1.2.11 Merinci cara menyelesaikan
persoalan menggunakan KPK
27 26, 27
1.2.12 merancang contoh persoalan
dalam kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan KPK
28 28
1.2.13 merancang contoh persoalan
dalam kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan FPB
29, 30 29, 30
Instrumen tes akan dibagi menjadi dua tipe soal yaitu tipe soal A dan tipe soal B. Pembagian instrumen tes ke dalam dua tipe soal untuk
menghindari pengelompokan soal pada satu tipe soal saja.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dan masukan
atau saran dari validator produk tes hasil belajar. Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa validasi produk oleh ahli dan hasil analisis butir soal.
1. Analisis data kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini berasal dari analisis kebutuhan berupa wawancara kepada guru kelas V dan komentar dari ahli.
a. Hasil wawancara
Hasil wawancara kepada guru kelas V yang mengampu mata pelajaran matematika selanjutnya akan dianalisis untuk diketahui
permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan tes hasil belajar matematika. Data dianalisis dengan cara membuat kesimpulan dari hasil
wawancara dengan kedua guru. 2.
Analisis data kuantitatif
Data kuantitatif yang digunakan untuk menilai kelayakan tes hasil belajar. data kuantitatif ini berupa skor penilaian produk ekspert judgment
dari kelima ahli matematika. Hasil data kuantitatif juga diperoleh dari analisis butir soal yang mencangkup validitas, reliabilitas, daya pembeda,
tingkat kesukaran, dan analisis pengecoh. a.
Validator ahli
Validator ahli memberikan penilaian sesuai dengan kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti. Validator ahli dalam penelitian ini adalah satu
dosen matematika PGSD Universitas Sanata Dharma, tiga guru matematika kelas V SD dan satu guru matematika kelas VI SD.
Kuesioner tersebut berisi 16 butir penilaian dengan rentang skor 1-4 pada setiap butirnya. Rentang skor yang digunakan oleh peneliti
berdasarkan skala likert. Sugiyono 2015: 134 menjelaskan bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
skala likert digunakan untuk mengukur sikap dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial Sugiyono, 2015: 134.
Data kuantitatif yang diperoleh dari kelima validator ahli tersebut akan dianalisis sebagai hasil dari validitas isi, seperti pada tabel di bawah ini
Widoyoko, 2015: 69. Tabel 3.4 Kategori Skor Kuisioner
Interval Tingkat Pencapaian Kualifikasi
3,25 M ≤ 4,00 Sangat Baik
2,50 M ≤ 3,25 Baik
1,75 M ≤ 2,50 Kurang Baik
0,00 M ≤ 1,75 Tidak Baik
Keterangan: M = Rata-rata skor pada setiap aspek yang dinilai.
b. Validitas
Tes sebagai salah satu alat ukur hasil belajar dapat dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur hasil belajar yang hendak diukur
Widoyoko, 2009: 98. Peneliti memilih menggunakan rumus korelasi point biserial dengan menggunakan rumus y
pb
dalam Arikunto 2012: 93 yang rumus lengkapnya adalah sebagai berikut:
Ypbi = � − �1
�� √
Keterangan: Ypbi
= koefisien korelasi biserial Mp
= rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total proporsi
p = proporsi siswa menjawab benar
q = proporsi siswa yang menjawab salah
Bersdasarkan Masidjo 1995: 243 interpretasi validitas dibagi menjadi 5 yaitu:
Tabel 3.5 Kriteria Validitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00
0,71 – 0,90
0,41 – 0,70
0,21 – 0,20
Negatif – 0,20
Sangat Tinggi Tinggi
Cukup Rendah
Sangat Rendah
Peneliti menentukan validitas dengan membandingkan hasil r hitung soal dengan r
tabel
pada taraf signifikasi 5 dan jumlah siswa N PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebanyak 62 dengan dua tipe soal A dan tipe soal B adalah 0,35. Jadi, item yang nilainya mencapai 0,35 akan disebut valid dan layak untuk
dijadikan alat ukur yang baik. Pada penelitian ini, validitas akan dianalisis menggunakan aplikasi TAP, dapat dilihat pada hasil TAP
pada kolom point biserial atau yang telah dijelaskan pada gambar berikut ini:
Gambar 3.3 Validasi Empiris pada Program TAP c.
Analisis Reliabilitas
Instrumen tes dikatakan dapat dipercaya reliable jika memberikan hasil yang tetap atau ajeg konsisten apabila diteskan
berkali-kali Widoyoko, 2015: 157. Metode yang dipakai peneliti untuk mencari reliabilitas yaitu menggunakan metode belah dua atau
Split-half Method dengan membagi soal menjadi dua item genap dan item ganjil kemudian mengkorelasikan skor total kedua belahan.
Reliabilitas tes hasil belajar matematika yang peneliti gunakan ialah reliabilitas dengan menggunakan metode Flanagan. Purwanto 2009:
165 menjelaskan bahwa metode Flanagan membagi data menjadi dua belahan. Pembelahan dapat dilakukan atas dasar belahan ganjil-genap
atau awal-akhir. Penelitian ini menggunakan pembelahan ganjil-genap. Pembelahan ganjil-genap dipilih berdasarkan jumlah soal untuk
masing-masing tipe soal berjumlah 30 butir. Item ganjil maupun item genap disetiap soal memiliki jumlah yang sama. Rumus untuk metode
ini menggunakan rumus product moment. Ada dua langkah dalam menggunakan rumus product moment, langkah pertama menggunakan
rumus product moment dengan angka kasar menurut Arikunto 2013: 213 adalah sebagai berikut:
r
xy
=
�.∑ − ∑
∑ √{�.∑ ²− ∑ ²}{�.∑ ²− ∑ ²}
Keterangan :
r
xy
=
koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan
X = skor butir belahan ganjil PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Y = skor butir belahan genap N = jumlah responden
Langkah kedua untuk mencari reliabilitas menggunakan formula Spearman-Brown sebagai berikut: Arikunto, 2013: 223-224
r
11
=
� ⁄ ⁄
+|� ⁄ ⁄ |
keterangan:
r
11
= Koefisien reliabilitas penuh tes
� ⁄ ⁄ =
Koefisien reliabilitas setangah tes
Penelitian ini akan menggunakan koefisien reliabilitas soal yang sudah ada dalam penggolahan data TAP. Selanjutnya reliabilitas soal
akan dikualifikasi berdasarkan tabel menurut Masidjo 1995: 209. Tabel 3.6 Kategori Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00
0,71 – 0,90
0,41 – 0,70
0,21 – 0,20
Negatif – 0,20
Sangat Tinggi Tinggi
Cukup Rendah
Sangat Rendah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peneliti menggunakan metode belah dua Split-Half Method dalam menghitung reliabilitas yaitu dengan menggunakan metode belah
dua berdasarkan item genap dan ganjil. Peneliti menetapkan item yang lolos yaitu item yang mencapai minimal 0,41 atau “cukup”. Pada hasil
analisis data pada program TAP reliabilitas dapat dilihat seperti gambar berikut:
Gambar 3.4 Reliabilitas pada Program TAP d.
Analisis Daya Pembeda
Arikunto 2012: 226 berpendapat bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
dengan siswa yang bodoh. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi D. Indeks diskriminasi ini
berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada indeks deskriminasi ada tanda negatif. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu
soal “terbalik” menunjukkan kualitas peserta tes, yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Dengan demikian ada
tiga titik pembeda. Yaitu: -1,00
0,00 1,00
Cara menghitung daya pembeda dapat dilakukan dengan rumus dalam Arikunto 2012: 228 adalah sebagai berikut:
D =
�
–
�
= P
A
– P
B
Keterangan: J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar daya
pembeda negatif
daya pembeda
rendah daya
pembeda tinggi
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Arikunto 2012: 232 menjelaskan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut : Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda
Rentan Nilai Kategori
0,00 – 0,20
0,21 – 0,40
0,41 – 0,70
0,71 – 1,00
Jelek Cukup
Baik Baik sekali
Berdasarkan tabel kriteria daya pembeda di atas, untuk menyatakan soal tersebut dikatakan dapat membedakan siswa kelompok atas dengan siswa
kelompok bawah peneliti menggunakan kriteria baik 0,41-0,70 dan kriteria baik sekali 0,71-1,00. Daya pembeda dalam analisis program TAP dapat
dilihat di gambar 3.5 di bawah ini:
Gambar 3.5 Daya Pembeda pada Program TAP PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Tingkat kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran difficuly indeks. Besarnya indeks kesukaran
antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa
soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal terlalu mudah Arikunto, 2012: 223.
0,0 1,0
Sukar Mudah
Hasil perhitungan tingkat kesukaran dengan menggunakan program TAP dapat dilihat dari Item Diff atau Item Difficulty. Kriteria
tingkat kesukaran yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sukar soal tersebut. Sebaliknya semakin besar indeks
yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Perhitungan tingkat kesukaran pada penelitian ini terbatas pada soal-soal yang valid dengan
daya pembeda yang baik minimal pada kriteria cukup membedakan. Menurut Arikunto 2012: 225, secara umum indeks kesukaran
diklasifikasikan sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
No. Rentan Nilai
Kategori
1. 0,00
– 0,30 Sukar
2. 0,31
– 0,70 Sedang
3. 0,71
– 1,00 Mudah
Tingkat kesukaran yang baik pada suatu tes adalah 30 “mudah”, 50 “sedang”, dan 20 “sukar” Sudjana, 2009: 135. Tingkat
kesukaran yang tidak sesuai dengan kriteria dan membutuhkan revisi akan dilakukan perbaikan. Tingkat kesukaran pada program TAP dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.6 Tingkat Kesukaran pada Program TAP PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f. Analisis pengecoh
Pengecoh dari soal-soal yang valid dan memiliki daya pembeda yang baik minimal masuk dalam kategori kurang membedakan akan
dianalisis pengecohnya. Pengecoh merupakan pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban dan bukan hanya sekedar pelengkap
pilihan Purwanto, 2009: 108. Arikunto 2012: 234 berpendapat bahwa suatu distractor dapat dikatakan berfungsi baik jika paling
sedikit dipilih oleh 5 peserta tes. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh peserta tes berarti bahwa pengecoh itu jelek, terlalu
menyolok menyesatkan.
Cara menganalisis
pengecoh dapat
menggunakan rumus menurut Zulaiha 2008: 21 berikut:
Keterangan : PPJ = penyebaran jawaban untuk pilihan jawaban tertentu
JPJ = banyak siswa yang memilih pilihan jawaban tertentu n = banyak siswa
Pengecoh juga akan dianalisis menggunakan program TAP dengan cara membandingkan antara total tiap pilihan jawaban siswa yang bukan
kunci jawaban dengan angka 0,05. Angka 0,05 sama dengan 5 dari peserta tes yaitu minimal siswa yang harus memilih agar dapat
dikatakan bahwa pengecoh dapat berfungsi. Analisis pengecoh pada program TAP dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.7 Hasil Analisis Pengecoh Tipe Soal A menggunakan Program TAP PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV ini berisi tentang uraian hasil penelitian dan pembahasan mengenai tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menggunakan faktor prima untuk
menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V SD. Hasil penelitian dan pembahasan diuraikan sebagai berikut :
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini membahas tentang langkah-langkah pengembangan perangkat tes hasil belajar dan kualitas perangkat tes hasil belajar. Kedua pokok bahasan ini akan
dibahas sesuai dengan data yang diperoleh, akan dijabarkan berikut ini:
1. Prosedur Pengembangan Tes Hasil Belajar
Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB untuk siswa kelas V sekolah dasar tahun ajaran
20162017 dikembangkan berdasarkan modifikasi langkah-langkah penelitian pengembangan Borg and Gall. Langkah-langkah yang digunakan peneliti meliputi
tujuh langkah dan akan dijabarkan sebagai berikut :
a. Potensi dan Masalah
Potensi dan masalah dalam penelitian berangkat dari belum adanya tes hasil belajar yang sesuai dengan kriteria soal yang baik. Potensi dari penelitian ini adalah
tes hasil belajar untuk mengukur kemampuan siswa rutin dilakukan setiap akhir PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI