Uji Sensivitas Sektor Tersier

64 Tabel 4.14 Tabel Uji Beda Sampel Berpasangan Sektor Tersier Paired Samples Test Paired Differences t df Sig. 2- tailed Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Pair 1 DA sebelum IFRS – DA sesudah IFRS - .0841928 . 1066902 . 0355634 -.1662023 -.0021834 -2.367 8 .045 Sumber : hasil olah SPSS Berdasarkan hasil pengujian hipotesis untuk sektor tersier maka, dapat diperoleh nilai t hitung sebesar -2,367, dan signifikansi sebesar 0,045. Hasil nilai t hitung pada pengujian ini menunjukkan bahwa t hitung sebesar -0,743, t tabel 5 sebesar 2,306, two tailed dan nilai dari probabilitas yang ditunjukkan melalui Sig. 2-tailed sebesar 0,045, p sebesar 0,05. Berdasarkan hasil analisis yang dipaparkan, maka hipotesis yang menyatakan bahwa manajemen laba sesudah pengadopsian IFRS tidak berbeda dari manajemen laba sebelum pengadopsian IFRS ditolak. Ini berarti menunjukan bahwa manajemen laba sesudah pengadopsian IFRS berbeda dari manajemen laba sebelum IFRS. 65

C. Pembahasan

Hasil dari beberapa penelitian terdahulu mengenai dampak penerapan IFRS ke dalam standar akuntansi lokal terhadap tingkat manajemen laba memiliki hasil yang berbeda-beda. Pada penelitian yang dilakukan oleh Jeanjean dan Stolowy 2008 mengenai dampak penerapan IFRS terhadap manajemen laba diketahui bahwa penggunaan peraturan tidak cukup untuk menyediakan bahasa bisnis yang memadai. Hal tersebut dapat terjadi dengan dalih bahwa insentif bagi manajemen dan faktor intitusi nasional sangat berperan penting terhadap karakteristik dalam menyusun laporan keuangan dibanding standar akuntansi itu sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada perusahaan yang telah menerapkan pelaporan keuangannya berbasis IFRS tidak ditemukan adanya penurunan tingkat manajemen laba. Sebaliknya, pada perusahaan yang telah menerapkan IFRS dalam pelaporan keuangan tingkat manajemen laba justru lebih tinggi dibandingkan pada periode sebelum diterapkannya IFRS pada perusahaan sampel. Hasil statistik dalam pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai Sig. 2-tailed sebesar 0,974, p sebesar 0,05, hal ini menunjukkan bahwa IFRS sangat tidak signifikan dalam mempengaruhi tingkat manajemen laba. Hasil pengujian tersebut juga didukung dengan pengujian sensivitas yang dilakukan terhadap perusahaan dengan pengelompokan ke dalam sektor industri 66 yang sama. Pada hasil data statistik untuk perusahaan yang tergolong dalam industri sektor primer hasil menunjukkan bahwa nilai p sebesar 0,483, 0,05, maka pada perusahaan industri sektor primer H diterima, kesimpulan yang dapat diambil yaitu manajemen laba sesudah pengadopsian IFRS tidak berbeda dari manajemen laba sebelum pengadopsian IFRS, IFRS tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap tingkat manajemen laba. Pada pengujian sensivitas untuk perusahaan di industri sektor primer, hasil data statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,487, 0,05, maka pada perusahaan industri sektor primer H diterima, kesimpulan yang dapat diambil yaitu manajemen laba sesudah pengadopsian IFRS tidak berbeda dari manajemen laba sebelum pengadopsian IFRS, IFRS tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap tingkat manajemen laba. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada data statistik untuk perusahaan di industri sektor tersier, nilai probabilitas p sebesar 0,045, 0,05, sehingga H ditolak, kesimpulan yang dapat diambil yaitu manajemen laba sesudah pengadopsian IFRS berbeda dari manajemen laba sebelum pengadopsian IFRS, IFRS memberikan pengaruh signifikan terhadap tingkat manajemen laba. Secara keseluruhan dapat hasil statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan manajemen laba pada periode sebelum pengadopsian IFRS dengan periode sesudah pengadopsian IFRS. Pada hasil uji sensivitas, diperoleh kesimpulan yang berbeda-beda, hal ini diduga terjadi akibat perbedaan sektor 67 bisnis perusahaan dan risiko bisnis yang dimiliki tiap sektor industri, serta faktor lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis pada hasil statistik disimpulkan bahwa penelitian yang diperoleh tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Barth et al dan Bhattacharjee 2012, yang menyatakan bahwa pengadopsian Standar Akuntansi Internasional atau IFRS dapat memberikan kualitas laporan keuangan yang lebih baik dengan adanya penurunan praktik manajemen laba earnings management. Pada kondisi ini tidak terbukti atau tidak sesuai dengan yang keadaan yang terjadi di Indonesia. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jeanjean dan Stolowy 2008 yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan setelah diterapkannya Standar Akuntansi Internasional IFRS. Kondisi ini terjadi di Indonesia memungkinkan terjadi akibat masih perlunya waktu penyesuaian yang cukup lama bagi perusahaan di Indonesia untuk dapat segera menyesuaikan pelaporannya dengan standar internasional yang berlaku, dan dapat pula disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti peraturan pemerintah, kondisi perekonomian dan model bisnis yang mungkin menyebabkan tidak berpengaruhnya penerapan IFRS pada pelaporan keuangan di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa manajemen laba sesudah pengadopsian IFRS berbeda dengan manajemen laba sebelum pengadopsian IFRS tidak dapat didukung.