1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi ini, pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan adanya
pendidikan yang berkualitas maka dapat membentuk generasi yang mampu bersaing baik di dalam maupun di luar negeri. Namun masih banyak ditemui
pembelajaran yang bersifat pasif learning. Pasif learning adalah keadaan ketika para siswa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru dan
guru sebagai pusatnya. Penyebabnya yaitu guru hanya menerangkan tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk berfikir. Pembelajaran seperti ini
dirasakan sangat membosankan dan tidak menarik minat peserta didik. Hal ini menjelaskan bagaimana seorang peserta didik tidak dapat menyerap
pembelajaran secara maksimal sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar dari peserta didik tersebut. Tujuan dari pendidikan adalah
membangun karakter suatu bangsa, apabila pendidikan masih saja bersifat pasif learning, maka akan berpengaruh terhadap karakter dari bangsa
Indonesia sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha baik dari pemerintah maupun dari pendidik untuk membuat siswa menjadi aktif dan kreatif dalam
sistem pembelajaran. Usaha tersebut diharapkan dapat membawa dampak yang lebih baik dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Kimia merupakan mata pelajaran yang ditakuti oleh kebanyakan siswa. Dikarenakan mereka masih kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran
tersebut. Sehingga diperlukan suatu pembelajaran kimia yang menyenangkan dan melibatkan peserta didik untuk ikut aktif di dalamnya. Disamping itu ,juga
diperlukan dukungan penuh dari pendidik untuk memfasilitasi peserta didik pada proses pembelajaran. Ditunjang dengan metode-metode pembelajaran
kimia yang akan menambah minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran kimia tersebut.
Pada observasi awal peneliti memilih materi pokok “kelarutan dan hasil kali kelarutan” sebagai materi yang akan digunakan untuk melakukan
penelitian. Peneliti memilih materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan meninjau hasil ulangan harian selama 5 tahun terakhir, dari tahun ajaran
20082009 sampai 20122013 dimana rata-rata nilai para siswa kelas XI IPA di SMA KESATRIAN 1 masih kurang dari nilai ketuntasan minimal KKM.
Pada tahun ajaran 20082009 Terdapat empat kelas dengan rata-rata IPA 1 52,45, IPA 2 54,74, IPA 3 58,70, dan IPA 4 55,21 dengan KKM 62
yang berarti tidak satupun rata-rata kelas tersebut mencapai KKM. Pada tahun 20092010 juga terdapat empat kelas dengan rata-rata IPA 1 54,78, IPA 2
51,86, IPA 3 57,38, dan IPA 4 49,73 sedangkan KKM pada tahun tersebut adalah 65 yang berarti keempat kelas tersebut masih belum tuntas.
Kemudian pada tahun 20102011 terdapat tujuh kelas dengan rata-rata IPA 1 60,76, IPA 2 62,90, IPA 3 56,48, IPA 4 61,69, IPA 5 60,40, IPA 6
60,68, dan IPA 7 59,10 dengan KKM 68 dengan demikian nilai rata-rata
1
keseluruhan kelas masih belum tuntas. KKM pada tahun 20112012 yaitu 70 dengan enam kelas yang mempumyai rata-rata IPA 1 60,20, IPA 2 61, IPA
3 67,10, IPA 4 58,73, IPA 5 57, dan IPA 6 57,70 yang berarti seluruh kelas masih belum mencapai KKM. Pada tahun 20122013 terdapat empat
kelas dengan rata-rata IPA 1 61,30, IPA 2 60,30, IPA 3 61,80, dan IPA 4 62,50 dengan KKM 72 sehingga dari keempat kelas tersebut masih belum
tuntas. Disamping itu juga, pembelajaran kimia di SMA KESATRIAN 1 Semarang masih membuat siswa tegang dan masih takut untuk bertanya
apabila belum mengerti. Dari penjabaran diatas, dapat dinyatakan bahwa siswa masih merasa
kesulitan dalam memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, juga masih perlu pembelajaran yang tidak menegangkan, dan berakibat hasil
belajar siswa masih belum cukup memuaskan. Hal ini lah yang perlu diperhatikan oleh pendidik. Pendidik diharapkan mampu melaksanakan
metode-metode pembelajaran yang dapat meningkatkatkan pemahaman siswa yang tentunya juga akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari pemaparan diatas, maka model pembelajaran yang akan diterapkan oleh peneliti pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah
model pembelajaran kooperatif dimana pembelajaran kooperatif ini dinilai sangat efektif untuk diterapkan pada pembelajaran di sekolah, model tersebut
yaitu TPS Think Pair Share dan Snowball Throwing. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti bermaksud untuk membandingkan
antara model TPS dengan model Snowball Throwing. Oleh karena itu peneliti
mengambil judul
“Komparasi Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share dengan Snowball Throwing Materi
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG.”
1.2 Rumusan Masalah