Sejarah dan Penerimaan IFRS di Seluruh Dunia

14 internasional. Sampai dengan tahun 2012, lebih dari 80 negara mendukung konvergensi menuju IFRS. Komitmen negara-negara tersebut yang ingin menerapkan IFRS sebagai dasar akuntansi, sejalan dengan tujuan IASB yang ingin mengembangkan kualitas standar akuntansi internasional yang tinggi. Untuk mencapai tujuan ini IASB membatasi alternatif praktik akuntansi dan menyediakan pendekatan konsisten untuk pengukuran akuntansi. Hal tersebut yang mendorong lahirnya IFRS. IFRS dianggap mampu untuk meningkatkan kualitas informasi akuntansi. Tujuan IFRS adalah untuk memastikan laporan keuangan dan laporan keuangan intern perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan mengandung informasi berkualitas tinggi yang transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan.

3. Tujuan utama IASB adalah:

a. Mengembangkan satu set standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami, dan dapat diterapkan untuk menghasilkan pelaporan keuangan yang berkualitas, transparan, dan dapat diperbandingkan untuk membantu pengguna dalam membuat keputusan ekonomi. b. Mempromosikan penggunaan dan pengadopsian standar tersebut secara tepat. 15 c. Untuk memenuhi tujuan-tujuan yang terkait dengan point a dan b, mempertimbangkan sebagaimana mestinya kebutuhan khusus entitas kecil dan menengah, dan negara-negara berkembang. d. Mewujudkan konvergensi standar akuntansi nasional, standar akintansi internasional dan standar pelaporan keuangan internasional. www.IASplus.com

4. Perbedaan antara SFAS dan IFRS

Penerapan IFRS lebih berfokus pada fair value sedangkan dalam SFAS menggunakan konsep historical cost. Historical cost dipandang kurang tepat untuk mengukur realitas ekonomi karena kurang relevan. Konsep biaya historis menjadi salah satu kritikan dari standar yang berbasis SFAS. Selain biaya historis ada juga konservatisme yang menjadi kritikan standar berbasis SFAS. Konservatisme adalah reaksi mengakui dan mempertimbangkan ketidakpastian biaya atau kerugian dan resiko dalam pengakuan akuntansi tetapi tidak demikian sebaliknya, hal ini menyebabkan angka pada posisi keuangan seringkali terlalu rendah sehingga tidak menggambarkan kondisi yang sesungguhnya. Dalam IFRS metode LIFO tidak diizinkan karena mengakibatkan mengecilnya laba terlapor dibandingkan aktualnya sedangkan dalam SFAS perhitungan persediaan metode LIFO masih dapat digunakan. Perbedaan lain yang sangat mencolok antara IFRS dan SFAS adalah adanya dorongan lebih 16 untuk menggunakan nilai wajar atau nilai pasar dalam penilaian berbagai elemen laporan keuangan daripada menggunakan nilai buku atau historis. Perubahan cara penilaian ini mengakibatkan berbagai elemen dalam laporan keuangan dapat direvaluasi naik atau menurun sesuai dengan nilai pasar pada saat laporan keuangan disusun. Meskipun lebih rumit, cara penilaian ini memiliki kelebihan yaitu laporan keuangan benar-benar merefleksikan kondisi perusahaan yang sesungguhnya berdasarkan persepsi pasar. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan telah benar-benar selaras dan seintegritas dengan pasar melalui penilaian menggunakan nilai wajar atau pasar ini.

5. Perkembangan Konvergensi IFRS di Indonesia

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan hubungan antara Indonesia dengan negara-negara lainnya mendorong Indonesia menerapkan IFRS dari sebelumnya standar akuntansi Indonesia berkiblat US-GAAP. Indonesia terus berupaya untuk menyesuaikan standar akuntansinya PSAK dengan standar akuntansi internasional IFRS. Konvergensi standar akuntansi merupakan penggabungan atau pengintegrasian standar akuntansi yang ada disetiap negara untuk bertemu disatu titik untuk digunakan, diarahkan dan memperkecil perbedaan kedalam satu titik tujuan. Proses konvergensi IFRS di Indonesia tidak secara penuh diterapkan langsung dan mengadopsi seluruh aturan yang ada big bang strategy pada IFRS tetapi dalam