Arikunto 2012: 233 mengemukakan bahwa pengecoh dapat berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi
peserta tes yang kurang memahami materi. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengecoh adalah pilihan jawaban yang bukan
merupakan kunci jawaban yang berfungsi sebagai penyesat jawaban.
3. Pengembangan Tes Hasil Belajar
Ada Sembilan langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan tes hasil
belajar Mardapi, 2009: 88-97. Kesembilan langkah tersebut adalah 1 menyusun spesifikasi tes, 2 menulis soal tes, 3 menelaah soal tes, 4
melakukan uji coba tes, 5 menganalisis butir soal, 6 memperbaiki tes, 7 merakit tes, 8 melaksanakan tes, dan 9 menafsirkan hasil tes yang akan
dijabarkan sebagai berikut: 1
Menyusun Spesifikasi Tes Menyusun spesifikasi tes adalah langkah awal dalam mengembangkan tes.
Spesifikasi tes berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam
menulis soal, dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Penyusunan spesifikasi tes mencangkup kegiatan
berikut ini: a menentukan tujuan tes, b menyusun kisi-kisi tes, c memilih bentuk tes, dan d menentukan panjang tes.
a. Menentukan Tujuan Tes
Tujuan tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu: tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Tes penempatan
dilaksanakan pada awal pembelajaran, hasil tes ini berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta didik. Tes diagnostik berguna
untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes formatif bertujuan untuk memperoleh
masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, hasilnya untuk menentukan
keberhasilan belajar peserta didik untuk mata pelajaran tertentu. b.
Menyusun Kisi-Kisi Tes Kisi-kisi merupakan tabel matriks yang berisi spesifikasi soal-soal yang
akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuhan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat
kesulitannya relatif sama. Matriks kisi-kisi soal terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris. Kolom menyatakan kompetensi dasar KD, pokok dan
subpokok bahasan, uraian materi dan indikator. Sedangkan baris menyatakan tujuan yang akan diukur atau diujikan. Ada tiga langkah dalam
mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Menulis tujuan umum pembelajaran
2. Membuat daftar pokok bahasan dan subpokok bahasan yang akan
diujikan 3.
Menentukan indikator dan jumlah soal tiap pokok bahasan Sumber utama tujuan pembelajaran, pokok bahasan, dan subpokok
bahasan adalah silabus mata pelajaran. Jumlah soal yang digunakan tergantung pada waktu yang tersedia untuk tes dan materi yang akan diujiakan.
Pemilihan materi tes pada umumnya dilakukan dengan melakukan pemilihan sampel, materi yang banyak dan kompleks dipilih lebih banyak dibandingkan
dengan materi yang mudah dan sederhana. c.
Memilih Bentuk Tes Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, waktu yang
tersedia untuk memeriksa lembar jawab tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk tes objektif pilihan ganda
dan bentuk tes benar-salah sangat tepat digunakan bila jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak,
waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. d.
Menentukan Panjang Tes Penentuan panjang tes berdasarkan pada cakupan materi ujian dan
kelelahan peserta tes. Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu 90 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sampai 150 menit, untuk tes praktek bisa lebih dari itu. Tes pilihan ganda membutuhkan waktu pengerjaan 2 sampai 3 menit untuk tiap butir soal. Hal
ini juga dipengaruhi oleh tingkat kesulitan soal. 2
Menulis Soal Tes Penulisan soal merupakan langkah penjabaran indikator menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi- kisi yang telah dibuat. Kualitas tes secara keseluruhan sangat terpengaruh dengan
tingkat kebaikan dari masing-masing butir soal yang menyusunnya. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel. Soal yang tidak jelas
dan bertele-tele akan menyebabkan interpretasi yang tidak tunggal dan membingungkan. Setiap pertanyaan perlu disusun sedemikian sehingga jelas
yang ditanyakan dan jelas pula jawaban yang diharapkan. Pedoman utama pembuatan tes bentuk pilihan ganda adalah :
1 Pokok soal harus jelas.
2 Pilihan jawaban homogen dalam arti isi.
3 Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama.
4 Tidak ada petunjuk jawaban benar.
5 Hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah.
6 Pilihan jawaban angka diurutkan.
7 Semua pilihan jawaban logis.
8 Jangan menggunakan negatif ganda.
9 Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes.
10 Bahasa yang digunakan baku.
11 Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.
3 Menelaah Soal Tes.
Setelah soal dibuat perlu dilakukan telaah. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan
kekurangan dan kesalahan. Telaah soal ini sebaiknya dilakukan oleh orang lain, bukan di pembuat soal. Akan lebih baik lagi jika telaah dilakukan oleh sejumlah
orang yang terdiri dari para ahli yang secara bersama dalam tim menelaah dan atau mengoreksi soal.
4 Melakukan Uji Coba Tes
Uji coba perlu dilakukan untuk semakin memperbaiki kualitas soal. Uji coba ini dapat digunakan sebagai sarana memperoleh data empiric tentang tingkat
kebaikan soal yang telah disusun. Melalui uji coba dapat diperoleh data tentang: reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektifitas pengecoh, daya
beda, dan lain-lain. 5
Menganalisis Butir Soal Analisis butir soal dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal,
daya pembeda, dan juga evektivitas pengecoh. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 Memperbaiki Tes
Langkah ini dilakukan atas butir soal, yaitu memperbaiki masing-masing butir soal yang ternyata masih belum baik.
7 Merakit Tes
Merakit butir-butir soal dilakukan setelah butir soal dianalisis dan diperbaiki. Keseluruhan butir soal perlu disusun secara hati-hati menjadi kesatuan tes yang
terpadu. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal, lay out, dan sebagian harus
diperhatikan. 8
Melaksanakan Tes Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dalam pelaksanaan tes ini memerlukan pengawasan agar tes tersebut benar-benar dikerjakan oleh teste dengan jujur dan sesuai dengan ketentuan. Pengawasan
yang dilakukan harus tidak mengganggu pelaksana tes itu sendiri. Peserta didik yang sedang mengerjakan tes tidak boleh sampai terganggu oleh kehadiran
pengawas.
9 Menafsirkan Hasil Tes
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah, menengah, atau tinggi. Tinggi rendahnya
nilai ini selalu dikaitkan dengan acuhan penilaian. Ada dua acuan penilaian yang sering digunakan dalam bidang psikologi dan pendidikan, yaitu acuhan norma
dan kriteria. Tinggi rendahnya suatu nilai dibandingkan dengan kelompoknya atau dengan kriteria yang harus dicapai.
3. Matematika