Tabel 27 menunjukkan bahwa setelah menggabungkan keseluruhan hasil tes dan rubrik saat siswa berproses dan menyelesaikan lembar kerja,
maka prestasi IPA seluruh siswa memiliki rata-rata 82,01 dan persentase siswa yang lulus KKM mencapai 94,44. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa ada peningkatan prestasi dari kondisi awal yang memiliki rata-rata 63,18 meningkat menjadi 82,01, sedangkan persentase siswa yang lulus
KKM juga mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 64,75 meningkat menjadi 94,44. Ada 1 siswa yang belum lulus KKM, dalam
hal ini KKM adalah 60. Siswa tersebut tidak lulus dikarenakan memiliki rata-rata skor tes dan rubrik yang rendah. Rendahnya skor siswa tersebut
disebabkan oleh rendahnya rata-rata skor total rubrik, siswa tersebut tidak mengikuti pembelajaran selama 3 kali pertemuan karena tidak masuk
sekolah. Namun demikian, masih ada lebih dari 5 siswa yang memiliki skor nilai tinggi, yaitu lebih dari 90. Dari uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1
terbukti membuat prestasi siswa berubah ke arah yang lebih baik atau meningkat.
4.2 Pembahasan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA
siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 yang terletak di dusun Plaosan, desa Tlogoadi, kecamatan Mlati, kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui penggunaan metode inkuiri dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri
Plaosan 1. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam kegiatan pembelajarannya. Penelitian ini disusun dalam
serangkaian desain pembelajaran di siklus I. Jika sikus I telah mencapai target yang di inginkan, maka tidak perlu di lanjutkan ke siklus II.
Siklus I dalam penelitian ini terdiri dari 4 kali pertemuan. Dalam penelitian ini, peneliti merancang desain pembelajaran yang meliputi silabus,
rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, materi ajar, lembar kerja, rubrik, hingga soal evaluasi beserta media dan sumber yang dibutuhkan. Peneliti
melakukan validasi dengan mengajukan desain perangkat pembelajaran kepada validator yang terdiri dari dosen, kepala sekolah, guru serta siswa.
Selanjutnya adalah
pelaksanaantindakanperlakuan, peneliti
melaksanakannya dalam 4 pertemuan di siklus I. Pertemuan 1 digunakan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan gambar-
gambar nyata tentang pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan. Pertemuan 2 dilaksanakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
menggunakan alat peraga untuk percobaan siswa dalam kelompok di luar kelas tentang pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan.
Pertemuan 3 digunakan untuk melakukan inkuiri terbimbing dengan melakukan pengamatan pada lingkungan sekitar siswa. Pada pertemuan 3 ini
siswa belajar keluar sekolah untuk melakukan pengamatan di sawah dan sungai sekitar. Pertemuan 4 digunakan untuk pembelaran inkuiri terbimbing
dengan berbagai macam sumber milik siswa yang bertujuan agar siswa dalam kelompok membuat slogan. Setelah selesai membuat slogan, siswa
menyelesaikan soal evaluasi berupa 18 soal tes objektif. Pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri
terbimbing, siswa lebih banyak bekerja dalam kelompok untuk melakukan pengumpulan data. Sebagian besar siswa kelas IV bekerja dalam kelompok
sesuai perintah guru. Siswa mampu merumuskan masalah setelah guru memberi pertanyaan pancingan yang kemudian siswa menyusun hipotesisnya
masing-masing. Pengumpulan data dilakukan siswa sesuai dengan petunjuk pada lembar kerja. Siswa menguji hipotesis yang mereka buat setelah
pengumpulan data, kemudian siswa menentukan kesimpulan sendiri dari hasil pengumpulan data dan pengujian hipotesis mereka dalam kelompok. Setelah
dilaksanakan proses pembelajaran IPA di kelas IV dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing pada siklus I, maka dapat diperoleh hasil seperti
tercantum dalam tabel 28, sedangkan perhitungan dapat dilihat pada tabel 24 dan tabel 27.
Tabel 28 Hasil Penelitian
Indikator Kondisi
Awal Target
Capaian Siklus I
Capaian Siklus I
Deskriptor Instrumen
Keaktifan
1. Bertanya kepada
guru dan
teman tentang materi
pembelajaran IPA
saat proses
pembelajaran
33,33 40
50 Jumlah
siswa yang
bertanya kepada guru dan
teman tentang
materi pembelajaran
IPA saat proses pembelajaran
dibagi
jumlah keseluruhan
siswa kali 100
Lembar Observasi
2. Mengemukaka n
pendapat ketika
berdiskusi kelompok
27,78 35
61,11 Jumlah
siswa yang
mengemukakan pendapat ketika
berdiskusi kelompok dibagi
jumlah keseluruhan
siswa kali 100
3. Mengerjakan tugas
yang diberikan oleh
guru dalam
proses pembelajaran
IPA
33,33 40
55,56 Jumlah
siswa yang
mengerjakan tugas
yang diberikan
oleh guru
dalam proses
pembelajaran IPA
dibagi jumlah
keseluruhan siswa kali 100
Prestasi
1. Siswa yang
lulus KKM 64,75
70 94,44
Jumlah siswa
yang lulus KKM dibagi
jumlah keseluruhan
siswa kali 100
Tes Non Tes
2. Rata-rata nilai 63,18
70 82,01
Jumlah total skor nilai
dibagi jumlah
siswa
keseluruhan
Tabel 28 menunjukkan bahwa keaktifan siswa mengalami peningkatan. Peningkatan keaktifan siswa dapat dibuktikan dengan melihat
hasil perhitungan pada indikator 1 keaktifan yang mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 33,33 menjadi 50, untuk indikator 2 keaktifan
meningkat dari 27,78 menjadi 61,11, sedangkan untuk indikator 3 keaktifan meningkat dari 33,33 menjadi 55,56. Hasil tersebut diperoleh
dari perhitungan turus hasil observasi keaktifan yang di isi oleh 4 observer yang membantu peneliti. Mean M diperoleh dari perhitungan seluruh
jumlah turus seluruh siswa dari siklus I yang terdiri dari 4 pertemuan. Siswa dikatakan aktif jika perolehan turus siswa tersebut sama dengan atau lebih
dari mean M yang diperoleh dari setiap indikator. Seperti halnya keaktifan, prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD
Negeri Plaosan 1 menggunakan metode inkuri juga meningkat. Peningkatan prestasi dibuktikan dengan hasil perolehan skor siswa yang lulus KKM
meningkat dari kondisi awal sebesar 64,75 menjadi 94,44. KKM untuk mata pelajarran IPA kelas IV SD Negeri Plaosan 1 adalah 60, jadi ada 17
siswa dari keseluruhan 18 siswa 94,44 yang mendapat nilai 60 atau lebih dari 60. Sedangkan untuk rata-rata kelas juga mengalami peningkatan dari
kondisi awal sebesar 63,18 menjadi 82,01. Hasil prestasi belajar diperoleh dari skor tes pada evaluasi yang diselesaikan siswa pada pertemuan 4 dan
skor rubrik penilaian selama 4 kali pertemuan. Berdasarkan data dan uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa penggunaan metode inkuiri terbimbing
dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV
SD Negeri Plaosan 1 membuat perubahan ke arah lebih baik atau meningkatkan keaktifan maupun prestasi belajar IPA siswa SD Negeri
Plaosan 1. Peningkatan keaktifan dapat dilihat dari gambar 2.
Gambar 2 Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa SD Negeri Plaosan 1
Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing
Grafik pada gambar 2 menunjukan bahwa ada peningkatan pada keaktifan siswa saat pembelajaran IPA menggunakan metode inkuiri. Ketiga indikator
keaktifan mengalami peningkatan dapat dilihat dari grafik yang melebihi kondisi awal bahkan melebihi target yang ditetapkan. Sedangkan peningkatan
prestasi dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3 Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1
Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing
Begitu juga pada prestasi belajar yang tergambar pada grafik di gambar 3, siswa yang lulus KKM dan rata-rata siswa juga mengalami
peningkatan dari kondisi awal yang bahkan juga melebihi target yang ditetapkan. Berdasarkan uraian diatas maka pelaksanaan siklus I dalam
penelitian ini sudah mengalami peningkatan dalam hal keaktifan dan prestasi belajar, maka tidak perlu di lanjutkan ke siklus II.
Secara umum, proses pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun oleh peneliti. Siswa dalam kelompok melakukan inkuiri dengan
bimbingan guru. Setiap kelompok memiliki cara yang berbeda-beda untuk menemukan dan mengumpulkan data, sehingga kesimpulan setiap kelompok
pun berbeda. Namun, pada akhir pembelajaran, siswa dan guru menyamakan kesimpulan akhir dari setiap pembelajaran. Salah satu contoh hasil lembar
kerja siswa dalam kelompok pada pertemuan 1 terdapat pada gambar 4 dan 5 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
Gambar 4 Contoh 1 Hasil Penempelan Gambar Siswa dalam Kelompok
Gambar 5 Contoh 2 Hasil Penempelan Gambar Siswa dalam Kelompok
Gambar 4 dan 5 hasil kerja siswa dalam kelompok di atas menunjukan bahwa siswa telah mampu menggolongkan macam-macam
pengaruh perubahan fisik terhadap daratan setelah melakukan orientasi, perumusan masalah dan menyusun hipotesis. Siswa dalam kelompok
bekerjasama untuk menggolongkan macam-macam gambar nyata yang berhubungan dengan pengaruh perubahan lingkungan fisik yang meliputi
abrasi, erosi, banjir dan longsor sebagai bentuk usaha pengumpulan data dan informasi. Siswa memberi tanda panah pada setiap gambar sesuai
kesepakatan kelompok masing-masing, siswa diperbolehkan mencari informasi dari sumber yang siswa miliki saat pengumpulan data dan
mengerjakan lembar kerja. Sebagian besar siswa dalam kelompok telah menggolongkan macam-macam gambar sesuai dengan bagian masing-masing
abrasi,erosi,banjir,dan longsor. Masih ada kelompok yang belum tepat saat menggolongkan satu
gambar tentang abrasi dikarenakan ada anggota kelompok tersebut yang belum paham perbedaan antara abrasi dan erosi. Namun kemudian ada
anggota kelompok tersebut yang menjelaskan jawaban yang benar. Selain kelompok yang kurang tepat, ada kelompok yang menarik tanda padah pada
kolom erosi ke longsor, begitu juga sebaliknya. Saat presentasi, kelompok tersebut menerangkan bahwa ada sebagian gambar-gambar yang terdapat
pada bagian erosi juga bisa termasuk dalam longsor serta dapat juga menjadi menyebabkan terjadinya longsor, begitu juga sebaliknya yaitu ada sebagian
gambar-gambar yang terdapat pada bagian longsor bisa termasuk dalam erosi
dan bisa juga menjadi penyebab terjadinya erosi. Hal ini membuktikan bahwa siswa dalam kelompok telah paham tentang pengaruh lingkungan fisik,
bahkan mereka telah berproses sendiri dalam melakukan proses inkuiri, terutama saat pengumpulan data, pengujian hipotesis dan penarikan
kesimpulan. Mereka mencari sumber dan menemukan cara atau metode sendiri untuk mengumpulkan informasi sehingga mereka dapat menemukan
jawaban yang muncul dari pertanyaan yang dirumusan masalah serta menyelesaikan papan gambar dan lembar kerja mereka dengan cara masing-
masing dari setiap kelompok. Selain aktivitas menempelkan gambar nyata pada saat pengumpula data, hasil lembar kerja kelompok pada pertemuan 1
tercantum dalam gambar 6, gambar 7 dan gambar 8 serta selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
Gambar 6 Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 1
Gambar 7 Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 1
Gambar 8 Contoh 3 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 1
Gambar 6, gambar 7 dan gambar 8 menunjukan bahwa siswa dapat menjelaskan macam-macam pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap
daratan yang meliputi erosi, abrasi, banjir dan longsor. Masih ada kelompok yang kurang tepat dalam menjawabnya seperti pada gambar 8, namun
mengerti setelah mendengar penjelasan kelompok lain saat presentasi. Siswa menghasilkan jawaban untuk lembar kerja tersebut setelah mengumpulkan
data dan memperoleh informasi dari sumber yang dimiliki siswa serta
menyelesaikan penempelan gambar untuk menggolongkan macam-macam pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan dengan gambar nyata.
Tyler dalam Suyono dan haryanto: 2011 mengungkapkan bahwa salah satu rancangan belajar konstruktivisme adalah memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengemukakan gagasan dalam bahasanya sendiri. Inkuiri terbimbing yang berbasis konstruktivisme memberikan kesempatan bagi
setiap kelompok untuk menuangkan jawaban masing-masing yang dalam hal ini jawaban setiap kelompok memang berbeda namun hampir sama karena
mereka memiliki beberapa buku sumber yang relatif sama, hanya saja mereka memiliki cara sendiri dalam memahami materi yang kemudian mereka
tuangkan dalam tulisan pada lembar kerja. Pada lembar kerja nomor 4 yaitu tentang banjir dan 5 yaitu tentang longsor, siswa memiliki cara sendiri untuk
mengungkapkan gagasan mereka dengan bahasa mereka masing-masing. Hasil tersebut menunjukan bahwa siswa telah mengetahui dan memahami
tentang pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan sesuai dengan indikator pembelajaran 1 dan 2 yang peneliti susun yaitu menyebutkan
pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan serta menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan.
Pertemuan 2 dilaksanakan dengan menggunakan alat peraga dalam proses inkuiri terbimbing. Siswa secara bergantian menggunakan alat
peraga untuk mengetahui pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan. Ada 4 paket alat peraga yaitu alat peraga untuk erosi dengan
menggunakan 3 buah botol bekas, abrasi dengan menggunakan baki untuk
abrasi pada pantai pasir dan cangkang untuk pantai berkarang, banjir dengan menggunakan botol bekar dan longsor dengan menggunakan 2 baki. Contoh
hasil kerja siswa dalam kelompok setelah melakukan percobaan erosi terlihat pada gambar 9 dan gambar 10 serta selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
6.
Gambar 9 Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Percobaan Erosi pada Pertemuan 2
Gambar 10 Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Erosi Pertemuan 2
Gambar 9 dan gambar 10 menunjukan bahwa setiap kelompok juga memiliki cara sendiri dalam proses pengumpulan data dengan melakukan
percobaan tentang erosi. Cara siswa yang berbeda tersebut terlihat pada
penggunaan kata larut dan terkikis, setiap kelompok memiliki kata sendiri untuk menuangkan ide mereka. Selanjutnya contoh hasil kerja siswa dalam
kelompok setelah melakukan percobaan abrasi pada baki untuk pantai berpasir dapat dilihat pada gambar 11 dan gambar 12 serta dan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 6.
Gambar 11 Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Percobaan Abrasi Pantai Berpasir pada
Pertemuan 2
Gambar 12 Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Abrasi Pantai Berpasir pada
Pertemuan 2
Setiap kelompok menggunakan 2 baki secara bergantian, baki 1 berisi pasir tanpa rumput, sedangkan baki 2 berisi pasir dengan rumput
sebagai hutan bakau. Selanjutnya contoh hasil kerja siswa setelah melakukan
percobaan abrasi pada pantai berkarang dengan menggunakan cangkang dan cuka terdapat pada gambar 13 dan gambar 14 serta selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 6.
Gambar 13 Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Percobaan Abrasi Pantai Berkarang pada
Pertemuan 2
Gambar 14 Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Abrasi Pantai Berkarang pada
Pertemuan 2
Gambar 13 dan 14 menunjukan hasil kerja siswa setelah melakukan percobaan dengan menggunakan cangkang telur ayam, siswa
menggunakan kertas masing-masing untuk menulis hasil laporan percobaan
karena percobaan dengan menggunakan cangkang telur dan cuka ini tidak seperti percobaan yang lain. Pada percobaan abrasi pantai berkarang,
cangkang telur ayam harus direndam dalam air cuka dalam waktu beberapa hari, dalam hal ini setiap kelompok diberi waktu selama 1 minggu untuk
melakukan pengamatan dan menuliskan laporan masing-masing. Hasil laporan setiap kelompok dituangkan dalam bahasa sederhana
sesuai dengan pengamatan masing-masing selama proses, ada yang menggunakan bahasa yang pendek, namun ada yang mengungkapkannya
dengan lebih detail dan dengan kalimat yang panjang. Hasil laporan siswa memperlihatkan bahwa siswa telah mengetahui cangkang yang berperan
sebagai karang akan terkikis cuka yang berperan sebagai air laut jika tidak ada pelindungnya. Selanjutnya hasil kerja siswa setelah melakukan percobaan
tentang banjir yang dilakukan dengan menggunakan botol bekas dan penyumbat dapat dilihat gambar 15 dan gambar 16 serta selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 6.
Gambar 15 Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Percobaan Banjir pada Pertemuan 2
Gambar 16 Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Banjir pada Pertemuan
Gambar 15 dan gambar 16 menunjukan bahwa melalui percobaan banjir dengan menggunakan botol, air dan penyumbat, siswa dapat
mengilustrasikan sendiri bahwa sumbatan sampah dapat menyebabkan air meluap. Percobaan yang terakhir adalah tentang longsor, hasil kerja siswa
setelah melakukan percobaan tentang longsor dapat dilihat pada gambar 17 dan gambar 18 serta selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
Gambar 17 Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Percobaan Longsor pada Pertemuan 2
Gambar 18 Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Longsor pada Pertemuan 2
Seperti halnya pada percobaan sebelumnya, hasil kerja setiap kelompok pada percobaan tentang longsor seperti terdapat pada gambar 17
dan gambar 18 menunjukan bahwa siswa sudah dapat memahami proses longsor dan perbedaan antara yang terdapat pepohonan dan tidak. Inkuiri
terpimpin atau terbimbing dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan melacak dengan tujuan mengarahkan peserta didik ke
titik kesimpulan, siswa melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya Hanafiah Suhana: 2009. Seperti halnya pendapat
ahli tersebut, di pertemuan 2 ini setiap kelompok melakukan percobaan secara bergantian dan masing-masing kelompok melakukan percobaannya
sendiri tanpa campur tangan kelompok lain guna pengumpulan data yang nantinya akan di olah, kemudian menguji hipotesis yang telah dirumuskan
dan akhirnya bisa menuju ke titik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh. Sanjaya 2006 mengungkapkan bahwa mengumpulkan data
merupakan aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Terlihat bahwa setiap kelompok memiliki cara sendiri untuk mengungkapkan hasil pengumpulan data mereka melalui
percobaan dengan menggunakan alat peraga, hal ini terjadi kerena kemampuan menjaring dan mengolah informasi setiap kelompok juga
berbeda berdasar pengalaman, ketekunan dan kemampuan mereka. Setiap kelompok menyampaikan apa yang mereka lakukan dan alami
saat percobaan dengan cara dan bahasa yang berbeda saat presentasi. Namun dari perbedaan tersebut dapat diketahui bahwa siswa memahami tentang
proses pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan melalui alat peraga. Hanya saja saat pengumpulan data setiap siswa memiliki metode
sendiri untuk dapat menjawab pertanyaan dan mengungkapkan hasil percobaan mereka, hal ini sesuai dengan rancangan belajar kontruktivisme
menurut Tyler dalam Suyono dan Haryanto, 2011 yang mengungkapkan bahwa salah satu rancangan belajar kontruktivisme adalah memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan dalam bahasanya sendiri. Proses pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing pada pertemuan
2 ini mendukung tercapainya indikator pembelajaran 3 dan 4 yang telah disusun, yaitu membedakan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap
daratan pserta menggunakan alat peraga untuk percobaan pengaruh lingkungan fisik terhadap daratan.
Pertemuan 3 dilakukan proses pembelajaran IPA dengan menggunakan inkuiri terbimbing melalui lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar. Siswa melakukan pengamatan tentang pengaruh perubahan
lingkungan fisik terhadap daratan yang terdapat di lingkungan sekitar mereka. Dalam hal ini adalah lingkungan sekitar SD Negeri Plaosan 1 yang
merupakan lingkungan tempat mereka tinggal. Contoh hasil kerja pada pertemuan 3 dapat dilihat pada gambar 19, gambar 20 dan gambar 21 serta
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
Gambar 19 Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 3
Gambar 20 Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 3
Gambar 21 Contoh 3 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 3
Hasil dari lembar kerja pada pertemuan 3 seperti pada gambar 19, gambar 20 dan gambar 21 menunjukan bahwa siswa dalam kelompok
menemukan erosi dan banjir pada sungai yang berada di dekat sekolah. Saat presentasi kelompok, masing-masing kelompok mengungkapkan dan
menceritakan yang mereka alami dan temukan saat melakukan pengamatan dengan antusias. Seperti pada pertemuan 1 dan 2, setelah semua kelompok
melakukan presentasi secara bergiliran. Ada satu anggota kelompok dari kelompok 2 yaitu kelompok yang diberi nama kelompok A.Grahham Bell
yang mengatakan dalam presentasinya, “kami jadi tahu kalau alam disekitar
kita itu indah ada sungai dan sawah ciptaan Tuhan yang harus dilestarikan agar tidak rusak dan erosi banjir longsor.
” Ungkapan siswa tersebut sesuai dengan salah satu tujuan utama IPA
yaitu agar siswa memiliki kemampuan untuk memperoleh keyakinan terhadap Tuhan YME berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan
alam ciptaanNYA BSNP: 2007. Tujuan tersebut terwujud setelah siswa melakukan inkuiri terbimbing pada pertemuan 3. Setelah siswa melakukan
presentasi, siswa dan guru menarik kesimpulan tentang pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan, siswa secara bergantian menuliskannya di
papan tulis yang kemudian di salin pada buku tulis mereka masing-masing sebagai catatan. Pada pertemuan 3 kesimpulan yang ditarik lebih
mempertegas tentang pengaruh perubahan fisik terhadap daratan yang meliputi erosi, abrasi, banjir dan longsor, bukan hanya kesimpulan tentang
yang dipelajari pada pertemuan 3 saja. Indikator pembelajaran 5 dan 6 telah tercapai pada pertemuan 3 yaitu memberi contoh pengaruh perubahan
lingkungan fisik terhadap daratan yang ada dilingkungan sekitar dan menyimpulkan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan.
Pertemuan terakhir pada siklus I ini adalah pertemuan 4 yang inkuiri terbimbing dilakukan dengan menggunakan sumber yang dimiliki siswa serta
kumpulan lembar kerja yang telah dihasilkan siswa bersama kelompok selama 3 kali pertemuan. Sumber dan data yang ada digunakan siswa untuk
mengumpulkan informasi dan mengolahnya sehingga masing-masing kelompok dapat menghasilkan slogan sederhana yang berisi tentang tentang
pesan untuk menjaga lingkungan sekitar agar pengaruh perubahan lingkungan fisik tidak berdampak negatif bagi lingkungan alam sekitar.
Setelah membuat slogan dan mempresentasikannya di depan kelas. Siswa mengerjakan18 soal evaluasi yang telah disediakan. Contoh slogan sederhana
yang dihasilkan oleh siswa dapat dilihat pada gambar 22 dan gambar 23 serta selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
Gambar 22 Contoh 1 Hasil Slogan Sederhana Siswa pada Pertemuan 4
Gambar 23 Contoh 2 Hasil Slogan Sederhana Siswa pada Pertemuan 4
Slogan sederhana yang dihasilkan siswa pada setiap kelompok seperti yang terlihat pada gambar 22 dan gambar 23 menunjukkan bahwa siswa telah
memahami tentang dampak negatif dan solusi dari pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan. Pemahaman siswa dapat diliat dari cara
siswa membuat slogan yang berisikan tentang himbauan agar tidak melakukan perbuatan yang dapat menyebabkan munculnya dampak negatif
dari perubahan lingkungan fisik terhadap daratan. Slogan yang dihasilkan dikemas berbeda sesuai dengan imajinasi dan kreativitas setiap kelompok
seperti yang bisa dilihat dari bentuk penulisan slogan dari gambar 21 dan gambar 22. Siswa juga mengungkapkan segala upaya mereka untuk menjaga
alam disekitar mereka agar tetap lestari dalam presentasi. Setelah siswa melakukan pembelajaran menggunakan metode inkuiri
terbimbing dengan menghasilkan slogan sederhana maka dapat tergambar bahwa salah satu tujuan utama IPA juga telah tercapai, yaitu memecahkan
masalah dan membuat keputusan untuk meningkatkan kesadaran untuk
berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, kesadaran menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah
satu ciptaan Tuhan BSNP: 2007. Indikator pembelajaran 7 dan 8 yang meliputi membuat slogan yang berisikan tentang pesan untuk menjaga
lingkungan sekitar agar pengaruh perubahan lingkungan fisik tidak berdampak negatif bagi lingkungan alam sekitar serta mengerjakan soal
evaluasi tentang pengaruh perubahan lingkungan fisik telah tercapai pada pertemuan terakhir siklus I, yaitu pertemuan 4.
Secara umum dari keseluruhan pembelajaran siklus I yang terdiri dari pertemuan 1, pertemuan 2, pertemuan 3 dan pertemuan 4 telah dilaksanakan
sesuai dengan tahap-tahap pada metode inkuiri terbimbing yang telah dirancang di desain pembelajaran. Sebaian besar siswa telah mengikuti
proses inkuiri terbimbing saat pembelajaran berlangsung. Beberapa contoh refleksi yang ditulis oleh siswa setelah selesai pembelajaran dapat dilihat
pada gambar 24 dan gambar 25.
Gambar 24 Contoh 1 Refleksi Kelompok
Gambar 25 Contoh 2 Refleksi Kelompok
Contoh hasil refleksi kelompok seperti pada gambar 24 dan gambar 25 menunjukan bahwa siswa merasa senang. Perasaan senang tersebut
tertuang dalam sebagian besar refleksi yang ditulis oleh siswa. Mereka yang tidak pernah mendapatkan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
berinteraksi langsung dengan lingkungan fisik maupun sosialnya, sehingga ketika siswa diajak untuk melakukan pembelajaran IPA menggunakan
metode inkuiri terbimbing menjadi lebih semangat karena merasakan hal yang berbeda dalam pembelajaran, yaitu interaksi dengan lingkungan fisik
maupun sosialnya. Contoh refleksi berikuutnya dapat dilihat pada gambar 26 dan gambar 27.
Gambar 26 Contoh 3 Refleksi Kelompok
Gambar 27 Contoh 4 Refleksi Kelompok
Berdasarkan refleksi selanjutnya yang siswa tulis seperti pada gambar 26 dan 27 terlihat bahwa siswa telah menemukan makna dalam
pembelajaran. Makna yang ditemukan siswa dalam hal ini bukan hanya mengetahui arti dari erosi, abrasi, banjir dan longsor, namun proses inkuiri
terbimbing memberikan makna lebih dari hal itu dan dapat mereka gunakan untuk kehidupan mereka selanjutnya.
Makna yang diperoleh bukan hanya mengetahui arti dari materi yang dipelajari, namun siswa sudah mampu menyadari dan memilih
perbuatan atau sikap yang bisa dan akan mereka lakukan untuk bisa menjaga lingkungan sekitar. Dalam salah satu contoh refleksi, ada kelompok yang
menyadari kesalahan mereka sebelumnya dengan melakukan perbuatan yang merugikan alam dan mengungkapkan bahwa akan memperbaiki serta tidak
mengulanginya lagi. Mereka mengungkapkannya dengan bahasa yang sederhana namun syarat akan makna. Dengan cara ini yang inkuiri
terbimbing lakukan untuk membantu mecapai tujuan dari Ilmu Pengetahuan Alam IPA, diantaranya yaitu meningkatkan kesadaran untuk berperan serta
dalam memelihara,
menjaga dan
melestarikan lingkungan
alam, meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan BSNP: 2007. Selain refleksi kelompok, pada akhir pertemuan di siklus I siswa juga membuat refleksi individu.
Contoh refleksi individu setelah siswa selesai melakukan keseluruhan siklus I yang meliputi pertemuan 1, pertemuan 2, pertemuan 3 dan pertemuan 4
terdapat pada gambar 28, gambar 29, dan gambar 30.
Gambar 28 Contoh 1 Refleksi Individu
Gambar 29 Contoh 2 Refleksi Individu
Gambar 30 Contoh 3 Refleksi Individu
Metode inkuiri dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi HanafiahSuhana, 2009: 79.
Contoh refleksi siswa seperti yang terlihatpada gambar 28, gamabr 29 dan gambar 30 menunjukkan bahwa siswa antusias dan merasa senang saat
melakukan proses pembelajaran menggunakan inkuiri terbimbing seperti yang diungkapkan oleh pendapat ahli tersebut, hal inilah yang menjadikan
siswa aktif saat pembelajaran. Selanjutnya ada contoh refleksi individu yang berbeda dengan yang lain seperti pada gambar 31.
Gambar 31 Contoh 4 Refleksi Individu
Namun demikian, masih ada siswa yang mendapatkan skor pada tes objektif rendah dan belum memenuhi KKM, hal tersebut siswa ungkapkan
dalam refleksi seperti yang terdapat pada gambar 31 bahwa ia akan belajar lagi. Refleksi di atas merupakan refleksi dari siswa yang mendapat skor tes
objektif di bawah KKM. Selain perasaan senang dan antusias seperti yang dingkapkan sebagian besar siswa dalam refleksi, mereka juga menjadi tahu
dan senang ketika belajar diluar kelas dan belajar bukan hanya dikelas saja bahkan sawah dan sungai dilingkungan mereka bisa dijadikan sumber untuk
belajar. Mereka mengumpulkan data, informasi dan pengamatan secara langsung yang melibatkan interaksi fisik maupun sosial dengan lingkungan
sekitarnya. Perasaan senang dapat menimbulkan antusiasme dan minat serta
keingintahuan lebih sehingga siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Inkuiri terbimbing dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak dengan tujuan untuk mengarahkan peserta
didik ke titik kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya, siswa melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya Hanafiah
Suhana, 2009: 77. Setiap proses dalam inkuiri terbimbing yang peneliti laksanakan memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan dalam proses
pembelajaran dari awal tahap hingga akhir tahap. Hal ini dapat dilihat ketika siswa merumuskan masalah, tidak dipungkiri bahwa setiap siswa memiliki
pengetahuan sendiri tentang materi dengan pengalaman masing-masing, maka saat merumuskan masalah pun ada banyak siswa yang mengungkapkan
pendapatnya masing-masing. Munculnya berbagai pendapat yang berbeda tentang materi tersebutlah yang melahirkan proses terlibatnya siswa dalam
tanya jawab saat pembelajaran, baik tanya jawab dengan guru maupun dengan siswa lain. Proses seperti itulah yang menyebabkan meningkatnya
indikator 1 keaktifan yang telah dirumuskan yaitu bertanya kepada guru dan teman tentang materi pembelajaran IPA saat proses pembelajaran.
Proses tanya jawab bukan hanya terjadi ketika perumusan masalah ataupun pada tahap awal pembelajaran. Siswa melakukan tanyajawab pada
diskusi kelompok, saat bekerja dalam kelompok siswa banyak berinteraksi dengan rekan sekelompoknya. Interaksi dengan teman menjadikan siswa
teribat dalam proses tanya jawab maupun diskusi, sehingga berbagai
pendapat dari siswa akan muncul bukan hanya saat perumusan masalah secara klasikal namun juga pada saat diskusi kelompok, terutama pada saat
pengumpulan data, pengujian hipotesis hingga perumusan kesimpulan. Proses inkuri terbimbing pada bagian seperti itu yang meningkatkan keaktifan siswa
pada indikator 2 keaktifan yaitu mengemukakan pendapat ketika berdiskusi kelompok.
Proses pembelajaran dengan menggunakan inkuiri terbimbing juga menempatkan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya baik fisik
maupun sosial. Interaksi tersebut siswa lakukan sebagian besar pada saat tahap pengumpulan data yang tentunya tetap berdasar pada bimbingan dan
petunjuk dari guru. Interaksi dengan lingkungan seperti halnya pada tahapan inkuiri terbimbing tersebut jarang siswa lakukan saat pembelajaran IPA
sebelumnya, yang mana disusun sedemikian rupa sehingga setiap siswa mampu melakukan sesuatu yang bisa menjawab pertanyaan dan atau
menyimpulkan. Hal itu menimbulkan antusias siswa dalam melakukan pembelajaran, sehingga siswa pun dapat menyelesaikan tugas sesuai perintah
dan petunjuk dari guru. Proses seperti itulah yang menjadikan tercapainya dan atau meningkatnya indikator 3 keaktifan yang telah dirumuskan yaitu
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran IPA. Terlibatnya siswa secara langsung dalam proses inkuiri terbimbing
menjadikan siswa memiliki perasaan senang dan ketertarikan sendiri. Hal tersebut telah terungkap pada sebagian besar refleksi yang ditulis oleh siswa,
baik refleksi kelompok maupun individu. Selain perasaan senang, siswa juga
memperoleh makna dalam pembelajaran karena siswa melakukan pengamatan maupun percobaan sendiri yang melibatkan interaksi fisik
maupun sosial setiap siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Slameto 2003: 2 bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan Hanafiah dan Suhana 2009: 79 mengungkapkan bahwa salah satu keunggulan metode inkuiri adalah membantu peserta didik untuk
mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif dan mendorong peserta didik. Maka, pengalaman siswa sendiri saat
berinteraksi dengan lingkungannya selama proses pembelajaran akan menentukan hasil belajar yang didapat yang dalam hal ini adalah perubahan
tingkah laku mulai dari yang tidak tahu menjadi tahu dan mengerti atau paham, sekaligus akan memperoleh makna dalam belajar karena melakukan
interaksi selama proses sendiri. Dalam hal ini pemahaman siswa dihasilkan dari proses keterampilan maupun kogntif dalam tahap-tahap inkuri tersebut.
Pemerolehan makna dengan pengalaman langsung saat mempelajari materi ini membuat siswa lebih paham dan lebih mudah mengingat materi, karena
saat mempelajarinya siswa berproses dan terlibat secara langsung dalam memperoleh jawaban dari pertanyaan yang muncul di awal.
Hanafiah dan Suhana 2009: 79 mengatakan bahwa keunggulan metode inkuiri adalah juga mendorong peserta didik memperoleh
pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap
dalam pikirannya. Terlibatnya siswa secara langsung dalam interaksi fisik maupun sosial di proses inkuiri terbimbing inilah maka materi pembelajaran
mudah diingat, karena dengan melakukan sendiri maka akan semakin paham dibandingkan dengan hanya membayangkan. Siswa melakukan proses inkuiri
terbimbing secara kelompok namun dalam diri masing-masing indvidu tetap memperoleh pengalaman belajar dari berinteraksi langsung dengan
lingkungan fisik maupun sosial. Interaksi tersebut dalam bentuk pengamatan maupun percobaan serta segala proses inkuiri terbimbing terutama saat
pengumpulan data hingga menyimpulkan. Hal ini menyebabkan siswa dapat mengingat materi yang sedang dipelajari karena pengetahuan yang diperoleh
dari pengalaman langsung atau melakukan sendiri akan lebih mengendap dalam
pikiran daripada
hanya membayangkan,
serta menjadikan
meningkatnya prestasi belajar siswa. Metode inkuiri yang merangsang keaktifan belajar siswa tersebutlah yang mempengaruhi prestasi siswa kearah
yang lebih baik. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dilihat bahwa dengan cara atau jalan seperti yang terurai diatas dapat diketahui penggunaan
metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik setelah melakukan penelitian tindakan ini adalah:
5.1.1 Inkuiri terbimbing menempatkan siswa sebagai individu yang mempunyai pengetahuan awal dapat memunculkan berbagai pertanyaan maupun
pendapat yang berbeda sehingga siswa terlibat dalam tanya jawab dengan guru maupun dengan siswa lain saat pembelajaran. Proses ini menjadikan
meningkatnya indikator 1 keaktifan yaitu bertanya kepada guru dan teman tentang materi pembelajaran IPA saat proses pembelajaran dari kondisi
awal sebanyak 6 siswa dari keseluruhan 18 siswa 33,33 meningkat menjadi 9 siswa dari keseluruhan 18 siswa 50.
Siswa juga melakukan tanya jawab pada saat diskusi kelompok dan berinteraksi dengan rekan
sekelompoknya. Interaksi dengan teman melibatkan siswa dalam proses tanya jawab maupun diskusi, sehingga berbagai pendapat dari siswa akan
muncul. Proses inkuri terbimbing pada tahap ini mendukung meningkatnya keaktifan siswa pada indikator 2 keaktifan yaitu
mengemukakan pendapat ketika berdiskusi kelompok dari kondisi awal
sebanyak 5 siswa dari keseluruhan 18 siswa 27,78 meningkat menjadi 11 siswa dari keseluruhan 18 siswa 61,11. Proses pembelajaran dengan
menggunakan inkuiri terbimbing juga menempatkan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial untuk bisa menjawab
145