Menentukan Tingkat Pengembalian Bebas Resiko Rf Menentukan Portofolio Optimal

a. Penentuan peringkat reksa dana syariah dari yang tertinggi hingga terendah terhadap beta Excess Return to Beta atau ERB, dengan rumus Fakhruddin, 2001 : 93 sebagai berikut : ER i - Rf ERB i = ………………………………………3.16 i Dimana : ERB i = excess return to beta reksa dana ke-i ER i = expected return berdasarkan model indeks tunggal saham ke-i Rf = return aktiva bebas resiko risk-free rate of return. I = beta reksa dana ke-i b. Penentuan tingkat pembatas terbesar cut off point Seluruh reksa dana syariah yang mempnyai ERB positif akan menjadi kandidat dalam pembentukan portofolio, maka diperlukan titik pembatas cut off poin. Langkah-langkah untuk menentukan titik pembatas ini adalah sebagai berikut : 1. Hitung nilai Ai dan Bi untuk masing-masing reksa dana syariah dengn rumus Fakhruddin, 2001 : 194 di bawah ini : [ ERi - Rf ] i Ai = …………………………………3.17 ei 2 44 Dan i 2 Bi = …………………………………………….3.18 ei 2 Dimana : ei 2 = varian dari residual error reksa dana i unsystematic risk Ai dan Bi = nilai penentu titik pembatas 2. Setelah niai Ai dan Bi diketahui maka rumus untuk menghitung cut off rate atau Ci adalah Fakhruddin, 2001 : 195 sebagai berikut : i m 2 Aj j=1 Ci = ………………………………….3.19 i 1+ m 2 j j=1 Dimana : Ci = nilai titik pembatas m 2 = varian dari return indeks pasar 45 Aj dan Bj = total nilai penentu titik pembatas Reksa dana syariah yang mempunyai nilai ERB yang lebih besar dari Ci adalah reksa dana syariah yang masuk dalam portofolio investasi. 3. Menentukan proporsi dana pada masing-masing reksa dana syariah dalam membentuk portofolio optimal, dengan rumus Jogiyanto, 2000 : 230 sebagai berikut : Zi Xi = ……………………………………………..3.20 Dengan nilai Zi adalah sebesar Jogiyanto, 2000 : 230 dibawah ini : i Zi = ERBi – C………………………………..3.21 ej 2 Dimana : Xi = proporsi dana dari portofolio i = beta reksa dana ke-i ei 2 = varian dari residual error reksa dana i unsystematic risk Zi = skala tertimbang reksa dana C = nilai cut-off point yang merupakan nilai Ci terbesar 46 4. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana return dan resiko yang diterima investor dari kombinasi reksa dana syariah. Maka digunakan formulasi Husnan, 1993 : 45.47 sebagai berikut : E Rp = Xi . ERi………………………………………3.22 ps = Xi . i …………………………………………3.23 Dimana : E Rp = tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio ps = resiko portofolio 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Reksa Dana Syariah di Indonesia

Catatan sejarah reksa dana syariah di Indonesia dimulai pada dekade 1996 – 1997. Melalui fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI berkaitan dengan kegiatan investasi syariah di pasar modal Indonesia, sehingga muncul beberapa instrumen reksa dana syariah. Tetapi pada akhir tahun 1997 terjadi krisis ekonomi dan politik yang mengakibatkan rata-rata return keseluruhan reksa dana merosot drastis sehingga minat dan kepercayaan investor terhadap reksa dana syariah menjadi turun tajam, indikasi adalah penarikan besar-besaran unit penyertaan redemption. Pada tahun 2003 Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam meluncurkan prinsip pasar modal syariah pada tanggal 14 dan 15 Maret 2003 dengan ditandatanganinya nota kesepahaman antara Bapepam dengan Dewan Syariah Nasional- Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI, maka dalam perjalanannya perkembangan dan pertumbuhan transaksi efek syariah di pasar modal Indonesia terus meningkat. Harus dipahami bahwa ditengah maraknya pertumbuhan kegiatan ekonomi syariah secara umum di Indonesia, perkembangan kegiatan investasi syariah di pasar modal Indonesia masih dianggap belum mengalami kemajuan yang cukup signifikan, meskipun 47 kegiatan investasi syariah tersebut telah dimulai dan diperkenalkan sejak pertengahan tahun 1997. Dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia misalnya, Indonesia terlihat begitu tertinggal jauh dalam mengembangkan kegiatan investasi syariah di pasar modal. Malaysia pertama kali mengembangkan kegiatan pasar modal syariah sejak awal tahun 1990 dan saat ini terus mengalami kemajuan yang cukup pesat. Sebagai contoh, data menunjukkan hingga akhir tahun 2004 total Nilai Aktiva Bersih NAB Reksa Dana Syariah mencapai 7,7 tujuh koma tujuh perseratus dari total NAB industri Reksa Dana di Malaysia, sedangkan Indonesia baru mencapai 0,51 nol koma lima puluh satu per seratus dari total NAB industri reksa dana. Pada tahun 2007 reksa dana syariah mengalami pertumbuhan yang signifikan dapat dilihat dari jumlah reksa dana syariah tercatat 26 reksa dana syariah dan selanjutnya tahun 2008 juga meningkat menjadi 37 reksa dana syariah dan pada tahun 2009 menjadi 46 reksa dana syariah.

4.1.2 Peluang dan Tantangan Reksa Dana Syariah Indonesia

Peluang industri reksa dana syariah pada akhir 2009 akan mengalami pertumbuhan yang terus membaik seiring dengan cepatnya pemulihan ekonomi dunia dan Indonesia. Krisis penurunan nilai aktiva bersih reksa dana syariah pada tahun 2008 adalah siklus bisnis yang tak terelakan menyusul goyahnya sistem perekonomian dunia akibat hempasan badai krisis keuangan global. 48