kelompok  bisa  dianggap  pembelajaran  kooperatif.  Pembelajaran  kooperatif
mempunyai  unsur-unsur  tertentu  agar  tujuan  dapat  tercapai.  Unsur-unsur pembelajaran  kooperatif  yang  harus  diterapkan  adalah  1  saling  ketergantungan
positif;  2  tanggung  jawab  perseorangan;  3  tatap  muka;  4  komunikasi  antar anggota,  dan  5  evaluasi  proses  kelompok  Anita  Lie,  2004:  31;  sejalan  dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 31
Abdurrahman  Bintoro, 2000 dalam Nurhadi, 2004: 112.  Sehingga apabila unsur- unsur  di  atas  tidak  terpenuhi  bukan  merupakan  pembelajaran  kooperatif  walaupun
dilakukan secara kelompok atau bersama-sama. Dengan  menerapkan strategi  pembelajaran  kooperatif  pada  siswa  berarti
pihak  sekolah    guru  dan  murid  :  1  mengembangkan  dan  menggunakan keterampilan  kooperatif  berfikir kritis dan kerja sama kelompok; 2 menyuburkan
hubungan    antar    pribadi    yang    positif    diantara    siswa    yang  berasal    dari    latar belakang  yang  berbeda  heterogen ; 3 menerapkan  bimbingan  oleh teman  peer
coaching  ;  4  menciptakan  lingkungan  yang  menghargai,  menghormati    nilai-nilai ilmiah; 5 membangun  sekolah  dalam  suasana  belajar.
3  Tujuan Pembelajaran Kooperatif Menurut  Kindsvatter  dkk  dalam  Suparno  2007  :  135,  belajar  kooperatif
mempunyai  tujuan  antara  lain  ;  a  meningkatkan  hasil  belajar  lewat  kerja  sama kelompok yang memungkinkan siswa belajar satu sama lain; b merupakan alternatif
terhadap  belajar  kompetitif  yang  sering  membuat  siswa  lemah  menjadi  minder;  c memajukan kerjasama kelompok antara manusia. Dengan belajar bersama, hubungan
antara  siswa  makin  akrab  dan  kerja  sama  antara  mereka  akan  lebih;  dan  d  bagi siswa-siswa yang mempunyai intelegensi interpersonal tinggi, cara belajar ini sangat
cocok  dalam  memajukan.  Mereka  lebih  mudah  mengkonstruksi  pengetahuan  lewat bekerjasama dengan teman, daripada sendirian.
4  Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan Pendidikan  dalam  masyarakat  yang  demokratis  seyogyanya  mengajarkan
proses demokrasi secara langsung John Dewey  dan Herbert Thelan dalam  Ibrahim, 2000 dalam Trianto, 2007 : 44. Tingkah laku kooperatif dipandang oleh Dewey dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 32
Thelan sebagai dasar demokrasi, dan sekolah dipandang sebagai laboratorium untuk mengembangkan tingkah laku demokrasi. Peran aktif dan proses demokrasi menjadi
ciri  khas  lingkungan  pembelajaran  kooperatif.  Guru  memang  berperan  aktif  dalam pembentukan  kelompok  dan  juga  mendenifisikan  semua  prosedur.  Walaupun
demikian,  guru  tidak  dibenarkan  mengelola  tingkah  laku  siswa  dalam  kelompok secara  ketat.  Siswa  harus  memiliki  ruang  dan  peluang  untuk  secara  bebas
mengendalikan aktivitas-aktivitas di dalam kelompoknya. Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya mempelajari materi, tetapi
siswa juga mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.  Keterampilan-keterampilan  kooperatif  tersebut  meliputi  keterampilan
kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir Lungdren, 1994 dalam Isjoni,  2007  :  46  –  48.  Keterampilan  kooperatif  tingkat  awal,  meliputi  :  1
menggunakan  kesepakatan  dalam  menyamakan  pendapat  yang  berguna  untuk meningkatkan  hubungan  kerja  dalam  kelompok;  2  menghargai  kontribusi  anggota
lain;  3  setiap  anggota  kelompok  bersedia  menggantikan  dan  bersedia  mengemban tugas    tanggung  jawab  tertentu  dalam  kelompok;  4  selama  kegiatan  berlangsung
setiap  anggota  tetap  berada  dalam  kelompok;  5  setiap  anggota  meneruskan  tugas yang  menjadi  tanggung  jawabnya,  agar  kegiatan  dapat  diselesaikan  sesuai  waktu
yang  dibutuhkan;  6  mendorong  semua  anggota  kelompok  untuk  memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok; 7 mengundang orang lain untuk berbicara dan
berpartisipasi terhadap tugas ; dan 8 bersikap menghormati terhadap budaya, suku, ras, atau pengalaman dari semua siswa atau peserta didik.
Keterampilan  kooperatif  tingkat  menengah  meliputi  :  1  menunjukkan penghargaan  dan  simpati;  2  mengungkapkan  ketidaksetujuan  dengan  cara  yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 33
dapat diterima;3 mendengarkan dengan arif; 4 bertanya. Sedangkan keterampilan tingkat  mahir  meliputi  :  1  mengelaborasi;  2  memeriksa  dengan  cermat;  3
menanyakan kebenaran; 4 menetapkan tujuan; dan 5 berkompromi. 3.  Jigsaws II  Tim Ahli
Metode  pengajaran  dengan  Jigsaw  dikembangkan  oleh  Elliot  Aronson  dan rekan-rekannya 1978. Bentuk adaptasi Jigsaw yang lebih praktis dan mudah, yaitu
Jigsaw II Slavin, 1986a. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dapat  digunakan apabila topik-topik yang dipelajari ditulis dalam bentuk cerita sehingga pembelajaran
ini cocok untuk  topik-topik sosial, literature, dan beberapa topik ilmu sains terutama topik  yang  berkaitan  dengan  penanaman  konsep.  Dalam  pembelajaran  kooperatif
Jigsaw  II,  siswa  bekerja  dalam  tim  yang  heterogen  seperti  .  Siswa  diminta  untuk membaca suatu materi dan diberi lembar ahli expert sheet yang memuat topik-topik
berbeda  untuk  tiap  anggota  tim  yang  harus  dipelajari  pada  saat  membaca.  Apabila siswa  telah  selesai  membaca,  selanjutnya  dari  tim  berbeda  dengan  topik  yang  sama
berkumpul dalam kelompok ahli, untuk mendiskusikan topik mereka selama waktu yang  ditentukan.  Selanjutnya  ahli-ahli  ini  kembali  ke  tim  masing-masing  untuk
menyampaikan  kepada  anggota  yang  lain  dalam  satu  tim  asal.  Pada  akhirnya  siswa mengerjakan kuis yang mencakup semua topik dan skor yang diperoleh menjadi skor
tim  .  Skor  yang  dikontribusi  oleh  siswa  kepada  timnya  menjadi  dasar  sistem peningkatan skor individual. Siswa dengan skor tinggi dalam timnya dapat menerima
sertifikat  atau  penghargaan  lainnya.  Dalam  Jigsaw  II    ini  terdapat  dua  macam pembelajaran  kooperatif,  yaitu  pembelajaran  kooperatif  dalam  kelompok  asal  dan
pembelajaran kooperatif dalam kelompok ahli. Pada Jigsaw II tidak diterapkan sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 34
penghargaan kelompok. Para siswa dinilai berdasarkan hasil belajar individu masing- masing.
Jigsaw  II  yang  dikembangkan  oleh  Robert  Slavin  pada  dasarnya  mengambil struktur  yang  sama  dari  Jigsaw  Aronson,  akan  tetapi,  Slavin  mencoba
menyederhanakan  dengan  cara  kelompok  membahas  suatu  topik  dan  tiap  anggota kelompok  memilih  subtopik  yang  dikuasai  menjadi  ahli.  Setiap  ahli  membahas
subtopiknya  kepada  anggota  lainnya.  Penyederhanaan  ini  memudahkan  guru  bila menghadapi topik yang sedikit atau mengurangi beban guru menyiapkan beragam set
materi  pelajaran.  Selain  itu  Slavin  menambahkan  aspek  kompetisi  kelompok  dan penghargaan kelompok. Dalam Jigsaw II , skor yang dikontribusi oleh siswa kepada
timnya  menjadi  dasar  sistem  peningkatan  skor  individual.  Siswa  dengan  skor  tinggi dalam  timnya  dapat  menerima  sertifikat  atau  penghargaan  lainnya.  Kunci  dari
pembelajaran  Jigsaw  II  adalah  saling  ketergantungan,  yaitu  setiap  siswa  bergantung pada  anggota  satu  timnya  untuk  menyediakan  informasi  yang  dibutuhkan  agar
mengerjakan kuis dengan baik. Menurut  Slavin    2008:  241  Kegiatan  instruksional  yang  secara  reguler
dilaksanakan  dalam  pembelajaran  kooperatif    Jigsaw  II  terdiri  atas  :  1  Membaca, siswa  menerima  topik  ahli  dan  membaca  materi  yang  diberikan  untuk  menemukan
informasi yang berhubungan dengan topik mereka; 2 Diskusi kelompok ahli, siswa dengan topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok ahli;
3    Laporan  tim,  ahli-ahli  kembali  pada  timnya  dan  mengajarkan  topik  mereka kepada  anggota  yang  lain  dalam  satu  timnya;  4  Tes,  siswa  mengerjakan  kuis
individual  yang  mencakup  semua  topik;    5    Rekognisi    tim,  tim  dimungkinkan mendapatkan penghargaan berupa sertifikat atau dalam bentuk lain apabila skor rata-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 35
rata  mereka  melebihi  kriteria  tertentu.    Penghitungan  skor  untuk  Jigsaw  II  sama dengan  penghitungan  skor  pada  STAD,  termasuk  skor  untuk  awalnya,  poin-poin
kemajuan,  dan  prosedur  penghitungan  skor.  Tim  dimungkinkan  mendapatkan penghargaan  berupa  sertifikat  atau  dalam  bentuk  lain  apabila  skor  rata-rata  mereka
mencapai  kriteria  tertentu.  Menurut  Durmus  Kilic  dalam  World  Applied  Sciences Journal  4  Supple  1:  109-114,2008  menyimpulkan  bahwa  teknik  Jigsaw  dapat
digunakan  dalam  tahap  pendidikan  dan  kolaborasikerjasama  belajar  akan memberikan  efisiensi dan kemudahan dalam mengajar. Sehingga hal tersebut sesuai
diterapkan  pada  materi  ekosistem  yang  begitu  luas  agar  siswa  lebih  mudah  dalam menerima materi pelajaran dan menghemat waktu.
4.  Student Teams Achievemnt Division STAD STAD  merupakan  salah  satu  model  pembelajaran  kooperatif    yang
dikembangkan  oleh  Robert  E.  Slavin  tahun  1995  di  Universitas  John  Hopkins, Amerika  Serikat.  Model  ini  merupakan  pembelajaran  kooperatif  yang  paling
sederhana dan sebuah model yang bagus untuk memulai bagi seorang guru yang baru untuk  menggunakan  pendekatan  kooperatif.    Dalam  pembelajaran  kooperatif  model
STAD,siswa-siswa di kelompokkan menjadi kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap  kelompok  4  –  6  siswa.  Yang  terdiri  dari  siswa  pandai,  sedang  dan  rendah.
Disamping  itu  guru  juga  mempertimbangkan  kriteria  heterogenitas  yang  lainnya seperti  jenis  kelamin,  latar  belakang  sosial,  kesenangan  dan  lain  sebagainya.
Pembawaan  siswa  ke  dalam  kelompok-kelompok  perlu  diseimbangkan  sehingga setiap  kelompok  memiliki  anggota  yang  tingkat  prestasinya  seimbang.  Anggota  tim
menggunakan  lembar  kegiatan  atau  perangkat  pembelajaran  yang  lain  untuk menuntaskan  materi  pelajarannya  dan  kemudian  saling  membantu  satu  sama  lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 36
untuk  memahami  bahan  pelajaran  melalui  tutorial,  kuis,  satu  sama  lain  atau melakukan  diskusi.  Secara  individual  setiap  pertemuan  siswa  diberi  kuis.  Kuis  itu
diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan.   Skor  perkembangan  ini  tidak berdasarkan  pada  skor  mutlak  siswa,  tetapi  berdasarkan  pada  seberapa  jauh  skor  itu
melampaui  rata-rata  skor  siswa  yang  lalu.  Setiap  pertemuan  pada  suatu  lembar penilaian  singkat  atau  dengan  cara  lain,  diumumkan  tim-tim  dengan  skor  tertinggi,
siswa  yang  mencapai  skor  perkembangan  tinggi,  atau  siswa  yang  mencapai  skor sempurna pada kuis-kuis itu. Terkadang seluruh tim  yang mencapai kriteria tertentu
dicantumkan dalam lembar itu. Menurut Slavin 2008:143 STAD terdiri dari 5 lima komponen utama yaitu
presentasi  Kelas,  kelompoktim,  kuis,  skor  Kemajuan  individu,  dan  Rekognisi  Tim. 1  Presentasi  Kelas,  materi  diperkenalkan  dalam  presentasi  di  dalam  kelas.  Ini
merupakan  pengajaran  langsung  seperti  yang  sering  kali  dilakukan  atau  diskusi- pelajaran  yang dipandu oleh guru, tetapi bisa juga presentasi audiovisual.  Sehingga
siswa  harus  menyadari  bahwa  mereka  harus  memberi  perhatian  penuh  selama presentasi  kelas,  karena  berkaitan  dengan  kuis  dan  skor,  sehingga  apabila  dapat
mengerjakan kuis dengan baik, skor kuis mereka menentukan skor tim  mereka juga; 2  Tim  atau  kelompok,  terdiri  atas  4  –  5  siswa  yang  mewakili  seluruh  bagian  dari
kelas  dalam  hal  kinerja  akademik,  jenis  kelamin,  ras,  dan  etnis  yang  bervariasi. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar
belajar,  dan  khususnya  lagi  adalah  untuk  mempersiapkan  anggotanya  untuk  bisa mengerjakan  kuis  dengan  baik.  Setelah  guru  menyampaikan  materinya,  tim
berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Tim adalah fitur yang  paling  penting  dalam  STAD.  Pada  tiap  poinnya,  yang  ditekankan  adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 37
membuat  anggota  tim  melakukan  yang  terbaik  untuk  tim,  dan  tim  pun  harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Selama belajar kelompok,
tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman  dalam  satu  kelompok  untuk  menguasai  materi  tersebut.  Siswa  diberi  lembar
kegiatan  yang  dapat  digunakan  untuk  melatih  keterampilan  yang  sedang  diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok; 3   Kuis, setelah sekitar
1  atau  2  periode  dari  guru  memberikan  presentasi  dan  sekitar  satu  atau  dua  periode praktim  tim,  para  siswa  mengerjakan  kuis  individual.  Kuis  dikerjakan  oleh  siswa
secara  mandiri.  Para  siswa  tidak  diperbolehkan  untuk  saling  membantu  dalam mengerjakan  kuis.  Sehingga,  tiap  siswa  bertanggung  jawab  secara  individual  untuk
memahami materinya;
4. Skor
Kemajuan individual,
Gagasan yang
melatarbelakangi  skor  kemajuan  individual  adalah  untuk  memberikan  kepada  tiap siswa  tujuan  kinerja  yang  akan  dapat  dicapai  apabila  mereka  bekerja  lebih  giat  dan
lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal  kepada  timnya  dalam  sistem  skor  ini,  tetapi  tak  ada  siswa  yang  dapat
melakukannya  tanpa  memberikan  usaha  mereka  yang  terbaik.  Tiap  siswa  diberikan skor  “awal”,  yang  diperoleh  dari  rata-rata  kinerja  siswa  tersebut  sebelumnya  dalam
mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka  berdasarkan  tingkat  kenaikan  skor  kuis  mereka  dibandingkan  dengan  skor
awal mereka; 5. Rekognisi Tim, Kelompok dimungkinkan mendapat sertifikat atau penghargaan  lain  apabila  skor  rata-rata  mereka  mencapai  kriteria  tertentu.  Setiap
siswa  memiliki  skor  awal  yang  diperoleh  dari  nilai  sebelumnya.  Skor  awal  ini mungkin berupa nilai ulangan harian atau nilai ulangan umum semester sebelumnya.
Setelah  tahap  evaluasi  di  mana  siswa  menyelesaikan  kuis  perorangan,  guru  harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 38
menghitung poin kemajuan tiap siswa. Selanjutnya guru juga harus menghitung poin kemajuan rata-rata tiap tim, yang merupakan jumlah poin kemajuan seluruh anggota
tim  dibagi  jumlah  anggota  tim.  Setelah  itu  guru  menentukan  tingkat  penghargaan kelompok kepada masing-masing tim dan memberikan penghargaan kepada masing-
masing tim.
5.  Pengertian Motivasi