Tabel 6 menunjukan bahwa kesesuaian hasil produk dengan petunjuk, kerapian dan kebersihan serta hasil final produk yang dihasilkan
menjadi penilaian produk. Aspek-asek tersebut menjadi kriteria karena aspek tersebut dapat menunjukan sejauh mana siswa paham, mengerti,
menyaring informasi serta mengolahnya sehingga dapat menghasilkan suatu produk.
3.7 Tabel Instrumen Pengumpulan Data dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan jenis penilaian non tes untuk mengetahui keaktifan, sedangkan jenis penialaian tes dan non tes digunakan untuk
mengetahui prestasi siswa. Selain jenis tes, telah disusun instrumen pengumpulan data dan teknik pengumpulan data dari jenis penilaian setiap
variabel yaitu keaktifan dan prestasi yang dapat diketahui dari tabel 7.
Tabel 7 Tabel Instrumen Pengumpulan Data dan Teknik Pengumpulan Data
Variabel Kriteria
Jenis Penilaian
Instrumen Pengumpulan
Data Teknik
Pengumpulan Data
1. Keaktifan 1. Bertanya kepada guru dan
teman tentang
materi pembelajaran IPA saat proses
pembelajaran 2. Mengemukakan
pendapat ketika berdiskusi kelompok
3. Mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran IPA
Non tes Lembar Observasi
Observasi
2. Prestasi Menggunakan 18 soal objektif
yang telah valid dan reliabel Tes
Non Tes Hasil
skor tes
objektif Hasil skor total
rubrik penilaian
psikomotor dan
kognitif Dokumentasi tes
objektif, rubrik
Tabel 7 menunjukan bahwa untuk mengetahui keaktifan, peneliti menggunakan jenis penilaian non tes, lembar observasi digunakan sebagai
instrumen pengumpulan data keaktifan, dan observasi pengamatan digunakan untuk teknik pengumpulan data keaktifan. Sedangkan untuk
mengetahui prestasi, peneliti menggunakan jenis penilaian tes dengan hasil tes sebagai instrument pengumpulan data dan tes objektif sebagai teknik
pengumpulan data untukmengetahui prestasi.
3.8 Taraf Kesukaran, Validitas dan Reliabilitas
3.8.1 Taraf Kesukaran
Menurut Masidjo 2010: 189 taraf kesuakran suatu item dapat diketahu dari banyak siswa yang menjawab benar. Taraf kesukaran suatu
item dinyakakan dalam suatu bilangan indeks yang disebut indeks kesukaran., yang sering disingkat IK. Dalam hal ini yang dimaksud adalah
bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu
item. Untuk menghitung bilangan indeks kesukaran suatu item digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: IK
= indeks kesukaran B
= jawaban benar yang diperoleh siswa dari suatu item
B IK =
N x skor maksimal
N = kelompok siswa
Skor maksimal suatu item = besarnya skor yang dituntut oleh suatu
jawaban benar dari suatu item N x Skor maksimal suatu item = jumlah jawaban benar yang seharusnya
diperoleh siswa dari suatu item Besar indeks kesukaran suatu item akan berkisar antara 0,00
sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran suatu item sebesar 0,00 berarti seluruh siswa dari kelompok siswa tersebut menjawab benar. Sedangkan
indeks kesukaran suatu item sebesar 1,00 berarti tidak seorang siswa dari kelompok siswa yang menjawab benar, item tersebut dikatakan mudah
sekali. Untuk memperoleh gambaran konkret tentang taraf kesukaran suatu item dapat dipergunakan ancar-ancar seperti pada tabel 8.
Tabel 8 Kualifikasi IK
IK-IK KUALIFIKASI
0,81 – 1,00
Mudah Sekali MS 0,61
– 0,80 Mudah Md
0,41 – 0,60
Cukup C 0,21
– 0,40 Sukar Sk
0,00 – 0,21
Sukar Sekali SS
Peneliti menentukan indeks kesukaran item soal objektif yang berjumlah 30 soal dengan mengujikan soal tes objektif tersebut kepada 35
siswa SD Negeri Tlogoadi. Setelah melakukan uji 30 soal tes objektif dan
diketahui jawaban benar setiap siswa, maka peneliti melakukan perhitungan indeks kesukaran dengan rumus yang sudah tersedia.
Penghitungan indeks kesukaran dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal setiap item. Hasil penghitungan IK dapat diketahui dari
tabel 9 dan selengkapnya terdapat pada lampiran 5.
Tabel 9 Hasil Penghitungan Indeks Kesukaran IK 30 Soal Objektif
No soal IK
Keterangan
1 0,83
Mudah Sekali 2
0,14 Sukar Sekali
3 0,63
Mudah 4
0,20 Sukar Sekali
5 0,94
Mudah Sekali 6
0,94 Mudah Sekali
7 0,74
Mudah 8
0,97 Mudah Sekali
9 0,89
Mudah Sekali 10
0,91 Mudah Sekali
11 0,89
Mudah Sekali 12
0,51 SedangCukup
13 0,86
Mudah Sekali 14
0,69 Mudah
15 0,83
Mudah Sekali 16
0,77 Mudah
17 0,94
Mudah Sekali
No soal IK
Keterangan
18 0,57
SedangCukup 19
0,89 Mudah Sekali
20 0,26
Sukar 21
0,71 Mudah
22 0,83
Mudah Sekali 23
0,89 Mudah Sekali
24 0,97
Mudah Sekali 25
0,80 Mudah
26 1,00
Mudah Sekali 27
0,86 Mudah Sekali
28 0,54
SedangCukup 29
0,83 Mudah Sekali
30 0,89
Mudah Sekali
Indeks kesukaran setiap item soal objektif yang diujikan kepada 35 siswa tergambar pada tabel 9. Dari 30 soal tersebut sudah mencakup lima
rentang kualifikasi IK yang terdapat dalam Masidjo 2010: 192. Namun, penyebaran rentang tidak merata karena didominasi oleh rentang
kualifikasi mudah sekali. Sedangkan hanya ada 2 soal yang masuk dalam rentang kualifikasi sukar sekali. Dengan demikian dapat diketahui tingkat
kesukaran setiap butir soal objektif yang akan digunakan.
3.8.2 Validitas
Menurut Masidjo 2010: 242 validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Selain dilihat langsung dari dirinya, suatu tes dinyatakan valid juga dapat dilihat setelah diperbandingkan dengan suatu tes lain yang telah valid.
Apabila setelah diperbandingkan menunjukkan kesesuaian mengenai hal yang akan diukur, maka dikatakan tes tersebut memiliki taraf validitas
tertentu. Karena harus dibandingkan maka harus dicari sejauh mana taraf kesesuaiannya denga tes lain. Dengan kata lain harus dicari sejauh mana
taraf korelasinya atau taraf validitas empirisnya. Taraf validitas empiris suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien
yang disebut koefisien validitas r
xy
. Koefisien validitas suatu tes dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan
1,00. Untuk memberi arti terhadap koefisien dipakai besar koefisien korelasi dalam tabel statistik atas dasar taraf signifikasi 1 dan 5.
Penelitian ini peneliti menggunakan validitas permukaan face validity, validitas isi content validity, validitas kontruksi atau konsep Concept or
Construct Validity, dan validitas kriteria Criterion-Related Validity
sebagai berikut: 3.8.2.1 Validitas Permukaan Face Validity
Validitas permukaan face validity, validitas ini menggunakan kriteria sangat sederhana karena hanya melihat sisi muka atau tampang
dari instrumen itu sendiri. Artinya jika suatu tes secara sepintas telah dianggap baik untuk mengungkapkan fenomena yang akan diukur, maka
tes tersebut sudah dapat dikatakan memenuhi syarat validitas permukaan, sehingga tidak perlu lagi adanya judgement mendalam Arifin, 2009:
247. Validitas permukaan penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana instrumen pembelajaran berupa soal tes objektif dan instrumen
penelitian yaitu indikator keaktifan dapat dipahami maksud dan tujuannya serta layak digunakan untuk penelitian.
Validitas permukaan face validity dilakukan peneliti dengan mengajukan saol tes objektif kepada siswa kelas V untuk mengetahui
sejauh mana soal tersebut dapat dipahami oleh siswa sekolah dasar. Selain mengajukan soal tes objektif kepada siswa kelas V, validitas
permukaan face validity juga dilakukan peneliti dengan mengajukan indikator keaktifan yang telah disusun dan dipertimbangkan bersama
kelompok studi kepada dosen ahli, guru dan kepala sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana indikator tersebut dapat
digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa. 3.8.2.2 Validitas isi Content Validity
Menurut Masidjo 2010: 243 validitas isi merupakan suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat
pengukur mencerminkan hal-hal yang akan diukur atau diteskan. Oleh karena itu perlu pemeriksaan kembali terhadap bahan yang akan dipkai
untuk tes. Isi suatu tes hasil belajar benar-benar mengukur pencapaian tujuan instruksionel yang telah dirumuskan melalui rincian materi
pelajaran yang sesuai dengan jenis-jenis materi pelajaran, maka hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Validitas ini juga dsebut validitas
kurikuler, dari sini sangat jelas betapa pentinnya kedudukan suatu
perencanaan oleh seorang guru, sehingga mampu meunjuk mutu taraf validitas isi tes yang dibuatnya.
Peneliti melakukan validitas isi content validity dengan mengajukan desain perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, lembar
kerja, materi, rubrik penilaian dan soal evaluasi kepada ahli expert judgement
yang meliputi dosen ahli, kepala sekolah dan guru. Validitas isi content validity dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perangkat
pembelajaran mampu menunjukan kesesuaian dengan isi yang terdapat dalam materi dan kurikulum yang sudah ditetapkan. Selain itu validitas isi
juga dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perangkat pembelajaran benar-benar mengukur pencapaian tujuan instruksional yang telah
dirumuskan melalui rincian materi pelajaran yang sesuai dengan jenis- jenis materi pelajaran.
3.8.2.3 Validitas kontruksi atau konsep Concept or Construct Validity Validitas
konstruksi merupakan
suatu validitas
yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat ukur sesuai dengan
suatu konsep yang seharusnya menjadi isi tes pengukur tesebut, atau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes atau alat ukur tersebut
Masidjo, 2010: 244. Validitas kontruksi atau konsep Concept or Construct Validity
dilakukan peneliti dengan mengajukan perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, RPP, materi, lembar kerja, rubrik penilaian dan soal
evaluasi kepada ahli expert judgement yang meliputi dosen ahli, kepala
sekolah, dan guru. Validitas konstruksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tes yang dipakai sesuai dengan standar kompetensi dan suatu konsep
yang seharusnya menjadi isi tes pengukur tesebut, atau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes atau alat ukur tersebut.
3.8.2.4 Validitas kriteria Criterion-Related Validity Masidjo 2010: 244 mengatakan bahwa validitas kriteria
merupakan suatu validitas yang memperhatikan hubungan yang ada antara tes atau alat pengukur dengan pengukur lain yang berfungsi sebagai
kriteria atau bahan membanding. Syarat suatu tes memiliki kriteria yang baik diantaranya adalah relevan, reliabel, bebas dari kesalahan-kesalahan
pengukuran, dan mudah diperoleh. Hasil pengukuran suatu tes yang akan diperiksa taraf validitasnya diperbandingkan dengan suatu kriteria. Hasil
perbandingan yang merupakan koefisien validitas, dapat dihitung dengan menggunakan teknik statistik tertentu, yakni korelasi Product-moment dari
Pearson dengan rumus angka kasar sebagai berikut: r
xy
2 2
2 2
Y Y
N X
X N
Y X
XY N
keterangan: N = jumlah murid responden, X = hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya , Y = kriteria yang dipakai, r
xy
= koefisien korelasi antara variabel X dan Y.
Peneliti melakukan validitas kriteria secara empiris dengan mengujikan 30 soal objektif kepada 35 siswa SD N Tlogoadi dengan
pertimbangan SD N Tlogoadi secara fisik terletak di kelurahan yang sama
dengan SD Negeri Plaosan 1. Maka dengan letak secara fisik yang berdekatan, SD N Tlogoadi dan SD Negeri Plaosan 1 memiliki kesamaan
karakteristik siswa. Validitas secara empiris dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas soal dan kelayakan soal tersebut untuk diujikan
ditempat penelitian. Setelah diperoleh hasil uji dari 30 soal objektif, peneliti menghitung validitas dengan menggunakan rumus Product-
Moment dari Pearson dengan bantuan SPSS 16.
3.8.3 Hasil Uji Validitas
Peneliti telah melaksanakan validitas yang meliputi validitas permukaan face validity, validitas isi content validity, validitas
konstruksi construct validity, dan validitas kriteria criterion-related validity
secara empiris. Validasi dilakukan dengan mengajukan perangkat pembelajaran kepada ahli expert judgement dan secara empiris. Berikut
hasil validasi yang telah peneliti lakukan: 3.8.3.1 Hasil validitas permukaan face validity indikator keaktifan dan soal tes
Face Validity peneliti lakukan dengan menunjukkan indikator
keaktifan kepada dosen ahli, kepala sekolah dan guru. Dosen ahli mengatakan bahwa,
“menurutku bisa-bisa saja lembar observasi dan indikatornya dipakai, tetapi indikator yang kamu gunakan harus berdasar
teori dari berbagai ahli, kumpulin teori lalu disarikan dan diambil yang sesuai dengan tujuan ukur”, selanjutnya pada konsultasi berikutnya dosen
mengungkapkan, “seperti ini yang saya maksud, jasi ada beberapa ahli
yang menyatakan tentang indikator keaktifan dan kamu menentukan
beberapa indikator di lembar observasimu, nah tapi gak semua indikatorahli kamu gunakan kan?maka kamu harus memberi alasan
kenapa kamu menggunakan indikator ini, kamu jelasin kenapa rumusan ahli yang lain tidak digunain, yang terakhir sebaiknya ditentukan
normanya berapa menit sekali kamu melakukan observasi dan memberikan turus untuk setiap indikator. Nah kamu juga harus membuat
lembar observasi sebanyak mungkin sesuai durasi waktu untukmu dan observer yang membantumu
”. Dosen ahli memberi masukan agar dalam memutuskan indikator yang akan dipakai harus mempertimbangkan teori-
teori yang mendasarinya serta diungkapkan alasan mengapa memutuskan untuk menggunakan indikator tersebut.
Pertimbangan durasi waktu juga menjadi penentu perhitungan turus keaktifan yang diperoleh. Setelah melakukan face validity, maka indikator
tersebut digunakan setelah direvisi ulang dan menunjukan kembali kepada dosen ahli tersebut untuk meminta persetujuan kembali. Selain dosen,
indikator keaktifan tersebut juga ditunjukan kepada kepala sekolah dan guru, secara umum kepala sekolah dan guru menyetujui penggunaan
indikator untuk melihat tentang keaktifan siswa pada proses pembelajaran. Hasil validitas permukaan dengan dosen ahli selengkapnya terdapat pada
lampiran 5. Selain mengajukan indikator keakifan kepada dosen, kepala
sekolah dan guru, face validity juga dilakukan peneliti dengan menunjukan soal evaluasi kepada 3 orang siswa kelas V SD N Plaosan 1 dengan
pertimbangan bahwa siswa kelas V telah mendapatkan materi IPA di kelas IV. Secara keseluruhan soal evaluasi yang peneliti tunjukan kepada 3
siswa tersebut, susunan kalimatnya mudah dibaca dan dipahami maksud perintahnya oleh siswa. Siswa membaca soal-soal tersebut secara
bergantian, ketika peneliti meminta siswa untuk mengerjakannya, siswa- siswa tersebut ada yang bisa menjawabnya namun ada siswa yang sama
sekali tidak bisa menjawab. “Bisa kak, gampang, dulu pernah waktu kelas
IV, tapi kok aku ada yang lupa ya ini jawabannya”, kalimat tersebut diungkapkan oleh siswa 1 ketika peneliti memintanya untuk membaca soal
tersebut. Sedangkan siswa 2 mengatakan, “Bisa kak, tapi lupa jawabannya
aku tu”. Dari ungkapan dan uraian di atas dapat dikatakan bahwa ada beberapa jawaban dari soal tersebut yang tidak mereka ingat, namun siswa
bisa memahami maksud dan perintah yang ada pada soal. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa soal tersebut
dapat dipahami oleh siswa. Meskipun ada beberapa soal yang tidak dapat dijawab oleh siswa, namun siswa mengungkapkan bahwa siswa tersebut
paham maksud pertanyaannya. Hasil face validity yang dilakukan kepada siswa tesebut menunjukkan bahwa soal tersebut dapat dipahami oleh siswa
kelas V. 3.8.3.2 Hasil validitas isi content validity dan validitas konstruksi construct
validity untuk perangkat pembelajaran silabus, RPP, materi, lembar
kerja, rubrik dan soal tes
Validitas isi dan validitas konstruksi dilakukan dengan mengajukan perangkat pembelajaran kepada validator ahli expert judgement. Expert
judgement tersebut meliputi dosen ahli, kepala sekolah dan guru. Hasil
validasi desain perangkat pembelajaran dari para validator tercantum dalam tabel 10 dan selengkapnya dapat dilhat pada lampiran 5.
Tabel 10 Penilaian Silabus
No. KOMPONEN PENILAIAN
SKOR RATA-
RATA
Dosen Kepala Sekolah
Guru
1. Kelengkapan unsur-unsur silabus
4 5
5 4,667
2. Kesesuaian antara SK, KD, dan
Indikator 4
4 4
4 3.
Kesistematisan kegiatan
pembelajaran 4
4 4
4 4.
Kesesuaian alokasi waktu dengan materi dan kegiatan pembelajaran
4 4
4 4
5. Tingkat
kecukupan sumber
belajar yang digunakan 4
4 4
4 6.
Kesesuaian teknik penilaian yang digunakan dengan indikator
4 4
4 4
7. Penggunaan bahasa Indonesia dan
tata tulis baku 4
4 4
4
RERATA
4 4,143
4,143 4,095
Setiap komponen penilaian yang tercantum dalam instrumen validasi pada tabel 10 dinilai dengan menggunakan skala Likert 1-5.
Dalam hal ini skor 1 memiliki kualitas yang sangat buruk, skor 2 memiliki kualitas buruk, skor 4 memiliki kualitas baik sedangkan skor 5 memiliki
kualitas sangat baik. Skor 3 tidak dicantumkan karena karena skor 3
merupakan angka dimana anggapan seseorang berada pada angka aman, cukup dan atau ragu-ragu, dan hal ini cenderung dimuliki oleh warga di
Indonesia. Maka peneliti menggunakan rentang skor 1, 2, 4, dan 5 untuk kejelasan bobot skor dari setiap item. Secara umum, ketiga validator
memberikan nilai yang sama yaitu 4. Penilaian dari validator pertama yaitu dosen memiliki rerata
sebesar 4 dan semua komponen memiliki skor 4. Penilaian dari validator kedua yaitu kepala sekolah memiliki nilai rerata sebesar 4.143 dan ada 1
item yang menempati angka 5 yaitu pada item pertama tentang kelengkapan unsur silabus, sedangkan yang lainnya memiliki skor 4. Hal
tersebut tidak berbeda dengan penilaian dari validator 3 yang memiliki rerata 4.143 dan item 1 dalam komponen penilaian mendapat skor 5.
Peneliti tidak akan melakukan revisi lebih lanjut jika rata-rata skor pada setiap komponen penilaian lebih dari 3,5. Hal tersebut berdasar dari
pertimbangan bahwa skor 3,5 sudah lebih dari cukup dari angka rata-rata atau tengah dari rentang 1 sampai 5.
Peneliti tidak melakukan revisi secara keseluruhan karena rerata penilaian silabus 4,095 yang dalam hal ini sudah lebih dari target yang
ditetapkan yaitu 3,5. Namun demikian, peneliti tetap melakukan revisi dikarenakan validator memberikan saran lisan maupun tertulis untuk
memperbaiki susunan huruf maupun kalimat yang belum tepat. Selanjutnya, untuk hasil penilaian RPP dapat dilihat dalam tabel 11 dan
selengkapnya untuk perangkat sebelum divalidasi terdapat pada lampiran 2
serta hasil validasi dapat dilihat pada lampiran 5, sedangkan perangkat sesudah divalidasi dan revisi dapat dilihat pada lampiran 3.
Tabel 11 Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP
No. KOMPONEN PENILAIAN
SKOR RATA-
RATA
Dosen Kepala
Sekolah Guru
1. Kelengkapan unsur-unsur RPP 4
4 4
4 2. Kesesuaian Standar Kompetensi SK dan Kompetesi
Dasar KD 4
4 5
4,333 3. Kesesuaian Indikator pencapaian kompetensi dengan
SK dan KD 4
4 4
4 4. Kesesuaian rumusan tujuan pembelajaran dengan
indikator 4
4 4
4 5. Kesesuaian materi ajar dengan SK dan KD
4 4
4 4
6. Ketepatan dalam
memilih model
metode pembelajaran
5 5
5 5
7. Tingkat kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan indikator, tujuan, dan model metode
5 4
4 4,333
8. Penilaian yang dilakukan dapat mencerminkan indikator yang digunakan
4 4
4 4
9. Tingkat kecukupan sumber belajar yang digunakan 4
4 4
4 10. Ketepatan pemilihan media pembelajaran
5 5
4 4,667
11. Kesesuaian Lembar Kerja Siswa dengan kegiatan pembelajaran
4 4
4 4
12. Kesesuaian Materi ajar dengan materi pokok 4
4 4
4 13. Kelengkapan instrument penilaian
4 4
4 4
14. Penggunaan bahasa Indonesia tata tulis baku 4
4 4
4 RERATA
4,214 4,142
4,143 4,167
Penilaian perangkat atau desain pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran RPP juga telah divalidasi oleh 3 orang
validator yang dipilih yaitu dosen ahli, kepala sekolah dan guru seperti yang tercantum dalam tabel 11. Dalam hal ini, keseluruhan perangkat
pembelajaran sudah terlampir dalam RPP meliputi materi, lembar kerja, soal evalusai dan rubrik penilaian setiap pertemuan. Seperti halnya kriteria
penyekoran dalam instrumen validasi silabus, instrumen validasi ini juga disusun dengan rentang skor 1, 2, 4, dan 5 disetiap komponen
penilaiannya. Tidak jauh berbeda dengan penilaian pada silabus, pada RPP rata-rata para validator memberi penilaian skor 4.
Secara keseluruhan dari 14 komponen penialain RPP, validator 1 memberi skor dengan rerata 4.214. validator 1 memberikan nilai maksimal
dengan skor 5 pada item nomor 6, 7 dan 10 yaitu item tentang ketepatan memilih metode, kesesuaian metode dengan kegiatan pembelajaran dan
ketepatan pemilihan media pembelajaran. Sedangkan penilaian validator 1 pada item yang lain adalan 4. Validator 2 memberikan penilaian dengan
rerata 4.142 dari keseluruhan item. Validator 2 memberikan skor maksimal yaitu 5 pada item nomor 6 dan 10 pada bagian ketepatan pemilihan metode
dan media pembelajaran, untuk 12 item yang lain validator 2 memberikan skor 4. Sedangkan validator 3 memberikan skor dengan rerata 4.143.
Validator 3 memberikan skor maksimal yaitu 5 pada item nomor 2 dan 6 yaitu pada bagian kesesuaian SK dan KD serta ketepatan memilih metode.
Validator 1 dan 3 yaitu dosen ahli dan guru memberikan saran dan masukan tentang instrumen pembelajaran yang peneliti susun, yaitu pada
bagian lembar kerja agar disusun dengan menarik dan mencantumkan pertanyaan pancingan untuk refleksi secara tertulis. Validator 1 juga
memberi saran agar menambah alat peraga untuk percobaan abrasi. Sedangkan validator 1, 2 dan 3 memberi koreksi pada setiap tulisan dan
ejaan yang masih kurang tepat. Seperti halnya pada silabus, peneliti tidak melakukan revisi secara
keseluruhan karena rerata penilaian RPP adalah 4,167 yang dalam hal ini sudah lebih dari target yang ditetapkan yaitu 3,5. Namun demikian,
peneliti tetap melakukan revisi dikarenakan validator memberikan saran lisan maupun tertulis untuk memperbaiki struktur huruf maupun kalimat
yang belum tepat. Selengkapnya untuk perangkat sebelum divalidasi terdapat pada lampiran 2 serta hasil validasi dapat dilihat pada lampiran 5,
sedangkan perangkat sesudah divalidasi dan revisi dapat dilihat pada lampiran 3.
3.8.3.3 Hasil validitas kriteria Criterion-Related Validity untuk 30 soal tes objektif
Peneliti melakukan validitas empiris di SD N Tlogoadi dengan pertimbangan bahwa SD N Tlogoadi berada dalam satu kelurahan dengan
SD N Plaosan sehingga memiliki karakteristik siswa yang hampir sama. Peneliti mengujikan 30 soal pilihan ganda sebagai berikut seperti pada
tabel 12 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2
Tabel 12 Indikator dan Nomor Soal Tes Objektif Sebelum Divalidasi Empiris
Indikator No soal
Indeks Kesukaran
1. Menyebutkan pengaruh
perubahan lingkungan
fisik terhadap daratan. 1, 2, 3, 4
MS, SK, M, SK
2. Menjelaskan pengaruh
perubahan lingkungan
fisik terhadap daratan 5, 7, 12, 16, 19, 21, 23,
27 MS, M, SC, M, M,
MS, MS, MS
3. Membedakan pengaruh
perubahan lingkungan
fisik terhadap daratan. 11, 20, 24, 25, 30
MS, SK, MS, M, MS
4. Memberi contoh
pengaruh perubahan
lingkungan fisik terhadap daratan
yang ada
dilingkungan sekitar. 6, 9, 10, 13, 14, 17, 18,
28 MS, MS, MS, MS, M,
MS, SC, SC
5. Menyimpulkan pengaruh perubahan
lingkungan fisik terhadap daratan.
8, 15, 22, 26, 29 MS, MS, MS, MS,
MS
Jumlah 30 soal
Tiga puluh 30 soal objektif seperti terdapat dalam tabel 12 yang telah disusun tersebut di ujikan pada 35 siswa di SD N Tlogoadi. Setelah
melakukan oleh data dengan menggunakan SPSS 16 maka diperoleh 18 soal valid. Delapan belas 18 soal valid tersebut dapat dilihat melalui
angka pada tabel Pearson-Correlation yang tercantum dalam tabel output perhitungan SPSS 16. Berdasarkan tabel nilai r Product-Moment dari
Pearson yang terdapat dalam Masidjo 2010: 262 taraf signifikan 5
untuk N=35 adalah 0,334, sedangkan taraf signifikasi 1 untuk N=35
adalah 0,430. Maka berdasarkan taraf signifikasi tersebut dapat diketahui bahwa soal tersebut valid jika angka pada output SPSS 16 pada bagian
Pearson-Correlation 0,334 dan atau 0,430. Selain melihat angka pada
tabel Pearson-Correlation pada output SPSS 16, soal valid dapat dilihat dari tanda asterisk pada angka yang terdapat pada Pearson-
Correlation . Sarwono 2009: 67 mengungkapkan bahwa jika output SPSS
pada angka korelasi diberi tanda 2 bintang , maka probabilitas atau signifikansi menjadi sebesar 0,05. Jika tidak terdapat tanda bintang atau
terdapat 1 bintang maka probabilitas atau signifikansi sebesar 0,01. Selanjutnya untuk mengetahui soal yang valid peneliti juga
menggunakan taraf signifikasi seperti yang diungkapkan Sarwono 2009:67-68 yaitu dengan menghubungkan dan membandingkan kedua
variabel dengan taraf signifikan sebesar 0,05 dengan patokan pengambilan keputusan, jika probabilitas atau signifikansi 0,05, hubungan kedua
variabel signifikan dan soal tersebut dikatakan valid, tetapi jika probabilitas atau signifikansi 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak
signifikan dan soal tersebut dikatakan tidak valid. Hasil validitas tersebut dapat dilihat dalam tabel 13 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 5.
Tabel 13 Hasil Perhitungan Validitas Menggunakan SPSS 16
No No Soal
r hitung
r tabel
Symbol asterisk
Taraf signifikasi yang diperoleh
Taraf signifikasi
Keterangan
1 1
0,390 0,334
0,020 0,05
Valid 2
2 -0,033 0,334
0,053 0,05
Tidak Valid 3
3 0,575
0,334 0,000
0,050,01 Valid
4 4
0,054 0,334
0,766 0,05
Tidak Valid 5
5 0,076
0,334 0,665
0,05 Tidak Valid
6 6
0,107 0,334
0,540 0,05
Tidak Valid 7
7 0,306
0,334 0,074
0,05 Tidak Valid
8 8
0,379 0,334
0,025 0,05
Valid 9
9 0,339
0,334 0,047
0,05 Valid
10 10 0,056
0,334 0,751
0,05 Tidak Valid
11 11 0,270
0,334 0,116
0,05 Tidak Valid
12 12 0,437
0,334 0,009
0,050,01 Valid
13 13 0,592
0,334 0,000
0,050,01 Valid
14 14 0,482
0,334 0,003
0,050,01 Valid
15 15 0,621
0,334 0,000
0,050,01 Valid
16 16 0,548
0,334 0,001
0,050,01 Valid
17 17 0,201
0,334 0,247
0,05 Tidak Valid
18 18 0,509
0,334 0,002
0,050,01 Valid
19 19 0,339
0,334 0,047
0,05 Valid
20 20 0,458
0,334 0,006
0,050,01 Valid
21 21 0,323
0,334 0,058
0,05 Tidak Valid
22 22 0,410
0,334 0,015
0,05 Valid
23 23 0,065
0,334 0.710
0,05 Tidak Valid
24 24 0,379
0,334 0,025
0,05 Valid
25 25 0,598
0,334 0,000
0,050,01 Valid
26 26 -
0,334 0,05
Tidak Valid 27 27
0,385 0,334
0,022 0,05
Valid 28 28
0,196 0,334
0,260 0,05
Tidak Valid 29 29
0,814 0,334
0,000 0,050,01
Valid 30 30
0,544 0,334
0,001 0,050,01
Valid
Setelah dilakukan uji SPSS 16, maka diperoleh 18 soal valid seperti yang tercantum dalam tabel 13. Dari tabel 13 dapat diketahui
bahwa jika angka yang terdapat pada kolom Pearson-Correlation dalam output perhitungan SPSS 16 kurang dari 0,334 maka soal tersebut tidak
valid. Hal ini sesuai dengan taraf signifikan 5 untuk N=35 yang dituntut adalah 0,334 Masidjo, 2010: 262. Selain taraf signifikasi, dapat dilihat
pada tabel 14 bahwa soal yang memiliki tanda asterisk juga termasuk dalam soal valid. Perolehan hasil validasi empiris 30 soal dapat
dilihat dari tabel 14.
Tabel 14 Tabel Hasil Validitas Empiris
Indikator Nomor
Soal Keseluruhan
Nomor Soal
yang tidak valid Nomor
Soal yang valid
1. Menyebutkan pengaruh
perubahan lingkungan fisik terhadap daratan.
1, 2, 3, 4 3,4
1,2 2. Menjelaskan
pengaruh perubahan lingkungan fisik
terhadap daratan 5, 7, 12, 16, 19,
23, 27, 21 5,7,23,21
12,16,19,27 3. Membedakan
pengaruh perubahan lingkungan fisik
terhadap daratan. 20, 24, 25, 30,
11 11
20,24,30,25
4. Memberi contoh pengaruh perubahan lingkungan fisik
terhadap daratan yang ada dilingkungan sekitar.
18, 13, 14, 9, 10, 17, 28, 6
10,17,28,6 9,13,14,18
5. Menyimpulkan pengaruh
perubahan lingkungan fisik terhadap daratan.
8, 15, 22, 29, 26
26 8,15,22,29
Jumlah 30 soal
12 soal 18 soal
Tabel 14 menunjukan bahwa setelah di ujikan dengan menggunakan SPSS 16, dari 30 soal objektif pilihan ganda yang telah
disusun terdapat 12 soal tes yang tidak valid dan 18 soal valid. Kisi-kisi soal yang siap diujikan tercantum dalam tabel 15.
Tabel 15 Indikator dan Nomor Soal Tes Objektif Setelah Divalidasi Empiris
Indikator No soal
1. Menyebutkan pengaruh
perubahan lingkungan fisik terhadap daratan.
1, 2
2. Menjelaskan pengaruh
perubahan lingkungan fisik terhadap daratan
4, 9, 11, 16,
3. Membedakan pengaruh
perubahan lingkungan fisik terhadap daratan.
12, 14, 15, 18
4. Memberi contoh pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan yang ada
dilingkungan sekitar.
5, 6, 7, 10
5. Menyimpulkan pengaruh
perubahan lingkungan fisik terhadap daratan.
3, 8, 13, 17
Jumlah 18 soal
Setelah dilakukan perhitungan validias soal, maka diperoleh hasil 18 soal seperti yang tercantum pada tabel 15. Peneliti tidak
menambah soal untuk di uji validitas kembali dikarenakan dari 18 soal tersebut sudah mencakup 5 indikator yang diinginkan.
3.8.4 Reliabilitas
Menurut Masidjo 2010: 208 reliabilitas merupakan taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya
yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Suatu tes yang reliabel akan menunjukan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu
atau berbagai pengukuran, dengan kata lain skor-skor tersebut dari berbagai pengukuran tidak menunjukan penyimpangan atau perbedaan yang berarti.
Koefisien reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan 1,00. Pada taraf reliabilitas tes, untuk memberi
arti terhadap koefisien reliabilitas dipakai besar koefisien korelasi dalam tabel statistik atas dasar taraf signifikansi 1 dan 5. Koefisien korelasi
suatu reliabilitas dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16 Koefisien Korelasi dan Kualifikasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00
0,71 – 0,90
0,41 – 0,70
0,21 – 0,40
negatif – 0,20
sangat tinggi tinggi
cukup rendah
sangat rendah
Reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan koefisien Alpha. Masidjo 2010: 238 mengatakan bahwa untuk dapat menghitung taraf
reliabilitas r
tt
= ⍺ suatu tes dengan rumus koefisien Alpha diperlukan
data hasil pengukuran sebagai berikut: 1 jumlah item soal pada suatu tes, 2 deviasi standar dari skor-skor masing-masing item dan deviasi standar
dari total keseluruhan item atau tes. Untuk menghitung taraf reliabilitas suatu tes dipakai rumus koefisien Alpha sebagai berikut:
n ∑S
i 2
r
tt
= ⍺ = 1-
n-1 S
t 2
keterangan : r
tt
= koefisien reliabilitas suatu tes, n= jumlah item, ∑S
i 2
= jumlah kuadrat S dari masing-masing item, S
t 2
= kuadrat dari S total keseluruhan item.
3.8.5 Hasil Reliabilitas
Peneliti menentukan reliabilitas dengan menggunakan soal tes objektif yang telah diujikan ke SD N Tlogoadi dengan pertimbangan SD N
Tlogoadi merupakan sekolah dasar negeri yang berada di wilayah dekat SD N Plaosan 1. Selanjutnya peneliti menghitung reliabilitas
menggunakan koefisien Alpha dengan bantuan SPSS 16. Setelah diperoleh hasil pengerjaan tes dan telah dihitung validitas empirisnya, peneliti akan
menggunakan soal yang telah valid untuk menentukan besar reliabilitas kemudian menggunakannya untuk mengevaluasi di SD Negeri Plaosan 1.
Hasil reliabilitas dari 18 soal yang telah dihitung melalui SPSS 16 dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17 Reliability Statistics
Cronbachs Alpha
Cronbachs Alpha Based
on Standardized
Items N of Items
.826 .836
18
Koefisien korelasi reliabilitas menurut Masidjo 2010: 209 sebesar 0,71
– 0,90 adalah termasuk dalam kualifikasi tinggi. Seperti yang tercantum pada tabel 17, reliabilitas yang diperoleh dari hasi perhitungan
SPSS 16 untuk 18 soal yang valid adalah 0,826, maka soal tersebut masuk dalam kualifikasi reliabiltas tinggi dan layak digunakan.
3.9 Teknik Analisis Data
Keberhasilan penelitian tindakan kelas umunnya ditandai dengan adanya perubahan-perubahan kearah perbaikan yang lebih baik terkait
dengan guru, siswa atau suasana belajar mengajar di kelas. Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain Sugiyono, 2010: 335. Dalam penelitian ini terdapat dua analisis data, yaitu analisis data
kualitatif dan analisis data kuantitatif. Data kuantitatif yang berupa angka atau numerik dianalisis dengan menggunakan metode statistik deskriptif.
Dalam penelitian ini data kuantitatif yang dianalisis berupa data hasil perolehan turus siswa dan nilai prestasi siswa. Data kualitatif diperoleh dari
hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung. Data kualitatif dianalisisi dengan mendeskripsikan situasi saat pembelajaran IPA
berlangsung sehingga diperoleh gambaran. Dalam penelitian ini data kualitatif yang dianalisis adalah data tentang keaktifan saat pembelajaran
IPA berlangsung.
3.9.2 Analisis Data Keaktifan Siswa
Analisis data keaktifan sesuai dengan indikator keaktifan yang meliputi: 1 bertanya kepada guru dan atau teman tentang materi
pembelajaran IPA saat proses pembelajaran, 2 mengemukakan pendapat ketika berdiskusi kelompok, dan 3 mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru dalam proses pembelajaran IPA. Data keaktifan diperoleh dari turus keaktifan pada lembar observasi yang telah di isi oleh observer
kemudian ditentukan mean M setiap indikator. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA dapat diketahui dengan cara sebagai berikut:
Persentase keaktifan siswa = jumlah siswa yang aktif saat proses pembelajaran X 100 Jumlah seluruh siswa
Peningkatan keaktifan siswa dapat diketahui dengan melihat perolehan persentase keaktifan siswa pada kondisi awal dan perolehan
keaktifan siswa setelah tindakan. Jika persentase mengalami kenaikan maka keaktifan siswa dikatakan meningkat.
3.9.3 Analisis Data Prestasi Siswa Analisis data prestasi dilakukan dengan menghitung perolehan
jawaban benar soal tes objektif yang berjumlah 18 soal. Selain soal tes objektif prestasi siswa diperoleh dari hasil rubrik kognitif berupa lembar
kerja, rubrik psikomotor dan rubrik produk. Perolehan nilai soal objektif dihitung dengan rumus hasil belajar siswa menurut Yamin 2005: 16
sebagai berikut: B
Skor = X 100 N
Keterangan: B = Jumlah soal yang dijawab benar
N = Jumlah butir seluruh soal Sedangkan untuk perolehan skor rubrik dapat diketahui dengan cara
sebagai berikut: Rubrik Penlialain Kognitif lembar kerja
Rubrik Penilaian Psikomotor
Rubrik Penilaian Produk
Hasil keseluruhan prestasi siswa diperoleh dari perhitungan rata-rata dari perolehan skor tes objektif dan seluruh rubrik sebagai berikut:
Selanjutnya nilai rata-rata kelas dapat dihitung dengan rumus menurut Arikunto 2008: 264 sebagai berikut:
Skor Total Skor =
X 100 6
Skor Total Skor =
X 100 9
Skor Total Skor =
X 100 9
Jumlah nilai keseluruhan siswa Nilai rata-rata kelas =
Jumlah siswa Skor tes objektif + skor rata-rata keseluruhan rubrik
Skor total prestasi siswa = 2
Sedangkan untuk menghitung persentase siswa yang lulus KKM dapat dihitung dengan rumus menurut Sudjana 2009: 133 sebagai
berikut:
Setelah melakukan perhitungan seluruh data prestasi siswa, maka dapat diketahui rata-rata kelas dan persentase siswa yang lulus KKM.
Peningkatan prestasi siswa dapat dilihat dari rata-rata nilai siswa dan persentasi siswa yang lulus KKM dari kondisi awal dan kondisi setelah
tindakan. Jika terjadi peningkatan rata-rata dan persentase siswa pada kondisi awal maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar IPA siswa
meningkat.
3.10 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian merupakan gambaran semua prosess peneliti beserta waktu pelaksanaan dari awal hingga akhir penelitian. Proses
penelitian tergambar dalam jadwal penelitian pada tabel 18. Jumlah siswa yang mencapai KKM tuntas
Persentase = X 100
Jumlah seluruh siswa
Tabel 18 Jadwal Penelitian
Jadwal Penelitian
Sep Okt Nov
Des Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun
1. Pengumpulan data
kondisi awal
dan observasi
√ √
2. Penyusunan proposal
√ √
√
3. Pengumpulan data
√ √
4. Penyusunan skripsi
√ √
5. Perbaikan skripsi
√
6. Ujian skripsi √
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Penelitian
4.1.1.1 Perencanaan
Langkah awal peneliti untuk melakukan penelitian tentang penggunaan metode inkuiri terbimbing sebagai upaya peningkatan
keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 adalah meminta ijin kepada kepala sekolah bahwa peneliti akan
melaksanakan penelitian di SD Negeri Plaosan 1. Setelah mendapat ijin dari pihak sekolah, peneliti menemui guru kelas IV untuk memulai
langkah awal penelitian yaitu meminta bantuan beliau untuk pengumpulan data awal dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah
melakukan pengumpulan data awal dan peneliti menemukan masalah dalam mata pelajaran IPA di kelas IV, maka peneliti memutuskan untuk
menggunakan metode inkuiri terbimbing sebagai upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV di SD Negeri Plaosan 1.
Peneliti berdiskusi dengan guru kelas untuk memilih materi ajar yang akan dipakai untuk penelitian. Dengan berbagai pertimbangan dan
berdiskusi dengan guru kelas maka peneliti memutuskan memakai salah satu SK dan KD IPA tentang pengaruh perubahan lingkungan fisik
terhadap daratan. Setelah menentukan kompetensi dasar KD yang akan dipakai, peneliti membuat rancangan berupa perangkat pembelajaran dan
87