dari mean M, maka siswa tersebut tidak termasuk aktif. Rumus mean M adalah sebagai berikut Masidjo, 2010: 123:
Keterangan rumus: M = mean
N = jumlah siswa ∑X = jumlah semua skor
∑ = jumlah total Setelah diketahui mean M dari setiap indikator, maka jumlah
siswa yang mencapai mean M atau lebih termasuk dalam aktif. Sedangkan siswa yang mamiliki turus kurang dari mean M maka tidak
termasuk dalam aktif. Hasil tersebut dapat diperoleh dari:
4.1.1.4 Refleksi
Siklus I selesai dalam 4 kali pertemuan. Pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2013. Pertemuan 1 digunakan untuk melakukan
pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing di dalam kelas. Siswa menggunakan gambar-gambar nyata sebagai data untuk mencari tahu dan
menemukan banyak hal yang berhubungan dengan fenomena alam pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan yang meliputi erosi,
abrasi, banjir dan longsor. Siswa menyusun gambar untuk melihat, mengelompokkan dan pada akhirnya bisa menyimpulkan sendiri yang
dimaksud erosi, abrasi, banjir dan longsor. Semua kelompok melakukan presentasi hasil kerja mereka dengan baik di depan kelas. Pada pertemuan
1 siklus I ini ada 2 siswa yang tidak masuk karena sakit, maka ada 16
∑X M =
N
Jumlah siswa yang aktif saat proses pembelajaran Persentase keaktifan siswa=
X 100 Jumlah seluruh siswa
siswa yang terdiri dari 9 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki yang mengikuti pembelajaran. Proses belajar mengajar di pertemuan 1 ini tidak
mengecewakan karena siswa dapat aktif menempel gambar dan mencari sumber lain berupa buku-buku yang dimiliki siswa. Pencarian informasi
tersebut siswa lakukan untuk mencari tahu dan menemukan lebih banyak informasi yang mereka butuhkan guna pengumpulan data untuk menarik
kesimpulan tentang pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan yang meliputi erosi, abrasi, banjir dan longsor. Namun, peneliti belum
terlalu terampil mengkondisikan siswa saat proses sebelum diskusi dan pembagian kelompok. Ada beberapa siswa yang tidak menginginkan
bekerja dalam kelompok yang sudah ditentukan di awal. Namun, hal tersebut dapat terselesaikan dengan membicarakan hal tersebut bersama-
sama dan dicari jalan tenggah dengan pertimbangan baik dan buruknya. Dengan mendiskusikan dan membicarakan dengan siswa dikelas, maka
permasalahan tersebut dapat diselesaikan. Pertemuan 2 dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2013. Pertemuan
2 digunakan untuk mencari dan menemukan perbedaan serta mengetahui proses erosi, abrasi, banjir dan longsor melalui inkuiri terbimbing dengan
menggunakan alat peraga. Berbeda dengan pertemuan 1, dalam prosesnya pertemuan 2 ini lebih banyak diluar kelas karena melakukan percobaan.
Siswa melakukan percobaan diluar kelas tentang erosi, abrasi, banjir dan longsor, kemudian berdiskusi untuk menyelesaikan lembar kerja yang
tersedia. Ada satu percobaan abrasi yang tidak bisa langsung ditarik
kesimpulan karena percobaan ini membutuhkan waktu minimal 3 hari untuk mengetahui hasilnya. Percobaan ini tentang abrasi pada batu karang,
peneliti menggunakan cangkang telur sebagai karang dan air cuka sebagai air atau gelombang laut. Cangkang telur ayam tanpa pelindung apapun
direndam dalam air cuka dan di diamkan selama beberapa hari untuk mengetahui pengikisan cangkang tersebut. Peneliti meminta siswa untuk
melakukan percobaan kemudian diamati sendiri dengan apa yang terjadi pada cangkang setelah di diamkan beberapa hari, siswa mengumpulkan
laporan tentang cangkang tersebut 3 hari kemudian. Maka pada presentasi kelompok untuk percobaan abrasi karang belum bisa di laporkan. Di
pertemuan 2 ada seorang siswa yang tidak berangkat dengan tanpa alasan, jadi ada 17 siswa yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 7 siswa laki-
laki yang mengikuti pembelajaran IPA dengan metode inkuiri terbimbing di pertemuan 2. Secara umum kegiatan pembelajaran di pertemuan 2
sesuai dengan desain perangkat pembelajaran yang dirancang. Namun, keterbatasan peneliti tidak jauh berbeda dengan pertemuan 1, yaitu
terkadang masih kurang terampil saat mengondisikan siswa. Saat siswa melakukan percobaan di luar, beberapa siswa ada yang tidak
menggunakan alat peraga sebagai mana mestinya sesuai dengan petunjuk. Oleh karena itu, alokasi waktu saat pertemuan 2 melebihi alokasi waktu
yang ditentukan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang sudah disusun sebelumnya. Namun, sebagian besar siswa ingin segera
mencoba dan antusias saat melakukan percobaan mengenai erosi, abrasi, banjir dan longsor dengan menggunakan alat peraga.
Pertemuan 3 dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2013. Pada pertemuan ke3 inkuiri terbimbing dilakukan dengan menggunakan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dan pengumpulan data. Siswa ke luar kelas untuk menuju lingkungan sekitar mereka untuk menemukan
fenomena tentang pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan yang terjadi di lingkungan tempat tinggal mereka. Peneliti sebagai guru
mengajak siswa untuk mengamati sawah dan sungai yang ada di dusun Plaosan. Siswa sangat antusias ketika berada di sawah dan pinggir sungai
untuk mengamati. Pada awalnya peneliti hanya menduga siswa hanya akan menemukan erosi karena sebelumnya peneliti sudah mengobservasi sungai
tersebut sebanyak dua kali pada tiga hari sebelum penelitian dilaksanakan. Namun pada praktiknya siswa-siswa dalam kelompok menemukan erosi
dan banjir ketika melakukan pengamatan dan berdiskusi sendiri dengan kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok memiliki alasannya
masing-masing, dan masing-masing kelompok pun sudah bisa menemukan bagaimana cara mencegah pengaruh perubahan lingkungan fisik melalui
pengamatan mereka sendiri dan sumber yang mereka temukan di masing- masing kelompok. Pada pertemuan 3 ini mereka lebih bersemangat dalam
proses maupun saat presentasi kelompok dibanding presentasi pada 2 pertemuan sebelumnya. Pertemuan 3 dilaksanakan dengan tepat waktu dan
semua siswa mematuhi peraturan yang dibuat guru sebelum keluar kelas
untuk pengamatan, hal diluar dugaan ketika mereka lebih terkondisikan daripada pertemuan 2. Pada pertemuan 3 semua siswa berangkat, ada 18
siswa yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki yang mengikuti proses pembelajaran.
Pertemuan 4 dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2013. Pertemuan terakhir pada siklus I ini digunakan untuk siswa berdiskusi dalam
kelompok untuk menghasilkan suatu produk sederhana yaitu membuat slogan agar tidak terjadi pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap
daratan yang merugikan manusia dan lingkungan sekitar. Siswa membuat slogan berdasarkan data berupa lembar kerja yang sudah siswa selesaikan
sejak pertemuan 1, 2 dan 3. Siswa mengumpulkan data dari lembar kerja mereka sendiri yang kemudian dijadikan dasar untuk menghasilkan slogan.
Slogan yang dihasilkan siswa menarik dan berbeda disetiap kelompoknya. Mereka antusias saat mempresentasikan slogan masing-masing. Namun,
ada satu kelompok yang tidak mau presentasi di depan kelas, maka mereka hanya membacanya di tempat duduk. Setelah membuat slogan, siswa
bekerja sendiri untuk mengerjakan soal evaluasi. Secara umum, keseluruhan pembelajaran dari pertemuan 1 sampai pertemuan 4 berjalan
sesuai dengan desain perangkat pembelajaran yang dalam hal ini adalh RPP yang telah peneliti rancang. Siswa melaksanakan proses inkuiri
terbimbing dengan benar dan sebagian besar siswa sudah aktif turut serta dalam menyelesaikan lembar kerja. Metode inkuiri terbimbing yang
peneliti laksanakan selam 4 kali pertemuan terbukti dapat membuat siswa
lebih aktif dalam pembelajaran IPA yang berdampak lebih baik dalam prestasinya. Maka, dalam hal ini jika penggunaan metode inkuiri
terbimbing dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 terbukti berhasil merangsang
keaktifan dan berdampak lebihbaik pada prestasi belajar siswa pada siklus I, maka peneliti tidak melanjutkan ke siklus II.
4.1.2 Hasil Penelitian