Analisis manajemen laba sebelum dan sesudah pengapdosian International Financial Reporting Standards (IFRS).

(1)

xii ABSTRAK

ANALISIS MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING

STANDARDS (IFRS)

Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2013

Yovitha Mayangsari Setiarno NIM: 102114120 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Tujuan penelitian ini adalah membandingkan manajemen laba yang terjadi sebelum dan sesudah pengadopsian International Financial Reporting Standards (IFRS) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2013. Penerapan IFRS dalam laporan keuangan memiliki tujuan untuk memberikan laporan yang bersifat faithful representation sehingga dapat diandalkan (reliable) bagi pengguna laporan keuangan.

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 86 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Manajemen laba diproksikan dengan menggunakan discretional accruals yang diukur dengan menggunakan the Modified Jones. Metode analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah uji beda untuk dua sampel berpasangan (Wilcoxon Signed Rank Test).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen laba pada periode sesudah diadopsinya IFRS tidak berbeda dibandingkan manajemen laba pada periode sebelum diadopsinya IFRS. Tidak ada perbedaan manajemen laba secara signifikan pada periode sesudah penerapan IFRS, terbukti dari probabilitas > 0,005 (0,974> 0,005)sehingga H0diterima.


(2)

xiii ABSTRACT

THE ANALYSIS OF EARNINGS MANAGEMENT OF COMPANIES BEFORE AND AFTER INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING

STANDARDS (IFRS) ADOPTION

(An Empirical Study in the Manufacturing Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange for The Year 2009-2013)

Yovitha Mayangsari Setiarno NIM: 102114120 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

The purpose of this study is to compare earnings management occured before and after adoption International Financial Reporting Standards (IFRS) for manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the year 2009-2013. The purpose of IFRS application in financial reporting is to extend the faithful representation with the result can reliable for user.

The kind of the research was empirical study. The method of sampling is purposive with the result 86 companies where chosen as sample. Earnings management were proxied with discretional accruals. Hypothesis testing was conducted using Wilcoxon Signed Rank Test.

The result of this study showed that the earnings management after IFRS adoption have no difference with earnings management before IFRS adoption. There is no decrease from earnings management significantly after IFRS adoption. It was proven from the probability > 0,005 (0,828 > 0,005) and therefore H0

accepted.


(3)

“ANALISIS MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING

STANDARDS (IFRS)”

Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2013

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Yovitha Mayangsari Setiarno NIM : 102114120

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

“ANALISIS MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING

STANDARDS (IFRS)”

Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2013

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Yovitha Mayangsari Setiarno NIM : 102114120

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2015 S k r i p s i


(5)

(6)

(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“TERJADILAH PADAKU SETURUT KEHENDAK MU BAPA...” “Knowledge is not power, wisdom is power” (S. Anthony Lannarino)

“Ketika satu Pintu tertutup, pintu lain terbuka, tetapi kita

terkadang melihat dan menyesali pintu yang tertutup tersebut

terlalu lama sehingga kita tidak melihat pintu lain yang telah

terbuka” ( Alexander Graham Bell )

Skripsi ini ku persembahkan untuk Tuhan Yesus dan Bunda Maria Kedua orang terhebatku, mama dan bapak yang aku sayangi Adik-adik ku, Danang, Gerry dan Ahen Keluargaku juga Sahabat-sahabatku yang setia...


(8)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: ANALISIS MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH

PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS)

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2013)

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh Universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 30 April 2015 Yang membuat pernyataan,


(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yovitha Mayangsari Setiarno

Nomor Induk Mahasiswa : 102114120

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepaa Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH

PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING

STANDARD (IFRS)

Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2013

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hal untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 30 April 2015 Yang Menyatakan,


(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dan terima kasih penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc, Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. M. Trisnawati Rahayu, SE., M.Si., Akt, QIA selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak waktu, bimbingan, masukan dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membagikan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

4. Staf sekretariat Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang turut disibukkan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Staf pojok BEI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta yang membantu dalam proses pencarian data.

6. Kedua orang tua ku yang terhebat, yang selalu memberikan doa, dorongan, motivasi dan dukungan yang tak terhingga kepadaku, serta membangkitkan semangat dalam keadaan apapun.

7. Ketiga adik ku tersayang yang tidak pernah lelah untuk selalu memberikan dorongan dan mengingatkanku untuk menyelesaikan skripsi ini.Keluarga besar yang selalu memberikan motivasi dan semangat serta doa kepada penulis.


(11)

viii

8. Untuk sahabatku Riska, dan Satya yang setia dan tulus dalam menemani dan memberikan motivasi yang tak terhingga berharganya bagi penulis, Bersama kalian sungguh berarti untukku.

9. Untuk Evan Richard O, seseorang yang tidak pernah menyerah untuk selalu memberikan yang terbaik dengan tulus kepadaku dalam keadaan apapun.

10. Untuk sahabat-sahabat keluarga bencanaku yang selalu mengingatkan dan memberikan semangat kepada penulis.

11. Sahabat, teman-teman Akuntansi angkatan 2010 dan semua orang yang pernah aku temui.

12. Semua pihak yang membantu, mendukung, berpartisipasi dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan penulisan ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 30 April 2015


(12)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Batasan Masalah ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. International Financial Reporting Standards (IFRS)... 11

B. Manajemen Laba (Earnings Management) ... 22

C. Studi Terdahulu ... 37

D. Perumusan Hipotesis Penelitian ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 41

B. Waktu Penelitian ... 41

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 41

D. Jenis Data ... 42

E. Sumber Data, Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

F. Variabel Penelitian ... 43

G. Teknik Analisis Data ... 45

1. Statistik Deskriptif ... 45


(13)

x

3. Pengujian Hipotesis ... 46

a. Uji Beda ... 47

b. Uji Sensivitas ... ... 49

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 51

B. Analisis Data ... 51

C. Pembahasan ... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 68

B. Keterbatasan Penelitian ... 69

C. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(14)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Tahapan Konvergensi IFRS ke dalam PSAK ... 17

Tabel 2.2 Tabel PSAK dan Tanggal Efektif Diberlakukan ... 18

Tabel 4.1 Tabel Hasil Seleksi Sampel ... 52

Tabel 4.2 Tabel Statistik Deskriptif ... 52

Tabel 4.3 Tabel Uji Normalitas ... 53

Tabel 4.4 Tabel Uji Beda Berpasangan (Paired Sampel t-test) ... 54

Tabel 4.5 Tabel Sektor Industri ... 56

Tabel 4.6 Tabel Statistik Deskriptif Sektor Primer ... 57

Tabel 4.7 Tabel Uji Normalitas Sektor Primer ... 57

Tabel 4.8 Tabel Uji Beda Sampel Berpasangan Sektor Primer ... 58

Tabel 4.9 Tabel Statistik Deskriptif Sektor Sekunder ... 59

Tabel 4.10 Tabel Uji Normalitas Sektor Sekunder ... 60

Tabel 4.11 Tabel Uji Beda Sampel Berpasangan Sektor Sekunder ... 61

Tabel 4.12 Tabel Statistik Deskriptif Sektor Tersier ... 62

Tabel 4.13 Tabel Uji Normalitas Sektor Tersier ... 63


(15)

xii ABSTRAK

ANALISIS MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING

STANDARDS (IFRS)

Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2013

Yovitha Mayangsari Setiarno NIM: 102114120 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Tujuan penelitian ini adalah membandingkan manajemen laba yang terjadi sebelum dan sesudah pengadopsian International Financial Reporting Standards (IFRS) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2013. Penerapan IFRS dalam laporan keuangan memiliki tujuan untuk memberikan laporan yang bersifat faithful representation sehingga dapat diandalkan (reliable) bagi pengguna laporan keuangan.

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 86 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Manajemen laba diproksikan dengan menggunakan discretional accruals yang diukur dengan menggunakan the Modified Jones. Metode analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah uji beda untuk dua sampel berpasangan (Wilcoxon Signed Rank Test).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen laba pada periode sesudah diadopsinya IFRS tidak berbeda dibandingkan manajemen laba pada periode sebelum diadopsinya IFRS. Tidak ada perbedaan manajemen laba secara signifikan pada periode sesudah penerapan IFRS, terbukti dari probabilitas > 0,005 (0,974> 0,005)sehingga H0diterima.


(16)

xiii ABSTRACT

THE ANALYSIS OF EARNINGS MANAGEMENT OF COMPANIES BEFORE AND AFTER INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING

STANDARDS (IFRS) ADOPTION

(An Empirical Study in the Manufacturing Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange for The Year 2009-2013)

Yovitha Mayangsari Setiarno NIM: 102114120 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

The purpose of this study is to compare earnings management occured before and after adoption International Financial Reporting Standards (IFRS) for manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the year 2009-2013. The purpose of IFRS application in financial reporting is to extend the faithful representation with the result can reliable for user.

The kind of the research was empirical study. The method of sampling is purposive with the result 86 companies where chosen as sample. Earnings management were proxied with discretional accruals. Hypothesis testing was conducted using Wilcoxon Signed Rank Test.

The result of this study showed that the earnings management after IFRS adoption have no difference with earnings management before IFRS adoption. There is no decrease from earnings management significantly after IFRS adoption. It was proven from the probability > 0,005 (0,828 > 0,005) and therefore H0

accepted.


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Semakin terglobalisasinya dunia menyebabkan banyak perusahaan-perusahaan melakukan aktivitas bisnis di luar batas wilayah negaranya. Hal ini didukung dengan semakin banyaknya kerjasama yang dilakukan perusahaan lintas negara. Perubahan tersebut memberi dampak pergeseran informasi dan perpindahan modal sehingga, perusahaan-perusahaan tersebut tidak hanya memperoleh modal dari investor domestik tetapi juga mendapat modal dari investor luar negeri. Kondisi tersebut menjadikan tidak adanya batas transaksi ekonomi antar negara diseluruh dunia (world is flat), oleh karena itu menjadi sebuah tuntutan bagi perusahaan untuk dapat memberikan informasi kepada investor melalui pelaporan yang memadai dan berkualitas.

Laporan keuangan merupakan sebuah jembatan yang dapat menghubungkan keperluan bisnis. Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (SAK 2012). Laporan keuangan sebagai alat komunikasi dalam bisnis perlu disesuaikan dengan kondisi perubahan ekonomi saat ini maka, laporan keuangan harus dapat menjadi seperangkat standar akuntansi universal yang tunggal dan menjadi tolok ukur dalam menyatukan serta menyelaraskan dunia akuntansi khususnya dalam memecahkan permasalahan akuntansi lintas batas.


(18)

Laporan keuangan harus mencerminkan kondisi ekonomi dan kinerja perusahaan yang sebenarnya sehingga, para pengguna laporan keuangan seperti investor dan stakeholder lainnya yaitu karyawan, supplier, customer, institusi penyedia kredit, pemerintah dan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan informasi. Fenomena ini memberikan dalih bagi para praktisi akuntansi untuk dapat menjembatani kebutuhan global tersebut menjadi sebuah keseragaman yang dapat memudahkan pengguna informasi.

Banyak perbedaan standar akuntansi yang dimiliki setiap negara dibelahan dunia dalam mengatur penyusunan pelaporan keuangan entitas dalam yuridiksinya. Hal disebabkan perbedaan politik, ekonomi, sosial, teknologi, sejarah, budaya, hukum dan isu-isu lainnya yang terjadi dimasing-masing negara. Dampak dari perbedaan dalam penyusunan pelaporan keuangan setiap negara menyebabkan kurang handalnya perbandingan laporan keuangan.

Perbedaan penyusunan pelaporan keuangan tersebut mengakibatkan meningkatnya kos yang harus dikeluarkan oleh investor atau pengguna informasi laporan keuangan dalam menganalisis laporan keuangan. Oleh karena itu sangat diperlukan suatu standar internasional yang dapat diterima secara global.

IFRS (Internasional Financial Reporting Standards) menjawab kebutuhan bagaimana pelaporan keuangan harus dilakukan. IFRS merupakan perangkat standar pelaporan keuangan hasil produk yang dihasilkan oleh Dewan Standar Akuntansi Internasionalkomite Standar Akuntansi


(19)

Internasional (Internasional Accounting Standards Board selanjutnya disingkat IASB) yang berlokasi di London. IASB menekankan pada pengembangan standar yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang baik, jelas dinyatakan, dari mana interpretasi diperlukan. IFRS merupakan hasil perundingan yang memakan waktu cukup lama, selama perjalanannya terdapat perdebatan diantara praktisi dan akademik terkait penerapan IFRS namun, diharapkan dengan adanya standar internasional tersebut maka permasalahan yang selama ini terjadi dapat teratasi.

Kualitas informasi dari laporan keuangan dapat ditunjukkan dengan rendahnya manajemen laba, mengakui kerugian tepat waktu dan memiliki nilai relevan yang tinggi. IFRS dianggap dapat meningkatkan kualitas informasi yang dihasilkan oleh laporan keuangan (Barth et all. 2008). Pada tahun 2005 hampir sebagian besat perusahaan yang go public di Eropa telah menggunakan IFRS sebagai standar pelaporan keuangan (Prihadi 2011).

Standar akuntansi yang ada Indonesia pada mulanya cenderung mengikuti standar pelaporan di Amerika Serikat yaitu Statement of Financial Accounting Standard (SFAS). Isu harmonisasi pelaporan akuntansi di Indonesia sudah ada semenjak tahun 1994. Pada kata pengantar SAK per 1 Juni 2012 disebutkan bahwa untuk mengembangkan standar akuntansi di Indonesia, IAI mulai melakukan harmonisasi sejak tahun 1994.

Di Indonesia pada dasarnya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dipengaruhi oleh standar akuntansi internasional yang disusun oleh IASB. Oleh karena itu,


(20)

pelaporan keuangan yang disusun berdasarkan SAK hanya membutuhkan sedikit rekonsiliasi untuk menghasilkan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Dampak dari program konvergensi IFRS menyebabkan SAK saat ini menjadi bersifat principle-based yang sebelumnya berbasis rule-based, memerlukan

professional judgement, dan semakin banyak pengungkapan.

Adopsi standar akuntansi internasional pada standar akuntansi lokal bertujuan agar laporan keuangan yang dihasilkan memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi sehingga memiliki informasi akuntansi yang berkualitas. Dengan informasi yang berkualitas, relevan, dan akurat, nilai perusahaan dimata investor internasional pun meningkat.

IFRS dianggap sebagai standar yang lebih unggul dibandingkan US-GAAP. Selain dari sisi keterbandingan, IFRS diklaim mampu menghasilkan informasi berkualitas tinggi (Barth et all. 2008). Penerapan IFRS ada yang bersifat wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Indonesia merupakan negara yang menerapkan IFRS secara voluntary.

Karakteristik fundamental IFRS yaitu representation faithfulness

menyaratkan laporan keuangan yang menunjukkan fair presentation dan

neutrality. Fair presentation mengandung arti bahwa laporan keuangan yang disajikan menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi sedangkan neutrality

mengandung arti bahwa perusahaan tidak bermaksud menguntungkan pihak tertentu dalam pelaporan keuangannya.

Pemisahan yang terjadi antara pengelola perusahaan dan pemegang saham (investor) menyebabkan pengelola perusahaan memiliki informasi yang


(21)

lebih dibandingkan investor. Akibatnya, karena pengelola perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak, lebih lengkap, dan lebih akurat, akan terjadi kecenderungan untuk memanfaatkan informasi untuk kepentingan diri sendiri atau pihak tertentu. Investor ingin mendapatkan peningkatan nilai pasar sahamnya sehingga kekayaannya meningkat, sedangkan pengelola perusahaan ingin mendapatkan bonus atau penghasilan sebesar-besarnya bagi kepentingannya. Ketika bonus pengelola perusahaan ditentukan berdasarkan persentase tertentu terhadap laba, manajemen cenderung menaikkan labanya agar mereka mendapatkan bonus (Sulistiawan, dkk 2011).

Manajemen akan cenderung menggunakan kebijakan akuntansi yang lebih agresif atau memilih kebijakan akuntansi yang menguntungkan agar mendapat laba yang optimal. Manajemen laba dijelaskan sebagai bentuk khusus dari permainan angka-angka keuangan, dimana fleksibilitas GAAP digunakan agar laba dapat memenuhi target yang telah ditetapkan. Manajemen laba dipertahankan agar tetap patuh pada fleksibilitas yang disediakan oleh GAAP (Mulford dan Comiskey 2002). Laba yang diatur diluar batas yang diperkenankan dapat menyajikan keuangan secara material atau bahkan menjadi sebuah pelanggaran.

Berdasarkan karakteristik fundamental dalam IFRS, salah satu manfaat pengadopsian IFRS seharusnya adalah penurunan tingkat manajemen laba. Beberapa hasil penelitian menyatakan terdapat dampak positif pengadopsian IFRS yang dijadikan basis penyajian laporan keuangan terhadap manajemen laba. Negara-negara yang telah mengadopsi IFRS atau yang standar lokalnya


(22)

telah menyesuaikan dengan IFRS menunjukkan tingkat manajemen laba yang lebih rendah.

(Barth et al. 2008) menyatakan bahwa perusahaan yang laporan keuangannya berbasis standar yang mengadopsi IFRS umumnya memiliki kualitas laba akuntansi yang lebih tinggi, mengakui kerugian lebih tepat waktu, dan menyajikan nilai-nilai yang lebih relevan dibanding saat menggunakan standar lokal. Penggunaan laporan keuangan yang berbasis adopsi IFRS juga menyajikan kualitas laba yang lebih baik.

Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan maka, penulis terdorong melakukan penelitian untuk mengetahui apakah dengan diadopsinya IFRS kedalam standar akuntansi di Indonesia dapat menunjukkan peningkatan kualitas laporan akuntansi dengan adanya perubahan dalam tingkat manajemen laba. Penelitian ini ingin membuktikan bahwa perubahan manajemen laba setelah pengadopsian IFRS menunjukkan perbedaan atau tidak tingkat manajemen laba sehingga, kualitas laba yang diharapkan sejalan dengan tujuan dari standar akuntansi internasional tersebut. Berdasarkan pernyataan-pernyataan dan penelitian sebelumnya yang telah disebutkan di atas maka penelitian ini diberi judul “Analisis Manajemen Laba Sebelum dan Sesudah Pengadopsian International Financial Reporting Standards

(IFRS)” Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di


(23)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah manajemen laba setelah pengadopsian IFRS berbeda dibandingkan dengan manajemen laba sebelum pengadopsian IFRS? C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk membandingkan apakah manajemen laba setelah pengadopsian IFRS berbeda dibandingkan dengan manajemen laba sebelum pengadopsian IFRS.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini penulis mengharapkan dapat memberi manfaat: 1. Bagi Pengguna Laporan Keuangan

Pengguna laporan keuangan diharapkan dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam menganalisis realibitas laba akuntansi dan membuat keputusan investasi serta manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen. Memberikan insight kepada investor pemula agar lebih mampu membedakan mana perusahaan dengan fundamental keuangan kuat dan yang tidak

2. Bagi Akademisi

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan pengetahuan dibidang akuntansi keuangan, lebih spesifik analisis laporan keuangan dan investasi agar dapat dipelajari oleh akademisi maupun pihak yang berkepentingan untuk mendapatkan insight terkait permasalahan yang akan diteliti.


(24)

3. Bagi Mahasiswa Akuntansi

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sebuah awareness

kepada mahasiswa akan pentingnya mempelajari laporan keuangan dan menganalisisnya secara lebih mendalam. Hal ini diperlukan untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan forecasting yang baik ketika dimasa kerja akan menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan keputusan investasi.

4. Bagi Regulator atau Pembuat Kebijakan

Sebagai bahan review dan pertimbangan dalam memutuskan suatu kebijakan, khususnya dalam pembuatan standar akuntansi bersifat internasional dan apakah dengan standar ini dapat memberikan manfaat sesuai yang diharapkan.

5. Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai bahan literatur dan pertimbangan untuk acuan penelitian selanjutnya yang memiliki keterkaitan atau hubungan dengan dampak IFRS bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap akutansi dan laporan keuangan.

E. Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah, yaitu:

1. Laporan yang digunakan dalam penelitian ini adalah annual report

perusahaan yang telah go public dan terdaftar di BEI dengan periode waktu 2 tahun sebelum penerapan IFRS (2009-2010) dan 2 tahun setelah penerapan IFRS (2012-2013).


(25)

2. Peneliti tidak memasukan tahun 2011 karena peneliti berasumsi bahwa masih banyak perusahaan yang belum melakukan penyesuaian dengan Akuntansi berbasis IFRS megingat penyesuaian standar akuntansi berada tahap akhir pada tahun 2011.

3. Sampel data dalam penelitian ini merupakan perusahaan manufaktur yang telah Go Public, peneliti tidak mengambil sampel perusahaan yang merupakan perusahaan di bidang keuangan dan sejenisnya.

F. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Bab ini berisikan tentang teori-teori dari hasil pustaka yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan dasar penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini berisikan tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, data yang diperlukan, serta teknis analisis data.

BAB IV Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini berisikan tentang profil BEI dan informasi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI yang menjadi subyek penelitian BAB V Analisis Data dan Pembahasan


(26)

Bab ini berisikan tentang hasil penelitian serta pembahasan mengenai analisis manajemen laba sebelum dan setelah pengadopsian IFRS

BAB VI Penutup


(27)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. International Financial Reporting Standards (IFRS) 1. Gambaran Umum

International Financial Reporting Sandard (IFRS) adalah seperangkat standar akuntansi yang dikembangkan oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang menjadi standar global untuk penyusunan laporan keuangan publik. International Accounting Standards Board (IASB) adalah badan independen yang menetapkan standar akuntansi (IFRS) yang berbasis di London.

Munculnya IFRS tidak bisa lepas dari perkembangan global, terutama yang terjadi pada pasar modal. Perkembangan teknologi informasi (TI) di lingkungan pasar yang terjadi begitu cepat dengan sendirinya berdampak pada banyak aspek di pasar modal, mulai dari model dan standar pelaporan keuangan, relativisme jarak dalam pergerakan modal, hingga ketersediaan jaringan informasi ke seluruh dunia.

IFRS merupakan kelanjutan dari International Accounting Standards

(IAS) yang sudah ada sejak tahun 1973 dan digunakan secara luas oleh negara-negara di Eropa, Inggris dan negara-negara persemakmuran Inggris. IAS disusun oleh International Accounting Standards Commitee (IASC).


(28)

IASC kemudian digantikan oleh IASB dan mulai beroperasi pada tahun 2001. IASB terdiri dari 15 negara dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat. 2. Sejarah dan Penerimaan IFRS di Seluruh Dunia

a. Tahun 1966, Sejarah International Accounting Standards (IAS) dimulai pada tahun ini dengan pengajuan proposal pembentukan kelompok studi yang beranggotakan the Institute of Chartered Accountants of England & Wales (ICAEW), American Institute of Certified Public Accountants

(AICPA) dan Canadian Institute of Chartered Accountants (CICA). Proposal ini pada tahun 1967 disetujui dengan dibentuknya Accountants International Study Group (AISG).

b. Tahun 1973, International Accounting Standard Committee (IASC) dibentuk secara resmi, dengan maksud dan pesan sponsor yang jelas, bahwa semua standard akuntansi internasional yang akan diterbitkan oleh badan ini harus memenuhi syarat yaitu “be capable of rapid acceptance and implementation world-wide”.Selama 27 tahun umurnya, IASC menerbitkan 41 standar yang dikenal dengan IAS.

c. Tahun 1997, dibentuk suatu badan interpretasi yang disebut dengan

Standing Interpretation Committee (SIC), yang memiliki tugas mempertimbangkan perdebatan atas isu yang timbul menyangkut suatu standard, dan menyusun suatu panduan untuk menyelesaikan perdebatan tersebut. Interpretasi yang diterbitkan oleh badan ini berjumlah 33 SIC.


(29)

d. Tahun 2000, pada bulan Mei tahun ini, IOSCO (International Organisation of Securities Commissions) menyetujui penggunaan IAS untuk penerbitan saham antar Negara (cross border listing) dengan press release 17 Mei 2000.

e. Tahun 2001, pada bulan April tahun ini, IASC melakukan restrukturisasi dengan membentuk IASB (International Accounting Standard Board) yang akan menjadi pengganti IASC sebagai standard setter, sementara IASC menjadi foundation. Pada saat ini juga diputuskan bahwa IASB akan melanjutkan pengembangan IAS yang telah diterbitkan sebelumnya, dan memberi nama standard baru yang diterbitkannya dengan nama IFRS (International Financial Reporting Standards). IAS yang belum digantikan dengan IFRS tetap berlaku. Standar pertama yang merupakan produk IASB adalah IFRS 1 yaitu First Time Adoption of IFRS tahun 2003.

f. Sedangkan komite penerbit interpretasi berganti nama dari SIC menjadi IFRIC (International Financial Reporting Interpretation Committee) pada bulan Juli dan sejak itu menerbitkan IFRIC interpretation. Pada tahun 2010 komite ini berganti nama lagi menjadi IFRS Interpretation Committee.

IFRS yang pertama diterbitkan tahun 2003, dan pada waktu itu paling tidak ada 19 negara yang mewajibkan kepatuhan terhadap standar


(30)

internasional. Sampai dengan tahun 2012, lebih dari 80 negara mendukung konvergensi menuju IFRS. Komitmen negara-negara tersebut yang ingin menerapkan IFRS sebagai dasar akuntansi, sejalan dengan tujuan IASB yang ingin mengembangkan kualitas standar akuntansi internasional yang tinggi.

Untuk mencapai tujuan ini IASB membatasi alternatif praktik akuntansi dan menyediakan pendekatan konsisten untuk pengukuran akuntansi. Hal tersebut yang mendorong lahirnya IFRS. IFRS dianggap mampu untuk meningkatkan kualitas informasi akuntansi. Tujuan IFRS adalah untuk memastikan laporan keuangan dan laporan keuangan intern perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan mengandung informasi berkualitas tinggi yang transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan.

3. Tujuan utama IASB adalah:

a. Mengembangkan satu set standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami, dan dapat diterapkan untuk menghasilkan pelaporan keuangan yang berkualitas, transparan, dan dapat diperbandingkan untuk membantu pengguna dalam membuat keputusan ekonomi.

b. Mempromosikan penggunaan dan pengadopsian standar tersebut secara tepat.


(31)

c. Untuk memenuhi tujuan-tujuan yang terkait dengan point a dan b, mempertimbangkan sebagaimana mestinya kebutuhan khusus entitas kecil dan menengah, dan negara-negara berkembang.

d. Mewujudkan konvergensi standar akuntansi nasional, standar akintansi internasional dan standar pelaporan keuangan internasional. (www.IASplus.com)

4. Perbedaan antara SFAS dan IFRS

Penerapan IFRS lebih berfokus pada fair value sedangkan dalam SFAS menggunakan konsep historical cost. Historical cost dipandang kurang tepat untuk mengukur realitas ekonomi karena kurang relevan. Konsep biaya historis menjadi salah satu kritikan dari standar yang berbasis SFAS. Selain biaya historis ada juga konservatisme yang menjadi kritikan standar berbasis SFAS. Konservatisme adalah reaksi mengakui dan mempertimbangkan ketidakpastian biaya atau kerugian dan resiko dalam pengakuan akuntansi tetapi tidak demikian sebaliknya, hal ini menyebabkan angka pada posisi keuangan seringkali terlalu rendah sehingga tidak menggambarkan kondisi yang sesungguhnya.

Dalam IFRS metode LIFO tidak diizinkan karena mengakibatkan mengecilnya laba terlapor dibandingkan aktualnya sedangkan dalam SFAS perhitungan persediaan metode LIFO masih dapat digunakan. Perbedaan lain yang sangat mencolok antara IFRS dan SFAS adalah adanya dorongan lebih


(32)

untuk menggunakan nilai wajar atau nilai pasar dalam penilaian berbagai elemen laporan keuangan daripada menggunakan nilai buku atau historis.

Perubahan cara penilaian ini mengakibatkan berbagai elemen dalam laporan keuangan dapat direvaluasi naik atau menurun sesuai dengan nilai pasar pada saat laporan keuangan disusun. Meskipun lebih rumit, cara penilaian ini memiliki kelebihan yaitu laporan keuangan benar-benar merefleksikan kondisi perusahaan yang sesungguhnya berdasarkan persepsi pasar. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan telah benar-benar selaras dan seintegritas dengan pasar melalui penilaian menggunakan nilai wajar atau pasar ini.

5. Perkembangan Konvergensi IFRS di Indonesia

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan hubungan antara Indonesia dengan negara-negara lainnya mendorong Indonesia menerapkan IFRS dari sebelumnya standar akuntansi Indonesia berkiblat US-GAAP. Indonesia terus berupaya untuk menyesuaikan standar akuntansinya (PSAK) dengan standar akuntansi internasional (IFRS). Konvergensi standar akuntansi merupakan penggabungan atau pengintegrasian standar akuntansi yang ada disetiap negara untuk bertemu disatu titik untuk digunakan, diarahkan dan memperkecil perbedaan kedalam satu titik tujuan. Proses konvergensi IFRS di Indonesia tidak secara penuh diterapkan langsung dan mengadopsi seluruh aturan yang ada (big bang strategy) pada IFRS tetapi dalam


(33)

perkembangannya dilakukan secara bertahap (gradually strategy) dimana proses penerapannnya disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia.

Proses konvergensi PSAK ke IFRS yang telah dilakukan di Indonesia melalui tahap awal dimulai dari tahun 2008. Beberapa PSAK mulai diberlakukan secara aktif per 1 Januari 2009. PSAK lainnya secara bertahap direvisi dan mulai efektif pada tanggal yang berbeda-beda seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini. Evaluasi terhadap dampak yang bisa terjadi pada penerapan PSAK yang direvisi dan pengelolaan untuk mereduksi efek negatifnya dilakukan. Pada tahun 2011, Indonesia mulai melakukan persiapan akhir untuk menerapkan PSAK secara komprehensif per 1 Januari 2012. Berikut konvergensi PSAK ke IFRS yang direncanakan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI dan tanggal efektif mulai diberlakukannya PSAK, ISAK dan PPSAK setelah proses konvergensi:

Tabel 2.1 Tabel Tahapan Konvergensi IFRS ke dalam PSAK Tahap Adopsi (2008-2010) Tahap Persiapan Akhir (2011) Tahap Implementasi (2012)

Adopsi seluruh IFRS ke PSAK

Penyelesaian persiapan Infrastruktur yang diperlukan

Penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap

Persiapan infrastruktur yang diperlukan

Penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS

Evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif

Evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku


(34)

Berikut merupakan tabel yang berisi tanggal efektif mulai diberlakukannya PSAK, ISAK dan PPSAK untuk diterapkan pada laporan keuangan:

Tabel 2.2 Tabel PSAK dan Tanggal Efektif diberlakukan.

PSAK Tanggal Efektif

PSAK 1 (2009) Penyajian Laporan Keuangan 1 Januari 2011

PSAK 2 (2009) Laporan Arus Kas 1 Januari 2011

PSAK 3 (2010) Laporan Keuangan Interim 1 Januari 2011 PSAK 4 (2009) Laporan Keuangan Konsolidasian dan

Laporan Keuangan Tersendiri 1 Januari 2011 PSAK 7 (2010) Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi 1 Januari 2011 PSAK 8 (2010) Peristiwa setelah Periode Pelaporan 1 Januari 2011 PSAK 10 (2009) Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing 1 Januari 2012 PSAK 12 (2009) Bagian Partisipasi dalam Ventura

Bersama 1 Januari 2011

PSAK 13 (2011) Properti Investasi 1 Januari 2012

PSAK 14 (2008) Persediaan 1 Januari 2009

PSAK 15 (2009) Investasi pada Entitas Asosiasi 1 Januari 2011

PSAK 16 (2011) Aset Tetap 1 Januari 2012

PSAK 18 (2010) Akuntansi dan Pelaporan Program

Manfaat Purnakarya 1 Januari 2012

PSAK 19 (2010) Aset Takberwujud 1 Januari 2011

PSAK 22 (2010) Kombinasi Bisnis 1 Januari 2011

PSAK 23 (2010) Pendapatan 1 Januari 2011

PSAK 24 (2010) Imbalan Kerja 1 Januari 2012

PSAK 25 (2009) Kebijakan Akuntansi, Perubahan

Estimasi Akuntansi dan Kesalahan 1 Januari 2011

PSAK 26 (2011) Biaya Pinjaman 1 Januari 2012

PSAK 28 (2010) Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian 1 Januari 2012

PSAK 30 (2011) Sewa 1 Januari 2012

PSAK 46 (2010) Pajak Penghasilan 1 Januari 2012 PSAK 48 (2009) Penurunan Nilai Aset 1 Januari 2011 PSAK 50 (2010) Instrumen Keuangan : Penyajian 1 Januari 2012 PSAK 53 (2010) Pembayaran Berbasis Saham 1 Januari 2012 PSAK 55 (2011) Instrumen Keuangan: Pengakuan dan

Pengukuran 1 Januari 2012


(35)

Tabel 2.2 Tabel PSAK dan Tanggal Efektifnya Diberlakukan (lanjutan)

PSAK Tanggal Efektif

PSAK 57 (2009) Provisi, Liabilitas Kontijensi dan Aset

Kontijensi 1 Januari 2011

PSAK 58 (2009) Aset Tidak Lancar yang dimiliki untuk

Dijual dan Operasi yang Dihentikan 1 Januari 2011 PSAK 60 Instrumen Keuangan: Pengungkapan 1 Januari 2012 PSAK 61 Akuntansi Hibah Pemerintah dan

Pengungkapan Bantuan Pemerintah 1 Januari 2012

PSAK 62 Kontrak Asuransi 1 Januari 2012

PSAK 63 Pelaporan Keuangan dan Ekonomi

Hiperinflasi 1 Januari 2012

PSAK 64 Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi 1 Januari 2012 Sumber: IAI, 2011

Hasil konvergensi yang telah dilakukan seluruh standar IFRS ke PSAK kecuali IFRS 1 First Time Adoption of International Financial Reporting Standards dan IAS 41 Agriculture. Demikian pula per 20 Desember 2011, DSAK IAI telah menerbitkan 40 standar (PSAK), 20 Interprestasi (ISAK) dan 11 Pencabutan PSAK (PPSAK).

IAI mewajibkan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menggunakan PSAK per 1 Januari 2009 yang telah disesuaikan dengan IFRS mulai berlaku sejak 1 Januari 2012. Penerapan IFRS mengubah paradigma kualitas laporan keuangan yang dahulu dititikberatkan pada kualitas informasi dapat diperbandingkan karena berbasis biaya perolehan tetapi, setelah penerapan IFRS kualitas informasi relevan menjadi lebih penting karena penggunaan nilai wajar. Tidak hanya itu tujuan pelaporan keuangan yang sebelumnya ditunjukan sebagai pertanggung jawaban, maka


(36)

saat ini lebih ditujukan agar pemegang saham dapat melihat potensi (baik keuntungan maupun kerugian) perusahaan dimasa yang akan datang. Implementasi IFRS merupakan hal yang penting karena meningkatkan daya informasi laporan keuangan dan daya saing perusahaan-perusahaan di Indonesia.

6. Perubahan dalam PSAK

IFRS Convergence telah membawa dunia accounting di Indonesia ke level baru, yaitu:

a. PSAK yang semula berdasarkan Historical Cost mengubah paradigma menjadi Fair Value Based.

Terdapat kewajiban dalam pencatatan pembukuan mengenai penilaian kembali keakuratan berdasarkan nilai kini atas suatu aset, liabilitas dan ekuitas. Fair Value based mendominasi perubahan-perubahan di PSAK untuk konvergensi ke IFRS selain hal-hal lainnya. Sebagai contoh perlunya di lakukan penilaian kembali suatu aset, apakah terdapat penurunan nilai atas suatu aset pada suatu tanggal pelaporan. Hal ini untuk memberikan keakuratan atas suatu suatu laporan keuangan. b. PSAK yang semula lebih berdasarkan Rule Based (sebagaimana

US-GAAP) berubah menjadi Prinsiple Based.

Rule based adalah manakala segala sesuatu menjadi jelas diatur batasan batasannya. Sebagai contoh adalah manakala sesuatu materiality


(37)

ditentukan misalkan diatas 75% dianggap material dan ketentuan-ketentuan jelas lainnya.

IFRS menganut prinsip prinsiple based dimana yang diatur dalam PSAK update untuk mengadopsi IFRS adalah prinsip-prinsip yang dapat dijadikan bahan pertimbagan Akuntan atau manajemen perusahaan sebagai dasar acuan untuk kebijakan akuntansi perusahaan.

c. Pemutakhiran (Update) PSAK untuk memunculkan transparansi dimana laporan yang dikeluarkan untuk eksternal harus cukup memiliki kedekatan fakta dengan laporan internal.

Pihak perusahaan harus mengeluarkan pengungkapan pengungkapan (disclosures) penting dan signifikan sehingga para pihak pembaca laporan yang dikeluarkan ke eksternal benar-benar dapat menganalisa perusahaan dengan fakta yang lebih baik.

7. Dampak Konvergensi IFRS

a. Laporan keuangan berbasis IFRS banyak menggunakan professional

judgment karena tidak adanya peraturan yang pasti. Hal ini akan meningkatkan relevansi karena dianggap bisa lebih tepat menjelaskan suatu transaksi. IFRS menjanjikan laporan keuangan yang lebih akurat dan komprehensif.

b. Laporan keuangan berbasis IFRS meningkatkan daya saing perusahaan di Indonesia pada tingkat global karena informasi yang dihasilkan lebih baik


(38)

dan kualitas laporan lebih terpercaya. Selain itu, adanya standarisasi internasional membuat laporan keuangan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan dari berbagai negara dan mengurangi kos investor dalam pemrosesan informasi.

B. Manajemen Laba (Earnings Management)

Pada sebagian besar pengguna laporan keuangan, laba bersih (net income) perusahaan merupakan objek yang paling diminati baik oleh investor maupun pengguna laporan keuangan lainnya. Jika informasi laba adalah yang paling diminati diantara informasi lain dalam laporan keuangan, maka informasi ini menjadi acuan dalam mengambil keputusan (Sulistiawan, dkk 2011).

(Cheng dan Gao 2005) menyatakan bahwa terjadi reaksi harga dan volume perdagangan saham pada sekitar tanggal publikasi laba di bursa saham China. Semakin cepat publikasi laba diumumkan maka reaksi pasarnya lebih besar namun, makin lambat publikasi laba diumumkan maka reaksi pasarnya makin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa informasi laba sangat relevan dalam pengambilan keputusan di bursa saham. Fenomena tersebut menggambarkan bahwa informasi laba adalah informasi yang sangat penting dalam investasi saham. Hal tersebut menyebabkan para penyusun laporan keuangan cenderung memanfaatkan bias yang terjadi karena pengguna hanya cenderung melihat


(39)

informasi laba bersih dalam laporan laba rugi. Fenomena ini merupakan salah satu pemicu terjadinya praktik manajemen laba (earnings management).

Dalam proses penyusunan laporan keuangan, perusahaan adalah penyaji informasi, sedangkan investor dan kreditor adalah pihak yang menerima informasi. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya asimetri informasi sehingga posisi investor dan kreditor menjadi lemah karena informasi yang dimiliki oleh mereka tidak selengkap informasi yang dimiliki oleh pengelola perusahaan. Sebagai upaya dalam meminimalkan gap informasi, pengelola perusahaan dapat membuat pengungkapan dalam laporan keuangannya dan disajikan dalam catatan laporan keuangan. Demikian pula ketika mengganti metode akuntansi tertentu yang hasilnya meningkatkan laba, perusahaan harus mengungkapkannya dalam catatan laporan keuangan. Dengan demikian, pembaca laporan keuangan dapat memahami bahwa laba yang disajikan lebih besar karena menggunakan metode yang lebih agresif.

1. Definisi Manajemen Laba (Earnings Management)

Manajemen laba (earnings management) didefinisikan sebagai pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk mencapai beberapa tujuan tertentu. Menurut Scott, (2000) manajemen laba (earnings management) merupakan tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari


(40)

suatu standar tertentu dengan tujuan tertentu untuk memaksimalkan kesejahterannya dan nilai pasar perusahaan.

Manajemen laba (earnings management) biasanya digunakan manajer untuk menimbulkan bias atau pertimbangan salah arah dari para pemangku kepentingan pengguna laporan keuangan untuk menutupi kondisi financial riil

perusahaan atau sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari keberadaan laporan keuangan tersebut (Healy dan Wahlen, 1998). Manajemen laba (earnings management) dapat dilakukan karena manajer memiliki kebebasan dalam menggunakan peraturan akuntansi yang akan digunakan demi memaksimalkan nilai utilitas laporan keuangan, khususnya dalam mendongkrak nilai pasar perusahaan (Scott, 2000).

Manajemen laba (earnings management) digunakan karena dipercaya pemilik akan merasa lebih secure apabila dilaporkan perusahaan mencetak pendapatan yang stabil. Oleh karena itu, para agen di dalam perusahaan akan menggunakan berbagai daya upaya untuk menjaga pendapatan perusahaan agar nampak stabil dan menghindari naik turun yang drastis.

Meskipun mengakibatkan distorsi informasi pada laporan keuangan menyebabkan penurunan nilai guna laporan keuangan untuk memprediksi arus kas dan pendapatan dimasa mendatang, manajemen laba (earnings


(41)

management) tidak dapat disejajarkan dengan fraud yang tidak mencerminkan kenyataan ekonomi sama sekali.

2. Motivasi Manajemen Laba (Earnings Management)

Terdapat dua faktor yang umumnya memicu perusahaan melakukan manajemen laba (earnings management), yaitu agar saham perusahaan laku dipasar, dan untuk meningkatkan nilai pasar dari perusahaan (Stolowy dan Breton, 2004). Menurut Healy (1985) dan Scott (2000), secara umum beberapa hal yang memotivasi individu atau badan usaha melakukan tindakan

manajemen laba (earnings management) di antaranya adalah: a. Motivasi Bonus

Dalam sebuah perjanjian bisnis, pemegang saham akan memberikan sejumlah insentif dan bonus sebagai feedback atau evaluasi atas kinerja manajer dalam menjalankan operasional perusahaan. Insentif ini diberikan dalam jumlah relatif tetap dan rutin. Sementara bonus yang relatif lebih besar nilainya hanya diberikan ketika manajer berada di area pencapaian bonus yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Kinerja manajemen salah satunya diukur dari pencapaian laba usaha. Pengukuran kinerja berdasarkan laba tersebut memotivasi manajer untuk meningkatkan laba usaha dan menunjukkan perfoma kinerjanya, hal tersebut tidak menutup kemungkinan peluang dalam melakukan praktik


(42)

b. Motivasi Utang

Selain melakukan kontrak bisnis dengan pemegang saham, untuk kepentingan ekspansi perusahaan, manajer seringkali melakukan beberapa kontrak bisnis dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah kreditor. Agar kreditor mau menginvestasikan dananya, tentunya manajer harus menunjukkan performa yang baik dari perusahaannya sehingga, diperoleh hasil maksimal, yaitu pinjaman dalam jumlah besar. Dalam praktik untuk menunjukkan performa terbaik itu pun seringkali manajer melakukan praktik manajemen laba (earnings management) pada laporan keuangannya. Hal ini juga berlaku untuk perjanjian utang yang menuntut pihak perusahaan agar menjaga rasio keuangannya agar berada pada batas bawah tertentu.

c. Motivasi Pajak

Tindakan praktik manajemen laba (earnings management) tidak selalu merujuk pada kepentingan harga saham, namun juga untuk kepentingan perpajakan. Perusahaan cenderung melaporkan dan menginginkan untuk menyajikan laporan laba fiscal yang lebih rendah dari nilai sebenarnya. Kecenderungan ini memotivasi manajer untuk bertindak melakukan manajemen laba (earnings management) agar seolah – olah laba fiskal yang dilaporkan memang lebih rendah tanpa melanggar aturan


(43)

dan kebijakan akuntansi perpajakan. Perilaku ini terjadi, dimana manusian yang bersifat oportunis cenderung ingin mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya dengan mengeluarkan sumber daya dengan seminimal mungkin.

d. Motivasi Penjualan Saham

Motivasi ini banyak dilakukan oleh perusahaan yang akan go public maupun yang telah go public. Perusahaan yang akango public akan melakukan penawaran saham perdananya ke public atau lebih dikenal dengan istilah Initial Public Offerings (IPO) untuk memperoleh tambahan modal usaha dari calon investor. Demikian juga dengan perusahaan yang sudah go public, untuk kelanjutan dan ekspansi usahanya, perusahaan akan menawarkan sahamnya ke public melalui penawaran kedua, penawan ketiga, dan seterusnya (Seasoned Equity Offerings – SEO), melalui penjualan saham kepada pemilik lama (right issue), maupun melakukan akuisisi perusahaan lain.

Proses penjualan saham perusahaan ke public akan direspon positif oleh pasar ketika perusahaan penerbit saham (emiten) memiliki kinerja yang baik. Salah satu ukuran kinerja yang dilihat oleh calon investor adalah penyajian laba pada laporan keuangan perusahaan. Kondisi ini


(44)

sering kali memotivasi manajer untuk berperilaku kreatif dengan berusaha menampilkan kinerja keuangan yang lebih baik dari biasanya.

e. Motivasi Pergantian Direksi

Praktik manajemen lba iasanya terjadi pada sekitar periode pergantian direksi atau Chief Executive Officier (CEO). Menjelang berakhirnya masa jabata, direksi cenderung bertindak kreatif dengan memaksimalkan laba agar performa kerjanya tetap terlihat baik pada tahun terakhir ia menjabat. Perilaku ini ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan laba yang cukup signifikan pada periode menjelang berakhirnya masa jabatan. Motivasi utama yang mendorong perilaku tersebut adalah untuk memperoleh bonus yang maksimal pada akhir masa jabatannya.

f. Motivasi Politis

Motivasi ini biasanya terjadi pada perusahaan besar yang bidang usahanya banyak menyentuh masyarakat luas, seperti perusahaan-perusahaan industri strategis perminyakan, gas, listrik, dan air. Demi menjaga tetap mendapatkan subsidi, perusahaan – perusahaan tersebut cenderung menjaga posisi keuangannya dalam keadaan tertentu dan kinerjanya tidak terlalu baik.


(45)

Manajer cenderung melakukan kreativitas akuntansi untuk menyajikan laba yang lebih rendah dibandingkan dari nilai yang sebenarnya terutama selama periode kemakmuran tinggi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi visibilitas perusahaan sehingga tidak menarik perhatian pemerintah, media, atau konsumen yang dapat menyebabkan meningkatnya biaya politis perusahaan. Rendahnya biaya politis akan menguntungkan manajemen.

3. Pola Manajemen Laba (earnings management)

Scoot (1997) dalam Sulistiawan merangkum pola umum yang banyak dilakukan dalam praktik manajemen laba (earnings management), yaitu:

a. Pola Taking a Bath

Pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun berjalan menjadi sangat tinggi atau rendah dibandingkan dengan laba periode tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Pola ini biasanya digunakan pada perusahaan yang sedang mengalami masalah organisasi (organizational stress) atau sedang dalam proses pergantian pimpinan perusahaan. Pada perusahaan yang beru mengalami pergantian pimpinannya, jika perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan sehingga harus melaporkan kerugian, manajer baru akan


(46)

cenderung melaporkan nilai kerugian yang tinggi agar pada periode berikutnya dapat melaporkan laba sesuai target.

Cara yang biasa digunakan dalam pola ini adlah manajer malakukan penghapusan (write off) terhadap asset tertentu dan membebankan biaya-biaya periode mendatang ke periode tahun berjalan. Hal ini dilakukan semata-mata untuk memperoleh kinerja yang lebih baik pada masa mendatang saat kondisi perekonomian lebih menguntungkan. b. Pola Income Minimization

Pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun berjalan lebih rendah dari laba sebenarnya. Secara praktis, pola ini relatif sering dilakukan dengan motivasi perpajakan dan politis. Agar nilai pajak yang dibayar tidak terlalu tinggi, manajer cenderung menurunkan laba periode tahun berjalan, baik melalui penghapusan asset tetap maupun melalui pengakuan biaya-biaya periode mendatang ke periode tahun berjalan.

Hal ini juga dilakukan untuk motivasi politis. Agar tidak menjadi pusat perhatian yang akan menimbulkan biaya politis ini bisa terjadi pada instansi yang mengharapkan mendapatkan bantuan dari pemerintah atau sumber dana lainnya. Demi menjaga konsistensi bantuan subsidi, atau risiko diprivatisasi, manajer cenderung menurunkan laba karena khawatir jika kinerja baik, sahamnya akan dijual atau tidak mendapat bantuan.


(47)

c. Pola Income Maximization

Pola ini dilakukan dengan cara menjadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari laba sebenarnya. Teknik ini dilakukan dengan cara menunda pelaporan biaya-biaya periode tahun berjalan ke periode masa mendatang, sampai dengan meningkatkan jumlah penjualan dan produksi. Pola ini biasanya banyak dilakukan oleh perusahaan yang akan melakukan IPO agar mendapatkan kepercayaan dari kreditor. Hampir semua perusahaan go public meningkatkan laba dengan tujuan menjaga kinerja saham mereka.

d. Pola Income Smoothing

Pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditor yang memiliki sifat risk adverse, kestabilan laba merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan oleh karena itu, fluktuasi harga saham atau fluktuasi laba merupakan indikator risiko. Demi menjaga agar laba tidak fluktuatif, stabilitasnya hars dijaga. Stabilitas ini dapat diperoleh dengan mengkombinasikan dua pola tersebut, yaitu meminimalkan atau memaksimalkan laba. Namun, tentunya tetap mengikuti tren laba agar terlihat stabil. Income smoothing dapat dikatakan sebagai upaya untuk menetralkan keadaan lingkungan uang yang penuh ketidakpastian.


(48)

Manajemen laba (earnings management) juga dapat dilakukan dengan mengendalikan transaksi akrual. Jika manajer menggunakan prosedur akuntansi tertentu, maka kebijakan ini akan mudah diketahui oleh pemakai laporan keuangan dan apabila dilakukan dengan mengendalikan akrual, maka kebijakan ini akan sulit dideteksi. Oleh karena itu manajer akan cenderung memilih kebijakan earning management dengan mengendalikan transaksi akrual. Transaksi akrual adalah transaksi yang tidak dipengaruhi oleh aliran kas masuk maupun kas keluar. Manajemen laba berbasis akrual dilakukan dengan cara mengubah metode akuntansi yang digunakan ke metode akuntansi alternatif yang lebih menguntungkan manajemen.

Perubahan tersebut diusahakan tidak berpengaruh pada aliran kas. Selain manajemen berbasis akrual, manajemen juga dapat melakukan manajemen laba (earnings management) berbasis riil. Roychowdhury (2006) dalam Hutagaol (2009) mendefinisikan manipulasi aktivitas operasional sesungguhnya sebagai bentuk manajemen laba riil (real earnings management). Penilaian manajemen laba riil (real earnings management) berfokus pada tiga metode manipulasi dan pengaruhnya terhadap abnormal dari tiga variabel berikut:


(49)

1) Manipulasi penjualan dengan mempercepat waktu penjualan dan/atau menimbulkan tambahan penjualan yang tidak bertahan melalui peningkatan potongan harga atau jangka kredit yang lebih lunak. 2) Pengurangan pembiayaan diskresional seperti biaya penelitian dan

pengembangan serta biaya penjualan, umum, dan administrasi.

3) Kelebihan produksi atau peningkatan produksi untuk melaporkan harga pokok penjualan yang rendah.

4. Teknik Manajemen laba (earnings management)

(Wolk, dkk dalam Sulistiawan, 2011) Teknik manajemen laba

(earnings management) yang dilakukan sangat beragam, mulai dari teknik yang dibolehkan dalam SAK. Teknik Legal yang biasanya dijumpai dalam praktik manajemen laba (earnings management) dapat dikelompokkan ke dalam lima teknik, yaitu:

a. Mengubah Metode Akuntansi

Metode akuntansi merupakan pilihan-pilihan yang disediakan oleh standar akuntansi (accounting choices) dalam menilai asset perusahaan. Metode akuntansi yang dipilih akan memberikan outcome yang berbeda antara satu dengan yang lainnya baik bagi manajer, pemilik, maupun pemerintah yang berdampak menimbulkan konflik kepentingan di antara ketiganya. Namun, pemilihan metode akuntansi tertentu yang dilakukan manajer atau pengelola perusahaan merupakan salah satu bentuk maksimalisasi nilai perusahaan menurut perspektifnya masing-masing,


(50)

sepanjang pemilihan tersebut sejalan dengan rambu-rambu yang sudah diatur dalam SAK.

b. Membuat Estimasi Akuntansi

Teknik ini dilakukan dengan tujuan memengaruhi laba melalui kebijakan dalam membuat estimasi akuntansi. Cara untuk mendapatkan tambahan atau pengurangan laba adalah mengubah estimasi akuntansi. Perubahan estimasi akuntansi ini disesuaikan dengan kebutuhan penyajian laporan keuangan. Jika mengharapkan kenaikan laba, perusahaan dapat mengubah estimasi asset tetap atau asset tidak berwujudnya menjadi lebih panjang. Hasilnya, laba menjadi lebih tinggi karena biaya penyusutan menurun.

c. Mengubah Periode Pengakuan Pendapatan dan Biaya

Teknik ini dilakukan untuk mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan dan biaya dengan cara menggeser pendapatan dan biaya keperiode berikutnya agar memperoleh laba maksimal.

d. Mereklasifikasi Akun Current dan NonCurrent

Pada teknik ini dilakukan dengan memindahkan posisi akun dari satu tempat ke tempat lainnya. Laporan keuangan yang disajikan sudah sama, tetapi karena kelihaian penyajinya, laporan keuangan ini bisa memberikan dampak interpretasi yang berbeda bagi penggunanya.


(51)

Pemberian informasi yang bias umumnya dilakukan dengan reklasifikasi akun operasional dan non operasional dalam penyajian laporan keuangan. Pendapatan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan adalah penjualan barang dagangan atau pendapatan jasa utama perusahaan. Pendapatan yang tidak berasal dari kegiatan normal adalah keuntungan dari penjualan asset tetap, keuntungan dari penjualan hasil investasi, atau laba dari operasi dihentikan. Laba operasional sebaiknya stabil dan positif. Selain pendapatan, biaya juga berhubungan dengan biaya operasional dan non operasional. Biaya operasional bersifat rutin sementara, biaya non operasional seperti kerugian luar biasa karena bencana, biaya restorasi gempa, dan jenis biaya lain bersifat tidak rutin.

Implikasi dari rekayasa seperti ini berdampak pada terjadinya kesalahan interpretasi laporan keuangan oleh pengguna, terutama yang tidak memiliki pengetahuan akuntansi.

e. Mereklasifikasi Akrual Diskresioner (Discretionary Accruals) dan Akrual Nondiskresioner (Nondiscretionary Accruals)

Akrual diskresioner (discretionary accruals) adalah akrual yang dapat berubah sesuai dengan kebijakan manajemen, seperti pertimbangan tentang penentuan umur ekonomis asset tetap atau pertimbangan pemilihan metode depresiasi. Akrual nondiskresioner (nondiscretionary accruals) adalah akrual yang dapat berubah bukan karena kebijakan atau


(52)

pertimbangan pihak manajemen, seperti piutang yang besar karena adanya tambahan penjualan yang signifikan. Akrual (accruals) adalah penjumlahan antara akrual diskresioner dan akrual non diskresioner.

Akrual merupakan perbedaan laba dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi, sedangkan arus kas operasional hanya berasal dari transaksi riil. Makin tinggi nilai akrual menunjukkan adanya strategi menaikan laba dan makin negatif nilai akrual menunjukkan adanya strategi menurunkan laba.

5. Teori Agensi (Agency Theory)

Manajemen laba (earnings management) dikaitkan dengan Teori Keagenan, dipengaruhi oleh konflik yang mungkin muncul antara manajemen (agen) dan pemilik karena kedua pihak ingin memaksimalkan kesejahterannya masing-masing. Manajer akan bertindak sebagai agent dan pemegang saham akan bertindak sebagai principal. Adanya kepentingan yang berbeda diantara kedua pihak dan informasi yang tidak seimbang dapat menimbulkan masalah keagenan. Perusahaan sebagai tempat pertemuan kepentingan pemilik dan agen adalah tempat dimana pemilik mendelegasikan wewenangnya pada agen untuk mencapai tujuan, maksimalisasi keuntunganataukesejahteraan, dan kesejahteraan yang pemilik inginkan.

Manajer akan mengambil langkah-langkah yang sekiranya diperlukan agar pemilik memperoleh keuntungan maksimal atas modal mereka yang


(53)

diharapkan akan memberikan kompensasi bagi manajer. Ketika manajer sebagai agen tidak memperoleh kompensasi sebagaimana yang telah diharapkan memungkinkan agen akan mengambil tindakan meratakan pendapatan lain agar ekspektasi kompensasi ekonomi mereka tetap terpenuhi.

Perbedaan informasi yang ada (asymmetric information) dapat berupa

moral hazard maupun adserve selection (Scott, 2000). Moral hazard terjadi ketika manajer memanfaatkan ketidaktahuan pemegang saham untuk melakukan hal-hal yang menguntungkan dirinya sedangkan, adverse selection

terjadi ketika manajer lebih mengetahui banyak informasi dibanding dengan pemegang saham yang dapat mengakibatkan pemegang saham salah dalam mengambil keputusan.

Pada saat menyusun laporan keuangan, manajer yang memiliki informasi lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menggunakan kebijakan akuntansi yang dapat menguntungkan dirinya. Pada kondisi inilah manajemen laba (earnings management) terjadi.

C. Studi Terdahulu

Beberapa studi telah terlebih dahulu meneliti mengenai dampak penerapan standar internasional pada manajemen laba (earnings management). Menurut penelitian Jeanjean dan Stolowy (2008) terhadap negara yang sudah secara penuh mengadopsi IFRS pada tahun 2005 yakni Inggris, Australia, dan Perancis tingkat keterjadian manajemen laba (earnings management) tidak berdampak di Australia


(54)

dan Inggris. Namun, di Perancis tingkat praktik manajemen laba (earnings management) justru meningkat. Blanchette dan Desfleurs (2011) dalam Jeanjean dan Stolowy (2008), perbedaan antara Australia dan Inggris dengan Perancis adalah kedua kelompok negara ini menganut sistem hukum yang berbeda. Australia dan Inggris menganut common-Low, sedangkan Perancis menganut

Code-Law. Lebih jauh juga dikemukakan bahwa negara yang menganut sistem

common-Low cenderung lebih sensitif terhadap laba dan rugi dalam membuat laporan keuangan.

Barth et al. (2008) telah meneliti asosiasi penerapan standar akuntansi internasional (IAS) terhadap kualitas akuntansi. Penelitian yang dilakukan pada 21 negara itu membuktikan bahwa angka akuntansi perusahaan yang menerapkan IAS lebih berkualitas bila dibandingkan dengan yang tidak. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya earning smoothing, earnings management, lebih tepat waktu untuk mengakui rugi dan tingginya asosiasi angka akuntansi dengan harga dan return saham.

Bhattacharjee et al. (2012), dalam jurnalnya, meneliti mengenai asosiasi adopsi standar internasional dengan penurunan manajemen laba (earnings management) di negara berkembang, yakni India. Penelitian tersebut menggunakan sampel 100 perusahaan non keuangan, hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa secara umum kualitas IFRS lebih tinggi dibandingkan standar lokal, tetapi hal tersebut tidak menunjukkan bahwa dengan


(55)

kualitas standar yang tinggi juga memiliki kualitas laporan keuangan yang tinggi dan mengurangi manajemen laba.

D. Perumusan Hipotesis Penelitian

Laporan keuangan digunakan untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pemangku kepentingan. Untuk pengambilan keputusan yang tepat, kualitas laporan keuangan yang baik juga sangat diperlukan. Standar akuntansi internasional dianggap dapat memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan standar akuntansi domestik.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Jeanjean dan Stolowy (2008) di tiga negara yang mengadopsi pertama kali IFRS, yaitu Australia, Perancis, dan Inggris, ditemukan bahwa frekuensi manajemen laba (earnings management)

tidak menurun setelah mengadopsi IFRS, dan bahkan meningkat di Perancis. Sejalan dengan penelitian diatas Christensen et al, (2008) dalam Bhattacharjee et al. (2012), menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perataan laba pada periode setelah adopsi IFRS.

Barth et al. (2008) menguji hubungan IAS dengan kualitas akuntansi yang mana salah satunya diproksikan menggunakan manajemen laba (earnings management), yang diukur dengan tingkat perataan laba (income smoothing). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang mengadopsi IAS memiliki kualitas akuntansi yang lebih tinggi yaitu menurunnya income


(56)

smoothing. Hutagaol (2009) meneliti hubungan pengadopsian IFRS terhadap kualitas laba akuntansi dan hasil menunjukkan bahwa pengadopsian IFRS berhubungan secara positif dan signifikan dengan perataan laba. Hal ini menunjukkan perusahaan melakukan praktik perataan laba lebih sedikit pada periode setelah pengadopsian IFRS.

IFRS merupakan standar yang mampu mengurangi manajemen laba

(earnings management) karena standar akuntansi yang digunakan lebih memberikan penekanan pada prinsip dari sebuah transaksi pada saat mencatatnya, penggunaan nilai wajar dan pengungkapan yang lebih banyak diharapkan dapat mengurangi tindakan praktik manajemen yang memanfaatkan kebijakan akuntansi demi kepentingan pribadi maupun perusahaan. Secara teoritis konvergensi IFRS diharapkan mengurangi manajemen laba (earnings management) yang dilakukan perusahaan.

Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Manajemen laba sesudah pengadopsian IFRS tidak berbeda dibandingkan dengan manajemen laba sebelum IFRS

HA : Manajemen laba sesudah pengadopsian IFRS berbeda dibandingkan dengan manajemen laba sebelum IFRS


(57)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi empiris, yaitu penelitian yang menggunakan data sekunder yang diperoleh dari pihak eksternal yang telah ada dan sudah dalam bentuk publikasi kemudian diolah dan dianalisis secara menyeluruh dan komparatif.

Studi empiris dipilih karena informasi data yang diperoleh tidak hanya mencangkup satu perusahaan tetapi multi perusahaan sehingga hasil dari penelitian diharapkan dapat digeneralisasikan.

B. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan November 2014–Januari 2015 C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu baik orang, benda, atau apapun lembaga (organisasi) yang sifat dan/atau keadaannya akan diteliti. Subjek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang telah go public

dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) serta telah menerapkan IFRS, data ini diperoleh dari Pojok Bursa Efek UKDW .

2. Objek Penelitian

penelitian adalah variabel penelitian, yakni sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan dari perusahaan.


(58)

D. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data tersebut adalah piutang, penjualan, aset tetap, total aset, laba bersih, aliran kas dari aktivitas operasi, total penjualan yang terdapat dalam laporan keuangan sebelum dan setelah pengadopsian IFRS.

E. Sumber Data, Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan data empiris yaitu data yang telah disediakan oleh pihak sekunder (data yang diperoleh dalam bentuk jadi, telah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain). Data laporan keuangan tahunan diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), dan laporan keuangan tersebut dapat diperoleh dari Pojok Bursa Efek Indonesia di UKDW untuk periode laporan tahun 2008 sampai dengan tahun 2013.

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penggunaan populasi perusahaan didasarkan pada alasan bahwa memperluas jumlah sampel dan agar dapat digeneralisasi. Tidak disertakannya sektor perbankan dan lembaga keuangan sebagai sampel dikarenakan agar menghindari distorsi karena peraturan dan laporan keuangan bank dan lembaga keuangan yang berbeda dengan perusahaan lainnya.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.

Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dari populasi berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu yang dinilai akan dapat


(59)

memberikan data secara maksimal sesuai dengan tujuan dan kriteria yang ditentukan oleh penulis. Adapun kriteria yang yang digunakan dalam pengambilan sampel, yaitu:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2013.

2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan lengkap dan dipublikasikan berturut-turut selama periode pengamatan 2009-2013. 3. Perusahaan memiliki data keuangan yang lengkap terkait dengan

variabel yang akan diteliti. F. Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen sedangkan variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Pada penelitian ini, manajemen laba merupakan variabel dependen.

Tingkat manajemen laba dihitung dengan menggunakan the modified Jones Model, model Jones (1991) yang telah dimodifikasi oleh Dechow, Sloan, dan Sweeney (1995) yang disebut dengan discretionary accrual (DA). DA merupakan perhitungan dari nilai dari residu pada regresi cross-sectional. Penelitian ini menggunakan the modified Jones Model karena model tersebut dianggap sebagai model yang paling baik untuk mendeteksi manajemen laba serta memberikan hasil yang paling akurat (Deshow et al.,1995).


(60)

Langkah – langkah untuk menghitung discretionary accrual

sebagai berikut:

a) Menghitung nilai dari total akrual dengan rumus:

TA (total accruals) = Net income – Cash Flow Operation b) Membuat persamaan regresi dengan tujuan menentukan nilai dari

koefisien α1, α2, α3.Koefisien tersebut didapat dari regresi dengan

persamaan sebagai berikut:

TAit /Ait-1= α1(1 /Ait-1 ) + α2( ΔREVit /Ait-1) + α3( PPEit /Ait-1) + εt Keterangan :

TAit = total akrual pada periode t

Ait-1 = total aset perusahaan i pada peride t-1

ΔREVit = perubahan revenue (pendapatan) perusahaan i pada

periode t

PPEit = propety, plan and equipment (nilai aktiva tetap)

perusahaan i pada periode t

α1, α2, α3 = koefisien regresi

c) Setelah nilai koefisien diketahui selanjutnya masing-masing nilai koefisien tersebut digunakan untuk menentukan nilai non-discretionary accrual dengan rumus :

NDA = α1( 1/Ait-1 ) + α2((ΔREVit-ΔRECit )/Ait-1) + α3(PPEit/Ait-1 ) Keterangan :

ΔRECit = Perubahan receivable (piutang bersih) perusahaan i pada


(61)

d) Selanjutnya dapat dihitung nilai discretionary accruals sebagai berikut:

DACit = TAit / Ait-1– NDAit Keterangan :

DACit = Discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t

NDAit = Non discretionary accruals perusahaan i pada periode t

2. Variabel Independen

Variabel Indepenen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik secara positif maupun negatif. Standar akuntansi (IFRS) akan menjadi variabel bebas dalam penelitian ini. Tahun 2009-2010 adalah tahun sebelum penerapan dan tahun 2012-2013 adalah tahun setelah penerapan IFRS.

G. Teknik Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtois dan skewness. Dalam penelitian ini statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai manajemen laba yang diproksikan dengan akrual diskresioner (accruals discretionary) sebelum dan sesudah pengadopsian IFRS.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian dan melihat apakah data


(1)

KODE

ABS DA

Sebelum

IFRS

ABS DA

Sesudah

IFRS

SQ DA

Sebelum

IFRS

SQ ABS

DA

Sesudah

IFRS

SMSM

0.0237659 0.0181346 0.154162 0.134665

SPMA

0.0051676 0.1511177 0.071886 0.388739

SRSN

0.0119763 0.1107898 0.109436 0.332851

SSTM

0.0800048 0.0134529 0.282851 0.115987

STTP

0.319025 0.0404409 0.564823 0.201099

SULI

0.0730049 0.0757399 0.270194 0.275209

TBMS

0.0396165 0.0150195 0.199039 0.122554

TCID

0.0166303 0.0139502 0.128958 0.118111

TIRT

0.0275686

0.199394 0.166038 0.446536

TKIM

0.0098554 0.0884999 0.099275 0.297489

TOTO

0.0022352 0.0621477 0.047278 0.249294

TPIA

0.0042121 0.0172487 0.064901 0.131334

UNIC

0.1974776 0.0234776 0.444385 0.153224

UNTX

0.131875 0.1770167 0.363146 0.420734

UNVR

0.0344563 0.0344986 0.185624 0.185738

VOKS

0.0471621 0.1442923 0.217168 0.379858

YPAS

0.6073123 0.0896424 0.779302 0.299403


(2)

122

Lampiran 5 Hasil Pengujian Statistik Menggunakan SPSS

1.

Statistik Diskriptif DA Sampel Sebelum Pengadopsian IFRS dan DA Sampel

Sebelum Pengadopsian IFRS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic DASebelum 86 .047278 1.201877 .27123173 .022074587 .204711295 DASesudah 86 .050166 .509780 .24826417 .011284421 .104647419

Valid N (listwise) 86

2.

Uji Normalitas DA Sampel Sebelum Pengadopsian IFRS dan DA Sampel

Sebelum Pengadopsian IFRS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

DASebelum DASesudah

N 86 86

Normal Parameters(a,b) Mean .27123173 .24826417 Std. Deviation .204711295 .104647419 Most Extreme

Differences

Absolute .175 .079

Positive .175 .079

Negative -.137 -.043

Kolmogorov-Smirnov Z 1.625 .728

Asymp. Sig. (2-tailed) .010 .664

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.


(3)

3.

Uji Beda T-test dengan Sampel Berhubungan (Related Samples) DA Sampel

Sebelum Pengadopsian IFRS dan DA Sampel Sebelum Pengadopsian IFRS

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

DASesudah - DASebelum Negative Ranks 39(a) 47.77 1863.00 Positive Ranks 47(b) 39.96 1878.00

Ties 0(c)

Total 86

a DASesudah < DASebelum b DASesudah > DASebelum c DASesudah = DASebelum

Test Statistics(b)

DASesudah - DASebelum

Z -.032(a)

Asymp. Sig. (2-tailed) .974 a Based on negative ranks.

b Wilcoxon Signed Ranks Test

4.

Uji Sensivitas

a.

Sektor Primer

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic DASebelum 4 .071886 .376349 .20387350 .063644232 .127288464 DASesudah 4 .162919 .446536 .30313925 .067966221 .135932442


(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

DASebelum DASesudah

N 4 4

Normal Parameters(a,b) Mean .20387350 .30313925 Std. Deviation .127288464 .135932442 Most Extreme

Differences

Absolute .258 .243

Positive .258 .243

Negative -.162 -.236

Kolmogorov-Smirnov Z .517 .486

Asymp. Sig. (2-tailed) .952 .972

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Paired Samples Test

Paired Differences t df

Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of

the Difference Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper

Pair 1 DA Sebelum IFRS – DA Sesudah IFRS

-.099265750 .248586184 .124293092 -.494821841 .296290341 -.799 3 .483

b.

Sektor Sekunder

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic DASebelum 73 .047278 1.201877 .28596852 .025268823 .215896916 DASesudah 73 .050166 .509780 .24309168 .012358736 .105593083

Valid N (listwise) 73


(5)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

DASebelum DASesudah

N 73 73

Normal Parameters(a,b) Mean .28596852 .24309168 Std. Deviation .215896916 .105593083 Most Extreme

Differences

Absolute .172 .090

Positive .172 .090

Negative -.134 -.051

Kolmogorov-Smirnov Z 1.468 .766

Asymp. Sig. (2-tailed) .027 .601

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

DASesudah - DASebelum Negative Ranks 35(a) 42.20 1477.00 Positive Ranks 38(b) 32.21 1224.00

Ties 0(c)

Total 73

a DASesudah < DASebelum b DASesudah > DASebelum c DASesudah = DASebelum

Test Statistics(b)

DASesudah - DASebelum

Z -.695(a)

Asymp. Sig. (2-tailed) .487 a Based on positive ranks.

b Wilcoxon Signed Ranks Test

d.

Sektor Tersier

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic DASebelum 9 .088141 .321857 .18163700 .026664095 .079992284 DASesudah 9 .134665 .377116 .26582989 .027849099 .083547297


(6)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

DASebelum DASesudah

N 9 9

Normal Parameters(a,b) Mean .18163700 .26582989 Std. Deviation .079992284 .083547297 Most Extreme

Differences

Absolute .170 .139

Positive .170 .139

Negative -.121 -.137

Kolmogorov-Smirnov Z .511 .417

Asymp. Sig. (2-tailed) .957 .995

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval

of the Difference Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper

Pair 1 DA Sebelum IFRS – DA Sesudah IFRS