KOMPARASI HASIL BELAJAR MENGGUNAAN MODEL THINK PAIR SHARE DAN SNOWBALL THROWING MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA KELAS XI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG

(1)

KOMPARASI HASIL BELAJAR MENGGUNAAN MODEL

THINK PAIR SHARE DAN SNOWBALL THROWING

MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

SISWA KELAS XI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia oleh

Dini Ari Respati 4301410057

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, Juli 2014

Dini Ari Respati 4301410057


(3)

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Selalu percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin

2. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan. 3. Optimis dan pantang menyerah dalam menghadapi masalah apapun.

PERSEMBAHAN

1.Bapak, ibu dan adek tercinta, atas doa dan dukungan yang selalu tercurah untukku

2.Sahabat-sahabatku Mas Wahyu, mbak Musa, Waridi, Nino, Ita, Fika, Lidia, Krisna, Ersa Mastoni, yang selalu menyemangatiku dalam pembuatan skripsi.

3.Teman-teman rombel 3 pendidikan kimia 2010 yang aku sayangi

4.Sahabat-sahabat Kost Fortuna, sahabat PPL serta sahabat KKN yang aku sayangi.

5.Dan semuanya yang telah memberikan motivasi dan menemani tiap langkah penelitian ini.


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga peneliti dapat menyusun dan

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Komparasi Hasil Belajar Menggunakan

Metode Pembelajaran Think Pair Share dengan Snowball Throwing Materi

Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang”.

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian,

3. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang yang memberikan kemudahan dalam penelitian,

4. Drs Soeprodjo, M.S dosen pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan, arahan, dan saran selama menyusun skripsi,

5. Dra. Saptorini, M.Pi dosen penguji I yang telah memberikan arahan, dan saran, 6. Drs. Eko Budi Susatyo, M.Si dosen penguji II yang telah memberikan arahan

dan saran,

7. Dra. Indriani Kuswandari dan guru mata pelajaran kimia SMA Kesatrian 1 Semarang yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian,

8. Siswa-siswi kelas XI IPA yang telah mengikuti pembelajaran dalam penelitian ini dengan baik.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan perkembangan pendidikan pada umumnya.

Semarang, Juli 2014


(5)

v

ABSTRAK

Respati, Dini Ari. 2014. Komparasi Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Think Pair Share dengan Snowball Throwing Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Soeprodjo, M.S.

Kata Kunci : Komparasi, Think Pair Share, Snowball Throwing.

Kimia merupakan mata pelajaran yang masih dirasa sulit oleh kebanyakan siswa. Diperlukan suatu metode pembelajaran yang menyenangkan, sehingga dapat membuat siswa tertarik mempelajari kimia. Hal ini tergatung dari kreativitas guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang harus disesuaikan dengan materi pelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi metode Think Pair Share dan metode Snowball Throwing materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMA Kesatrian 1 Semarang dan apabila ada perbedaan, hasil belajar mana yang lebih baik diantara keduanya. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA 5 SMA Kesatrian 1 Semarang. Teknik sampling yang digunakan yaitu cluster random sampling, diperoleh sampel penelitian yaitu kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen I diberi metode Think Pair Share dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen II diberi metode Snowball Throwing. Penelitian dilakukan dengan memberikan materi dan jam pelajaran yang sama tetapi dengan metode pembelajaran yang berbeda dan diakhiri dengan post test. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata nilai post test kelas eksperimen I 78,53 dengan ketuntasan klasikal 77% dan kelas eksperimen II 71,78 dengan ketuntasan klasikal 50%. Sedangkan pada uji perbedaan dua rata-rata dua pihak dihasilkan thitung (2,657) > ttabel (2,000) yang berarti ada perbedaan yang signifikan. Pada uji perbedaan dua rata-rata satu pihak kiri thitung (2,66) > ttabel (1,67) yang berarti rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen I lebih baik dari kelas eksprimen II. Simpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi metode Think Pair Share dengan metode Snowball Throwing dan hasil belajar kimia siswa yang diberi metode Think Pair Share lebih baik daripada hasil belajar kimia siswa yang diberi metode Snowball Throwing.


(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………... i

PERNYATAAN………... ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………... iv

PRAKATA………... v

ABSTRAK………... vi

DAFTAR ISI………... vii

DAFTAR TABEL………... ix

DAFTAR GAMBAR………... x

DAFTAR LAMPIRAN………... xi

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………... 1

1.2 Rumusan Masalah………... 4

1.3 Tujuan Penelitian………. 4

1.4 Manfaat Penelitian……… 1.5 Penegasan Penelitian……… 4 5 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar, Hasil Belajar, Metode Pembelajaran, Materi ....……… 7

2.2 Hasil Penelitian Terkait... 17

2.3 Kerangka Berfikir……… 19

2.4 Hipotesis………..………... 21

3. METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian……….. 22

3.2 Variabel Penelitian………... 23

3.3 Desain Penelitian………... 24


(7)

vii

3.5 Analisis Instrumen Penelitian………. 27

3.6 Analisis Lembar Observasi………. 35

3.7 Metode Pengumpulan Data………... 3.8 Analisis Data... 37 37 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian………. 49

4.2 Pembahasan……….. 58

5. PENUTUP 5.1 Simpulan………... 67

5.2 Saran………... 67

6. DAFTAR PUSTAKA………. 69


(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Penelitian………... 23

3.2 Hasil Analisis Validitas Soal ……… 28

3.3 Klasifikasi Daya Beda Soal Uji Coba.………... 29

3.4 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba..………...…... 30

3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal... 31

3.6 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ….……….... 32

3.7 Kriteria Reliabilitas Soal Uji Coba ………... 33

3.8 Hasil Analisis Uji Coba Soal... 34

3.9 Transformasi Nilai Soal Uji Coba Post Tes………. 34

3.10 Kategori Penilaian Aspek Afektif ……...…………..………... 35

3.11 Kategori Penilaian Aspek Psikomotorik…….………... 36

3.12 Ringkasan ANAVA Satu Jalur …………...….………... 39

4.1 Data Awal Populasi ………….………... 49

4.2 Hasil Uji Normalitas Data Awal ……...………... 49

4.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Post Test ………. 51

4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test………. 52

4.5 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak Data Post Test... 53

4.6 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri... 53

4.7 Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Individu... 54

4.8 Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Klasikal...…………... 54

4.9 Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II...….…….……..….. 55


(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berfikir………... 20 4.1 Penilaian Afektif Siswa………... 56 4.2 Penilaian Psikomotorik Siswa…..………... 58


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Nilai UAS 5 Tahun ………... 71

2. Daftar Nama Siswa... 72

3. Silabus………... 73

4. RPP Kelas Eksperimen I………... 75

5. RPP Kelas Eksperimen II...……….. 88

6. Kisi-Kisi Soal Uji Coba...………. 102

7. Soal Uji Coba………... 105

8. Analisis Soal Uji Coba………...………... 118

9. Perhitungan Validitas Soal Uji Coba…...………... 123

10. 11. Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba ………... Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba ……….... 127 129 12. Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba …... 131

13. Daftar Nilai UAS Siswa ………... 133

14. Uji Normalitas Data Tahap Awal ………... 134

15. Uji Homogenitas...………... 140

16. Uji Kesamaan Rata-rata... 142

17. 18. Daftar Nilai Post test…………..………... Uji Normalitas Tahap Akhir...………...……...…. 145 146 19. Uji Kesamaan Dua varian………... 150

20. Uji Perbedaan Rata-Rata Dua Pihak………..……….... 152

21. Uji Perbedaan Satu Pihak Kiri...…………... 155

22. Uji Ketuntasan Hasil Belajar Eksperimen I…….………... 157 23.

24. 25. 26.

Uji Ketuntasan Hasil Belajar Eksperimen II …………...

Pedoman Penilaian Aspek Afektif…….……….. Reliabilitas Aspek Afektif………... Analisis Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II…...

159 161 163 164 27. 28.

Pedoman Penilaian Aspek Psikomotorik...……... Reliabilitas Aspek Psikomotorik...

166 168


(11)

xi


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi ini, pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan adanya pendidikan yang berkualitas maka dapat membentuk generasi yang mampu bersaing baik di dalam maupun di luar negeri. Namun masih banyak ditemui pembelajaran yang bersifat pasif learning. Pasif learning adalah keadaan ketika para siswa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru dan guru sebagai pusatnya. Penyebabnya yaitu guru hanya menerangkan tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk berfikir. Pembelajaran seperti ini dirasakan sangat membosankan dan tidak menarik minat peserta didik. Hal ini menjelaskan bagaimana seorang peserta didik tidak dapat menyerap pembelajaran secara maksimal sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar dari peserta didik tersebut. Tujuan dari pendidikan adalah membangun karakter suatu bangsa, apabila pendidikan masih saja bersifat pasif learning, maka akan berpengaruh terhadap karakter dari bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha baik dari pemerintah maupun dari pendidik untuk membuat siswa menjadi aktif dan kreatif dalam sistem pembelajaran. Usaha tersebut diharapkan dapat membawa dampak yang lebih baik dalam sistem pendidikan di Indonesia.


(13)

Kimia merupakan mata pelajaran yang ditakuti oleh kebanyakan siswa. Dikarenakan mereka masih kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran tersebut. Sehingga diperlukan suatu pembelajaran kimia yang menyenangkan dan melibatkan peserta didik untuk ikut aktif di dalamnya. Disamping itu ,juga diperlukan dukungan penuh dari pendidik untuk memfasilitasi peserta didik pada proses pembelajaran. Ditunjang dengan metode-metode pembelajaran kimia yang akan menambah minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran kimia tersebut.

Pada observasi awal peneliti memilih materi pokok “kelarutan dan hasil kali kelarutan” sebagai materi yang akan digunakan untuk melakukan

penelitian. Peneliti memilih materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan meninjau hasil ulangan harian selama 5 tahun terakhir, dari tahun ajaran 2008/2009 sampai 2012/2013 dimana rata-rata nilai para siswa kelas XI IPA di SMA KESATRIAN 1 masih kurang dari nilai ketuntasan minimal (KKM). Pada tahun ajaran 2008/2009 Terdapat empat kelas dengan rata-rata IPA 1 (52,45), IPA 2 (54,74), IPA 3 ( 58,70), dan IPA 4 (55,21) dengan KKM 62 yang berarti tidak satupun rata-rata kelas tersebut mencapai KKM. Pada tahun 2009/2010 juga terdapat empat kelas dengan rata-rata IPA 1 (54,78), IPA 2 ( 51,86), IPA 3 ( 57,38), dan IPA 4 (49,73) sedangkan KKM pada tahun tersebut adalah 65 yang berarti keempat kelas tersebut masih belum tuntas. Kemudian pada tahun 2010/2011 terdapat tujuh kelas dengan rata-rata IPA 1 (60,76), IPA 2 (62,90), IPA 3 (56,48), IPA 4 (61,69), IPA 5 (60,40), IPA 6 (60,68), dan IPA 7 (59,10) dengan KKM 68 dengan demikian nilai rata-rata


(14)

keseluruhan kelas masih belum tuntas. KKM pada tahun 2011/2012 yaitu 70 dengan enam kelas yang mempumyai rata-rata IPA 1 (60,20), IPA 2 (61), IPA 3 (67,10), IPA 4 (58,73), IPA 5 (57), dan IPA 6 (57,70) yang berarti seluruh kelas masih belum mencapai KKM. Pada tahun 2012/2013 terdapat empat kelas dengan rata-rata IPA 1 (61,30), IPA 2 (60,30), IPA 3 (61,80), dan IPA 4 (62,50) dengan KKM 72 sehingga dari keempat kelas tersebut masih belum tuntas. Disamping itu juga, pembelajaran kimia di SMA KESATRIAN 1 Semarang masih membuat siswa tegang dan masih takut untuk bertanya apabila belum mengerti.

Dari penjabaran diatas, dapat dinyatakan bahwa siswa masih merasa kesulitan dalam memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, juga masih perlu pembelajaran yang tidak menegangkan, dan berakibat hasil belajar siswa masih belum cukup memuaskan. Hal ini lah yang perlu diperhatikan oleh pendidik. Pendidik diharapkan mampu melaksanakan metode-metode pembelajaran yang dapat meningkatkatkan pemahaman siswa yang tentunya juga akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari pemaparan diatas, maka model pembelajaran yang akan diterapkan oleh peneliti pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah model pembelajaran kooperatif dimana pembelajaran kooperatif ini dinilai sangat efektif untuk diterapkan pada pembelajaran di sekolah, model tersebut yaitu TPS ( Think Pair Share) dan Snowball Throwing.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti bermaksud untuk membandingkan antara model TPS dengan model Snowball Throwing. Oleh karena itu peneliti


(15)

mengambil judul “Komparasi Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share dengan Snowball Throwing Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI SMA KESATRIAN 1

SEMARANG.”

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

(1) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang?

(2) Jika ada perbedaan, manakah yang lebih baik antara siswa yang diberi model TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang?

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi

model TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang.

(2) Untuk mengetahui manakah yang lebih baik antara siswa yang diberi model TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang.

1.4

Manfaat Penelitian


(16)

(1) Bagi Siswa

a. Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran b. Meningkatkan hasil belajar siswa

c. Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran d. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar kimia lebih giat

e. Meningkatkan pemahaman tentang konsep kimia dan kemampuan menyelesaikan soal pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. (2) Bagi Guru

a. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi guru dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa

b. Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kreativitas guru dalam membuat suatu metode pembelajaran supaya menjadi lebih efektif dan menarik dari sebelumnya.

(3) Manfaat bagi peneliti

a. Sarana latihan dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran kimia di SMA

b. Menambah wawasan dan pengalaman dalam penelitian pendidikan secara langsung di sekolah.

1.5

Penegasan Istilah

Supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah maka perlu dilakukan batasan- batasan sebagai berikut :


(17)

Hasil Belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i & Anni, 2009:85).

2) Model Think Pair Share (TPS)

TPS merupakan suatu model yang menekankan gagasan tentang

waktu”tunggu atau berfikir” (wait or think time) pada elemen interaksi

pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respon siswa terhadap pertanyaan. Siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah sendiri kemudian mendiskusikan masalah tersebut dengan teman sebangku, dan permasalahan tersebut di di persentasikan di depan kelas (Miftahul Huda, 2013:206) .

3) Model Snowball Throwing

Snowball Throwing merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada teman satu kelompoknya. Pada pembelajaran ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing masing kelompok diwakili oleh ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru. Kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan di selembar kertas yang dibentuk seeperti bola lalu dilemparkan kepada siswa lain untuk dikerjakan oleh masing-masing siswa kemudian di diskusikan secara berkelompok.

4) Siswa kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang

Dalam hal ini peneliti menggunakan siswa kelas XI semester 2 SMA Kesatrian 1 Semarang sebagai objek penelitian.


(18)

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Landasan Teori

2.1.1 Belajar

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian makna yang dilakukan oleh individu (Benny. A Pribadi ,2009 : 6).

Melengkapi pandangan tentang belajar seperti yang dikemukakan di atas, Meyer (1882) dalam Smith dan Ragan mennemukakan pengertian belajar sebagai “... perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan dan perilaku

seseorang yang diakibatkan oleh pengalaman.” Definisi belajar yang

diungkapkan oleh Meyer dalam Smith dan Ragan (2002) mencakup beberapa konsep penting yang meliputi :

1. Durasi perubahan perilaku bersifat relatif permanen,

2. Perubahan terjadi pada struktur dan isi pengetahuan orang yang belajar,dan

3. Penyebab terjadinya perubahan pengetahuan dab perilaku adalah pengalaman yang dialami oleh siswa,bukan pertumbuhan atau perkembangan.Proses belajar dapat berlangsung baik dalam situs formal maupun situs informal (Benny.A.Pribadi, 2009:8).


(19)

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Dalam peserta didikan,perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik setelah

melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan peserta didik (Rifa’i &

Anni ,2010:85).

Benyamin S. Bloom dalam Rifa’i & Anni (2010:86) menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar,yaitu :

1. Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan ,pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2. Ranah afektif, berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan peserta didikan afektif adalah penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian dan pembentukan pola hidup.

3. Ranah psikomotorik, berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena sering kali tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif.


(20)

2.1.3 Model TPS

Model Think Pair Share yaitu model pembelajaran yang dikembangkan Frank Lyman. Model ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dan model ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Isjoni, 2011:112).

Menurut Miftahul Huda (2011:136) model TPS sebaiknya dilakukan dengan mengikuti prosedur-prosedur sebagai berikut :

1. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok.Setiap kelompok terdiri dari empat anggota/siswa.

2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok

3. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.

4. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.

5. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusinya.

2.1.4 Model Snowball Throwing

Metode pembelajaran Snowball Throwing ( ST ) atau yang juga sering dikenal dengan Snowball Fight merupakan pembelajaran yang diadopsi pertama kali dari game fisik dimana segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul orang lain. Dalam konteks pembelajaran, Snowball Throwing diterapkan dengan


(21)

melempar segumpalan kertas untuk menunjuk siswa yang diharuskan menjawab soal dari guru (Miftahul Huda,2013:226).

Model ini digunakan untuk melatih konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada teman satu kelompoknya (Miftahul Huda, 2013:226).

Sintaks langkah-langkah metode pembelajaran Snowball Throwing menurut Santoso (2011:114) yaitu:

1) Guru menyampaikan materi yang disajikan.

2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5) Kemudian kertas berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 15 menit.


(22)

6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas tersebut bergantian

7) Evaluasi dan penutup

2.1.5 Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan 2.1.5.1Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Kelarutan (solubility) suatu zat adalah jumlah maksimum (mol atau gram) zat yang dapat larut dalam volum pelarut tertentu dan pada suhu tertentu hingga membentuk kesetimbangan larutan. Satuan kelarutan dinyatakan dalam mol L-1 atau M, dapat dirumuskan:

Keterangan:

s = kelarutan (mol/Liter) n = jumlah mol

v = volume larutan (mL) g = massa zat terlarut (gram)

Mr = massa molekul relatif zat terlarut

Ksp disebut sebagai konstanta hasil kelarutan (solubility product constant) yaitu hasil kali konsentrasi tiap ion dipangkatkan dengan koefisien masing-masing. Ksp senyawa CaF2 dan Al(OH)3 ialah:

CaF2 (s) Ca2+(aq) + 2F-(aq) Ksp CaF2 = [Ca2+] [F-]2


(23)

Ksp Al(OH)3 = [Al3+] [OH-]3

Ksp senyawa dapat ditentukan dari percobaan laboratorium dengan mengukur kelarutan (massa senyawa yang dapat larut dalam tiap liter larutan) sampai keadaan tepat jenuh. Kemampuan pelarut telah maksimum untuk melarutkan atau mengionkan zat terlarut. Kelebihan zat terlarut walaupun sedikit akan menjadi endapan. Larutan tepat jenuh dapat dibuat dengan memasukkan zat kelarutan sehingga lewat jenuh. Endapan disaring dan ditimbang untuk menghitung massa yang terlarut.

2.1.5.2Hubungan Kelarutan (s) dengan Tetapan Hasil Kali Kelarutan

Perhitungan yang mellibatkan Ksp dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori,yaitu:

a. Perhitungan Ksp dari data kelarutan b. Perhitungan kelarutan dari Ksp c. Masalah terjadinya pengendapan

Untuk padatan AxBy yang berada dalam kesetimbangan dengan ion-ion hasil disosiasinya dalam larutan jenuh, berlaku:

Ax By (s) xAy+(aq) + yBx-(aq) Kelarutan l M x l M y l M

Ksp = (Ay+)x . (Bx-)y = (x l )x . (y l )y

= xx . yy . l(x+y)

l = ……….(1)


(24)

l AgCl =

l Mg(OH)2 =

Persamaan (1) menggambarkan hubungan kelarutan dan hasil kali kelarutan Ksp. Bila kelarutan ada datanya, maka Ksp dapat ditentukan. Sebaliknya jika harga Ksp diketahui, maka kelarutannya dapat ditentukan.

Mengendap atau tidaknya AxBy, dapat dilihat dari harga (Ay+)x . (Bx-)y Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y < Ksp , maka AxBy belum mengendap Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y = Ksp , maka larutan mencapai jenuh

Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y > Ksp , maka larutan AxBy lewat jenuh atau telah terjadi endapan AxBy

(Kasmadi, 2008: 20) 2.1.5.3Pengaruh Ion Senama dalam Kelarutan

Jika suatu garam diartikan ke dalam larutan yang telah berisi salah satu ion garam tersebut, maka kelarutan garam lebih kecil daripada kelarutannya dalam air murni. AgCl lebih sukar larut di dalam larutan NaCl daripada di dalam air. Berkurangnya kelarutan AgCl tersebut karena adanya pengaruh ion sejenis (Cl-).

Akibat adanya ion sejenis dengan mudah dapat diketahui prinsip Le Chathelier. Seandainya padatan AgCl dilarutkan di dalam air murni, maka terjadi kesetimbangan sebagai berikut :

AgCl (s) Ag+(aq) + Cl-(aq)

Jika larutan garam klorida seperti NaCl ditambahkan ke dalam larutan AgCl, maka (Cl-) dalam larutan akan bertambah dan mengakibatkan


(25)

kesetimbangan bergeser ke kiri yang menyebabkan AgCl mengendap. Dengan perkataan lain AgCl lebih sedikit larut di dalam larutan NaCl daripada air.

Contoh:

Berapa kelarutan molar AgCl dalam larutan 0,010 M NaCl ?

Ksp = (Ag+) (Cl-) = 1,7 . 10-10

Sebelum AgCl larut, telah ada (Cl-) sebanyak 0,010 M. karena NaCl mengalami disosiasi total. Adanya (Na) dapat diabaikan karena (Na+) tidak terlibat dalam sistem kesetimbangan:

AgCl (s) Ag+(aq) + Cl-(aq)

Mula-mula 0 0,010 M

Perubahan xM xM

Kesetimbangan xM 0,010+xM

Harga 0,010 + x ≈ 0,010 (Karena nilai x dianggap sangat kecil) Maka (x) (0,010) = 1,7 . 10-10

x = 1,7 . 10-8

Jadi kelarutan AgCl dalam larutan 0,010 M NaCl adalah sebesar 1,7.10-8 M.


(26)

2.1.5.4Pengaruh pH Terhadap kelarutan

Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai jenis zat. Suatu basa selalu lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam, dan sebaliknya lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam kuat.

2.1.5.4.1. pH dan Kelarutan Basa

Sesuai dengan efek ion senama, suatu basa lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa daripada dalam larutan netral.

2.1.5.4.2. pH dan Kelarutan Garam

Kalsium karbonat (CaCO3) sukar larut dalam air, tetapi larut dalam larutan HCl. Fakta ini diterapkan sebagai berikut:

Dalam larutan jenuh CaCO3 terdapat kesetimbangan berikut: CaCO3(s) Ca2+(aq) + CO32-(aq)

Jika pH larutan kita perkecil dengan menambahkan asam, maka H+ dari asam akan mengikat ion karbonat membentuk ion HCO3-.

CO32-(aq) + H+(aq) HCO3-(aq)

Berdasarkan azas Le Chatelier, pengurangan [CO32-] mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke kanan, CaCO3 padat lebih banyak larut, maka pada reaksi tersebut penurunan pH akan menambah kelarutan (Kalsum, 2009: 242). 2.1.5.5Reaksi Pengendapan

Sebagaimana telah diketahui ketika membahas kesetimbangan kimia, hasil kali konsentrasi seperti dirumuskan dalam rumus tetapan kesetimbangan (bukan


(27)

konsentrasi setimbang) disebut sebagai Qc. Jadi secara umum, apakah keadaan suatu larutan belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, dapat ditentukan dengan mencari nilai Qc-nya dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika Qc < Ksp larutan belum jenuh Jika Qc = Ksp larutan tepat jenuh

Jika Qc > Ksp lewat jenuh (Purba, 2006: 149) 2.1.5.6Kegunaan Ksp dalam kehidupan sehari-hari

a. Pembuatan pasta gigi

Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan termasuk bagian pH terhadap kelarutan.Menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluorida (F-) dapat mengubah senyawa hidroksiapatit menjadi fluoroapatit. Senyawa fluoroapatit, Ca5(PO4)3F(s) memiliki Ksp 3,16×10-60, dengan demikian harga kelarutannya akan lebih kecil dari harga kelarutan hidroksiapatit. Ketika menggosok gigi dengan pasta gigi yang berfluorida terjadi pergantian ion OH- oleh ion F -sehingga membentuk fluoroapatit yang lebih sukar larut dalam suasana asam dibandingkan dengan hidroksiapatit.

b. Menghilangkan kesadahan air

Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan termasuk bagian pengaruh penambahan ion senama. Karena untuk menghilangkan garam sulfat atau garam klorida dari air sadah adalah dengan menambahkan ion senama.


(28)

Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan termasuk bagian kelarutan. Sewaktu tangan memegang suatu benda, salah satu zat yang ditinggalkan pada benda tersebut adalah NaCl yang berasal dari keringat. Benda yang dipegang tadi disapu dengan larutan AgNO3. AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl berwarna putih jika hasil kali konsentrasi Ag+ dan Cl- nya telah melebihi harga Ksp AgCl. Di bawah sinar, endapan AgCl putih ini akan berubah menjadi endapan Ag yang berwarna hitam. Endapan ini akan menampilkan sidik jari.

d. Pembentukan batu karang

Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan termasuk bagian reaksi pengendapan. Batu karang berasal dari senyawa CaCO3.Pembentukan CaCO3 berawal dari karbondioksida yang berada di atmosfer bereaksi dengan air laut membentuk asam karbonat. Ketika asam karbonat yang terbentuk larut dalam air larut, maka asam karbonat terurai menjadi ion. Ion bikarbonat bereaksi dengan ion Ca2+ dalam air laut, membentuk CaCO3 yang merupakan batu karang.

2.2. Hasil Penelitian terkait

Berdasarkan jurnal sebelumnya yang berjudul Reforming Mathematic Through The Concept Of Cooperative Learning By Using The Technique Think-Pair-Share Focusing On Cube And Cuboid To Improve The Study Result And Activity Of Students From Banyubiru 1 State Middle School Class Of Viiie In


(29)

Semarang District On Their Second Semester Year Of 2010/2011 yang dilaksanakan oleh Evi Suharyanti, Theofelus Galih S., Margi Rahayu, Kriswandani. Peneliti melakukan penelitian dengan tiga kali siklus dimana dari ketiga siklus itu terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena pembelajaran dengan menggunakan metode TPS membuat siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan. Dan memacu keaktifan siswa dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat.

Jurnal yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dengan Metode Praktikum dalam Pembelajaran IPA Fisika Kelas VIII B SMPN 7 JEMBER Tahun Pelajaran 2012/2013 dilakukan oleh Ismil Ridayatun Winayah, Sudarti, Nuriman pada tahun ajaran 2012/2013. Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus untuk mengetahui keefektifan metode TPS. Berdasarkan hasil analisis aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dari pra siklus sampai siklus 2 yaitu aktivitas memperhatikan penjelasan dari pra siklus sampai siklus 1 mengalami peningkatan sebesar 37,18%, dari siklus 1 sampai siklus 2 sebesar 5,12%. Dimana dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran khususnya dalam memecahkan masalah, aktif dalam diskusi kelompok kelompok kecil, serta mampu membuktikan sendiri teori yang ada dengan melakukan praktikum.

Jurnal lain yang berjudul Pengaruh Penerapan Pembelajaran Snowball Throwing terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMAN I Bajeng Kab. Gowa


(30)

(Studi pada Materi Pokok Senyawa Hidrokarbon) dilakukan oleh Muhaedah Rasyid & Sumiati Side tahun 2011 menjelaskan bahwa dengan model pembelajaran Snowball Throwing berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Bajeng kabupaten Gowa pada materi pokok senyawa Hidrokarbon. Walaupun demikian masih ada beberapa aktifitas siswa yang masih kurang. Seperti ketika ketua kelompok memberikan penjelasan kepada masing-masing siswa, masih ada beberapa siswa yang kurang mengerti penjelasan dari ketua kelompok.

2.3. Kerangka Berfikir

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, dimana pada kenyataannya siswa masih merasa kesulitan dengan materi kimia, khususnya materi kelarutan dan hasil kelarutan yang telah dibuktikan dengan data hasil belajar siswa lima tahun terakhir. Dan beberapa faktor misalkan cara mengajar guru, metode pembelajaran yang kurang tepat. Hal ini menyebabkan nilai yang diperoleh kurang optimal.

Dengan demikian peneliti menawarkan dua metode yang dapat membantu siswa untuk mendalami materi kimia, khususnya kelarutan dan hasil kelarutan. Dua metode tersebut yaitu Think-Pair-Share dan Snowball Throwing yang akan dibandingkan untuk mengetahui metode mana yang paling efektif digunakan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.


(31)

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Uji Hipotesis

Kesimpulan Pembelajaran kimia yang cenderung masih teacher centered, siswa

pasif

Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2

Pembelajaran dengan metode TPS

Pembelajaran dengan metode Snowball Throwing

Hasil Belajar Dibandingkan Hasil belajar kimia

materi Ksp masih rendah

Nilai ketuntasan materi Ksp lima tahun terakhir masih kurang dari KKM

Dilakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar kimia materi Ksp dengan menggunakan dua metode pembelajaran

Siswa yang masih tegang pada proses


(32)

2.4. Hipotesis

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan hipotesis bahwa:

1. Ada perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model TPS dengan hasil belajar kimia siswa yang diberi model Snowball Throwing materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

2. Hasil belajar kimia siswa yang diberi model TPS lebih baik daripada hasil belajar kimia siswa yang diberi model Snowball Throwing materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.


(33)

(34)

23

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Setting Penelitian

3.1.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006:215).Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang tahun pelajaran 2013/2014.

3.1.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik cluster random sampling ini merupakan teknik pengambilan sampel dimana populasi dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok atau cluster, kemudian kelompok yang diperlukan diambil secara acak. Syarat diijinkannya penggunaan teknik cluster random sampling yaitu memiliki kualitas yang sama pada masing-masing kelas dalam populasi dimana kualitas yang sama adalah memiliki homogenitas yang sama dan rata-rata yang sama. Dalam penelitian ini diambil dua kelas anggota populasi sebagai sampel.

3.2

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: (1) Variabel Bebas


(35)

Variabel bebas dalam penelitian ini ialah pembelajaran menggunakan metode TPS dan metode Snowball Throwing.

(2) Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini ialah hasil belajar siswa. Data hasil belajar diperoleh melalui tes tertulis di akhir proses pembelajaran.

(3) Variabel Kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah kurikulum, guru yang sama, materi, dan jumlah jam pelajaran yang sama.

3.3

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis penelitian komparasi. Penelitian komparasi bersifat membandingkan harga parameter tertentu dari dua atau lebih sampel. Dalam penelitian ini yang dibandingkan adalah nilai hasil belajar dari dua kelas yang diberi perlakuan berbeda.

Penelitian ini menggunakan desain post test only control design yaitu desain penelitian dengan hanya melihat nilai post test antara kelompok eksperimen I dengan kelompok eksperimen II. Desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Tes Akhir

E1 P1 T

E2 P2 T


(36)

E1 : Kelas eksperimen I E2 : Kelas eksperimen II

P1 : Pembelajaran dengan metode TPS

P2 : Pembelajaran dengan metode Snowball Throwing T : Tes akhir

3.4

Instrumen penelitian

Dalam penelitian ini, instrument penelitian yang digunakan meliputi(1) silabus, (2) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (3) lembar pengamatan aspek afektif, (4) lembar pengamatan aspek psikomotorik, dan (5) tes hasil belajar kognitif.

3.4.1 Silabus

Silabus yang digunakan dalam penelitian ini merupakan silabus KTSP. Silabus untuk kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II secara terperinci.

3.4.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) digunakan sebagai panduan bagi guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. RPP kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.

3.4.3 Lembar Pengamatan Aspek Afektif

Lembar pengamatan aspek afektif digunakan untuk mengukur dan menilai tingkat apresiasi siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.Pengamatan aspek afektif ini dilakukan oleh tiga observer. Dalam penelitian ini ditetapkan rentang skor lembar pengamatan aspek afektif dari skor 1 (satu) sampai 4 (empat). Penyusunan kriteria penskoran mengacu pada skor aspek yang telah ditetapkan.


(37)

Kriteria yang menggambarkan rendahnya nilai suatu aspek diberi skor terendah, yaitu 1. Sedangkan kriteria yang menggambarkan nilai aspek yang tinggi diberi skor tertinggi, yaitu 4.

3.4.4 Lembar Pengamatan Aspek Psikomotorik

Lembar pengamatan aspek psikomotorik digunakan untuk mengukur dan menilai keterampilan siswa. Penilaian aspek psikomotorik dilakukan pada proses pembelajaran saat praktikum. Penilaian aspek psikomotorik pada saat praktikum pada kelas eksperimen I sama dengan kelas eksperimen II. Dalam penelitian ini ditetapkan rentang skor lembar pengamatan aspek psikomotorik dari skor 1 (satu) sampai 5 (lima). Penyusunan kriteria penskoran sama dengan penskoran pada lembar pengamatan afektif.

3.4.5 Tes Hasil Belajar Kognitif

Tes hasil belajar kognitif atau post test digunakan untuk mengukur dan menilai penguasaan siswa pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Tes hasil belajar kognitif yang disusun pada penelitian ini berupa tes obyektif (pilihan ganda) dengan lima pilihan jawaban dan satu jawaban tepat, terdiri atas soal C1 (jenjang kemampuan ingatan), soal C2 (jenjang kemampuan pemahaman), soal C3 (jenjang kemampuan penerapan) dan C4 (jenjang kemampuan analisis). Soal berjumlah 50 butir soal dengan waktu pengerjaan tes 90 menit.

Langkah-langkah penyusunan soal uji coba tes hasil belajar kognitif yaitu: (1) Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu yang disediakan.


(38)

(2) Menentukan tipe atau bentuk soal. Tipe soal yang digunakan berbentuk pilihan ganda dengan lima buah jawaban dan satu pilihan jawaban yang tepat. (3) Menentukan komposisi jenjang. Komposisi jenjang dari perangkat tes

yang akan diuji cobakan terdiri atas 50 butir soal yaitu: a. Aspek pengetahuan (C1) terdiri atas 8 soal = 16 % b. Aspek pemahaman (C2) terdiri atas 25 soal = 50 % c. Aspek penerapan (C3) terdiri atas 16 soal = 32 % d. Aspek penerapan (C4) terdiri atas 1 soal = 2% (4) Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal (5) Menyusun butir-butir soal

(6) Mengujicobakan soal

(7) Menganalisis hasil uji coba, dalam hal validitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas perangkat tes yang digunakan.

3.5

Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang disusun dan digunakan dalam penelitian ini akan diuji cobakan di kelas XII SMA Kesatrian 1 Semarang karena siswa di kelas tersebut telah mendapatkan materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan tujuan untuk mengetahui butir-butir soal yang diuji cobakan sudah memenuhi syarat tes yang baik atau belum.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) validitas, (2) daya pembeda, (3) tingkat kesukaran, dan (4) reliabilitas.


(39)

3.5.1 Validitas

Validitas soal-soal post test dalam penelitian ini ada dua macam yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal.

(1) Validitas Isi Soal

Perangkat tes dikatakan telah memenuhi validitas isi apabila materinya telah disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Jadi peneliti menyusun kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum, selanjutnya instrumen dikonsultasikan dengan guru pengampu dan dosen penguji.

(2) Validitas Butir Soal

Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi point biserial yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

rp bis = koefisien korelasi point biserial

p = proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal q = proporsi siswa yang menjawab salah = 1-p

Mp = rata-rata skor siswa menjawab benar pada butir soal Mt = rata-rata skor seluruh siswa

St = standar deviasi skor total

(Arikunto, 2007: 78-79) Hasil perhitungan rpbis kemudian digunakan untuk mencari signifikansi (thitung) dengan rumus:


(40)

(Sudjana, 2005: 380) Dengan taraf signifikansi 5%, jika thitung>t(1- α) dengan dk (n-2) dan n jumlah siswa, maka butir soal tersebut valid.

Berdasarkan uji coba soal yang dilakukan terhadap 30 siswa kelas XII IPA SMA Kesatrian 1 Semarang diperoleh hasil analisis validitas dari 50 soal yang diuji cobakan. Contoh perhitungan validitas item soal nomor 1 dengan taraf kepercayaan 95% (฀ =5%) dan dk = 30-2 = 28 diperoleh ttabel = 1,701 dan thitung = 2,279, tampak dari perhitungan bahwa thitung > ttabel, maka butir soal nomor 1 valid. Hasil analisis validitas soal uji coba dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hasil Analisis Validitas Soal

Kriteria Nomor Soal Jumlah %

Valid 1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 20, 23, 24, 25, 27, 28, 30, 31, 32, 34, 36, 37, 39, 40,

41, 42, 43, 46, 47, 48

32 64%

Tidak valid

4, 6, 8,12, 13, 17, 19, 21, 22, 26, 29, 33, 35, 38, 44, 45, 49, 50

17 36%

Jumlah 50 100%

(Sumber: olah data hasil penelitian)


(41)

3.5.2 Daya Pembeda

Butir soal dikatakan memiliki daya beda yang baik apabila digunakan dalam tes bisa membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda soal adalah sebagai berikut:

Keterangan: DB : daya beda

BA : banyaknya jawaban benar kelompok atas BB : banyaknya jawaban benar kelompok bawah JA : banyaknya siswa kelompok atas

JB : banyaknya siswa kelompok bawah

Kriteria soal-soal yang dapat dipakai sebagai instrumen berdasarkan daya bedanya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda Soal

Interval Kriteria

DP 0,00 Sangat jelek (very poor)

0,00< DP 0,20 Jelek (poor)

0,20< DP 0,40 Cukup (satisfactory)

0,40< DP 0,70 Baik (good)

0,70< DP 1,00 Sangat baik (excellent)


(42)

Pada penelitian ini daya pembeda soal yang dipakai adalah cukup, baik dan sangat baik.

Jumlah butir dan nomor soal dengan kriteria sangat jelek, jelek, cukup, baik, dan sangat baik dapat dilihat pada tabel 3.4. Perhitungan daya beda soal uji coba penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 10.

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba Kriteria Daya

Beda

Nomor Soal

Jumlah Butir Soal

Sangat jelek - 0

Jelek 4, 6, 12, 13, 17, 19, 21, 22, 29, 33, 35, 38, 44, 49, 50

15

Cukup 1, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 14, 15, 16, 18, 25, 26, 32, 36, 40, 41, 42, 45

19

Baik 2, 11, 20, 23, 27, 28, 30, 31, 34, 37, 43 11

Sangat baik 24, 39, 46, 47, 48 5

Jumlah 50

(Sumber: olah data hasil penelitian)

3.5.3 Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit.Untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal rumus yang digunakan adalah:


(43)

Keterangan:

IK = indeks kesukaran

B = Jumlah siswa yang menjawab benar

Js = Jumlah seluruh peserta tes

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

Interval Kriteria

IK = 0,00 Sangat sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang

0,70 < IK < 1,00 Mudah

IK = 1,00 Sangat mudah

(Arikunto, 2007: 210)

Jumlah butir dan nomor soal dengan kriteria sangat sukar, sukar, sedang, mudah, dan sangat mudah dapat dilihat pada tabel 3.6. Perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 11.

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Kriteria Tingkat

Kesukaran Nomor Soal

Jumlah Butir Soal

Sangat sukar -

Sukar 4, 5, 8, 14, 15, 16, 17, 29, 32, 33, 35, 36,

38, 40, 41, 42, 49, 50 18

Sedang 1, 2, 3, 6, 7,9, 10, 12, 13, 18, 20, 24, 27,

28, 30, 31, 34, 37, 39,43, 44, 46, 47, 48 24

Mudah 11, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 45 8

Sangat mudah -

Jumlah 50


(44)

3.5.4 Reliabilitas

Suatu hasil tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila memberikan hasil yang relatif tetap bila digunakan pada kesempatan lain. Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus KR-21 yang dinyatakan dengan rumus:

Jika r11> rtabel maka tes tersebut dikatakan reliabel Keterangan:

r11 = reliabilitas soal M = rata-rata skor total k = banyaknya butir soal

Vt = varians skor total (Arikunto, 2007:101)

Kriteria soal-soal yang dapat dipakai sebagai instrumen berdasarkan reliabilitasnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas Soal Uji Coba

Interval Kriteria

r ≤ 0,20 Sangat rendah

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

0,40 < r ≤ 0,70 Sedang

0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi


(45)

Dari hasil analisis data, didapatkan reliabilitas soal uji coba sebesar 0,854, sehingga apabila dilihat dari tabel kriteria soal uji coba, soal uji coba tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi dan dapat dipakai.

3.5.5 Hasil Analisis Soal Uji Coba

Soal-soal yang telah diujicobakan dan dianalisis tersebut dipakai sebagai soal post test jika memenuhi syarat antara lain: butir soal “valid”; mempunyai

daya pembeda minimal “cukup”; tingkat kesukaran minimal “sedang”; dan soal tersebut “reliabel”. Dari analisis uji coba soal, diperoleh soal layak dipakai 32 butir dan 30 butir soal dipakai sebagai soal post test dengan komposisi jenjang sebagai berikut.

Aspek pengetahuan (C1) sebanyak 8 soal = 27% Apek pemahaman (C2) sebnyak 15 soal = 50% Aspek penerapan (C3) sebanyak 7 soal = 23%

Tabel 3.8 Hasil Analisis Uji Coba Soal

Kriteria Nomor Soal

Soal layak pakai

1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 20, 23, 24, 25, 27, 28, 30, 31, 32, 34, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 46, 47, 48 (32 soal)

Soal dipakai

1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 20, 23, 24, 25, 27, 30, 31, 32, 34, 36, 39,40,41, 42, 43, 46, 47, 48 (30 soal)


(46)

3.5.6 Transformasi Soal

Soal yang dipilih sebagai alat ukut aspek kognitif siswa ditransformasikan ke dalam urutan nomor soal yang baru dan akan dipergunakan sebagai soal post test. Transformasi nomor soal uji coba ke dalam soal post test siswa dimuat pada tabel 3.8.

Tabel 3.9 Transformasi Nomer Soal Uji Coba Soal Post test soal uji coba

1 2 3 5 7 9 10 11 14 15 16 18 20 23 24

soal post test

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

soal uji coba

25 27 30 31 32 34 36 39 40 41 42 43 46 47 48

soal post test

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 (Sumber: olah data hasil penelitian)

3.6

Analisis Lembar Observasi

3.6.1 Validitas Lembar Observasi

Instrumen lembar observasi dalam penelitian ini meliputi lembar observasi afektif dan psikomotorik. Pengujian validitas instrumen lembar observasi yaitu dengan menggunakan uji validitas konstruk. Dalam hal ini instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2008: 352).

3.6.2 Reliabilitas Lembar Observasi

Untuk mencari reliabilitas lembar observasi, digunakan rumus intereters reliability :


(47)

(Mardapi, 2012: 88 – 89)

Keterangan :

= reliabilitas instrumen Vp = varian person

Ve = varian error K = jumlah observer

Instrumen lembar observasi reliabel apabila r11 > 0,7. Kategori untuk nilai afektif disajikan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Kategori Penilaian Aspek Afektif

Jumlah skor Kriteria

13 – 16 10 – 12 7 – 9 4 – 6

Sangat baik Baik Cukup Kurang

Tabel 3.11 Kategori Penilaian Aspek Psikomotorik

Jumlah skor Kriteria

21 – 25 16 – 20 11 – 15 5 – 10

Sangat baik Baik Cukup Kurang


(48)

3.7

Metode Pengumpulan Data

3.7.1 Metode Dokumentasi

Dalam hal ini, data yang diperoleh yaitu daftar nama siswa kelas XI IPA dan daftar nilai ujian akhir semester gasal mata pelajaran kimia kelas XI IPA Kesatrian 1 semarang tahun ajaran 2013/2014. Data ini diperlukan untuk analisis tahap awal.

3.7.2 Metode Observasi

Metode observasi digunakan untuk mengetahui hasil belajar aspek afektif dan psikomotorik. Pengamatan afektif dan psikomotorik kelompok eksperimen I dan eksperimen II dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam lembar pengamatan dicantumkan indikator-indikator yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur kedua aspek hasil belajar.

3.7.3 Metode Tes

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar kimia yang diberi model TPS dan model Snowball Throwing materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Metode tes yang digunakan yaitu post test. Perangkat tes yang digunakan yaitu tes pilihan ganda dengan lima buah pilihan jawaban.

3.8

Analisis Data


(49)

Analisis tahap awal digunakan untuk mengetahui keadaaan awal populasi. Pada analisis tahap awal digunakan tiga uji, yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata kelas-kelas dalam populasi.

3.8.1.1Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak normal dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik.Rumus yang digunakan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut:

Keterangan: = chi kuadrat

Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan

K = banyaknya kelas

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

H diterima jika hitung2 2(1 )(k 3)dengan taraf signifikan 5% dan derajat

kebebasan (k-3), yang berarti bahwa distribusi data normal (Sudjana, 2005:273).

3.8.1.2Uji Homogenitas Populasi

Syarat digunakannya teknik cluster random sampling ialah apabila semua kelas yang ada dalam populasi memiliki homogenitas yang sama dan memiliki rata-rata yang sama. Oleh Karena itu sebelum teknik cluster random sampling


(50)

digunakan, maka dilakukan uji homogenitas populasi dan uji kesamaan rata-rata.Uji kesamaan homogenitas dilakukan dengan uji Bartlett. Rumusnya sebagai berikut:

] log ) 1 ( )[

10

(ln 2

2

i

i S

n B

Keterangan:

Si2 = variansi masing-masing kelas S = variansi gabungan

ni = banyaknya anggota dalam kelas/kelas B = koefisien Bartlett

χ2

= harga konsultasi homogenitas sampel (Sudjana 2006: 263)

Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:

H : populasi memiliki varians yang tidak berbeda (฀12 = ฀22 = ... = ฀n2)

H diterima jika ฀2hitung<฀2tabel (1-฀ )(k-1) (taraf signifian 5%). Hal ini berarti varians dari populasi tidak berbeda satu dengan yang lain (homogenitasya sama). Untuk nilai selain itu tolak H.

3.8.1.3Uji Kesamaan Rata-rata antar Kelas dalam Populasi (Uji ANAVA) Uji ini dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari kelas-kelas dalam populasi. Hipotesis yang diajukan:


(51)

H : tidak ada perbedaan rata-rata kondisi awal populasi (μ1 = μ2 =….= μn) A : terdapat minimal satu tanda tidak sama dengan (μ1 ≠ μ2 =….=μn)

Pengujiannya dilakukan dengan uji F menggunakan bantuan tabel F dengan analisis varians sebagai berikut:

Tabel 3.12 Ringkasan ANAVA Satu Jalur

Sumber Variasi Dk JK KT F

Rata-rata 1 Ry R = Ry / 1

Antar kelompok k-1 Ay A = Ay / (k-1)

Dalam kelompok ∑(ni-1) Dy D = Dy / ∑(ni-1)

Total ∑ni ∑Y2 - -

Keterangan:

(1) Ry = jumlah kuadrat rata-rata

(2) Ay = jumlah kuadrat antar kelompok

(3) JKtot = jumlah kuadrat total

(4) Dy = Jumlah kuadrat dalam kelompokDy = Jktot – RY – AY (5) R = Kuadrat tengah ratarata

(6) A = Kuadrat tengah antar kelompok (7) D = Kuadrat tengah dalam kelompok


(52)

Kriteria pengujiannya adalah H diterima jika Fhitung< Ftabel฀ (k-1) (n-k).

3.8.2 Analisis Data Tahap Akhir

Setelah kedua kelompok mendapat perlakuan yang berbeda kemudian diadakan tes akhir (post-test) yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. 3.8.2.1Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui kenormalan data dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistik parametrik atau non parametrik. Hipotesis yang diajukan:

H : data berdistribusi normal A : data tidak berdistribusi normal

Uji normalitas data akhir menggunakan rumus, langkah-langkah, dan kriteria pengujian sama seperti uji normalitas pada analisis data tahap awal.

3.8.2.2Uji Kesamaan Dua Varians

Uji kesamaan dua varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II mempunyai tingkat varians yang sama (homogenitas sama) atau tidak. Uji kesamaan dua varians bertujuan pula untuk menentukan rumus t-test yang digunakan dalam uji hipotesis akhir.

Pasangan hipotesis yang akan diuji:

H : A :

Keterangan:


(53)

= varians kelas eksperimen II

Rumus yang digunakan adalah:

(Soeprodjo, 2012:67)

Kriteria pengujian ialah H diterima jika harga F0,975(v1;v2)<F < F0,025(v1;v2) (dengan derajat kebebasan v1 = n1-1 dan v2 = n2-1 yang berarti varians data kelompok eksperimen I sama dengan varians data kelompok II sehingga rumus yang digunakan dalam uji perbedaan dua rata-rata adalah rumus t. Untuk nilai selain itu H ditolak.

3.8.2.3Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dua pihak dan uji perbedaan dua rata-rata-rata-rata satu pihak kiri. Data yang digunakan yaitu nilai hasil belajar kognitif (post test) antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II.

3.8.2.3.1 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II.

Pasangan hipotesis yang diajukan: H :


(54)

: rata-rata hasil belajar kimia kelas eksperimen I : rata-rata hasil belajar kimia kelas eksperimen II

(Sugiyono, 2006: 118)

Pengajuan hipotesis:

(1) Jika varians kedua kelompok sama, maka rumus uji t yang digunakan:

Dengan , dk = n1 + n2 - 2

Keterangan:

1 = rata-rata nilai post test kelompok eksperimen I 2 = rata-rata nilai post test kelompok eksperimen II n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen I

n2 = jumlah siswa kelompok eksperimen II = varians data kelompok eksperimen I = varians data kelompok eksperimen II

= varians gabungan (Sudjana, 2006:239)

Kriteria pengujian sebagai berikut:

H diterima apabila– t(1-1/2α)(n1 +n2-2)< thitung< t(1-1/2α)(n1 +n2-2) (taraf signifikan 5%). Hal ini berarti tidak ada perbedaan hasil belajar kimia antara kelompok eksperimen I dengan kelompok eksperimen II. Untuk nilai selain itu tolak H.


(55)

(2) Jika varians kedua kelompok berbeda (S12 S22), maka rumus uji t yang digunakan adalah:

(Sudjana, 2006: 241) Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

H diterima jika

dengan

Keterangan:

= rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen I = rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen II n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen I

n2 = jumlah siswa kelompok eksperimen II S1 = simpangan baku kelompok eksperimen I S2 = simpangan baku kelompok eksperimen II S = simpangan baku gabungan

Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen I tidak lebih baik dari rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen II. Untuk nilai selain itu H ditolak.


(56)

3.8.2.3.2 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar kelas eksperimen I lebih baik dari pada kelas eksperimen II. Tahapan uji ini sama dengan uji perbedaan dua rata-rata dua pihak, yang berbeda adalah hipotesis yang digunakan yaitu sebagai berikut:

H :µ1≥ µ2 A : µ1< µ2 (Soeprodjo, 2012:69-70)

(1) Jika varians kedua kelompok sama, maka rumus

uji t yang digunakan adalah:

Dengan

Keterangan:

1 = nilai rata-rata kelompok eksperimen I 2 = nilai rata-rata kelompok eksperimen II

n1 = banyaknya subyek pada kelompok eksperimen I n2 = banyaknya subyek pada kelompok eksperimen II

= varians data pada kelompok eksperimen I = varians data pada kelompok eksperimen II

= varians gabungan (Soeprodjo, 2012:70-71)

Kriteria pengujiannya adalah terima H jika t ≥ -t1-α(taraf signifikan 5%), dimana t1-α didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1+n2-2).


(57)

(2) Jika varians kedua kelompok berbeda, maka rumus uji t yang digunakan adalah:

Kriteria yang digunakan terima H jika:

Dengan

Peluang untuk penggunaan daftar distribusi t adalah (1-α), sedangkan dk nya masing-masing (n1-1) dan (n2-2) (Sudjana, 2005: 245).

3.8.2.4Uji Ketuntasan Hasil Belajar ( Sebagai Uji Pelengkap )

Uji ketuntasan hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar kimia pada kedua kelas eksperimen. Data yang digunakan dalam uji ini adalah nilai post test kimia materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa kelas XI semester 2 SMA Kesatrian 1 Semarang tahun ajaran 2013/2014. Hipotesis yang diuji dalam analisis:

H :µ ≥ 75 A : µ < 75


(58)

Rumus t yang digunakan:

(Sudjana, 2006:227) Keterangan:

µ0 = rata-rata batas ketuntasan belajar s = standar deviasi

n = banyaknya siswa

= rata-rata nilai yang diperoleh

Kriteria pengujian adalah H diterima jikathitung ≥ t(1-α)(n-1). Untuk selain itu tolak H.

Masing-masing kelompok eksperimen selain dihitung ketuntasan belajar individu juga dihitung ketuntasan belajar klasikal (keberhasilan kelas).Menurut Djamarah (2010:108) keberhasilan kelas dapat dilihat dari sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu. Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan klasikal ialah sebagai berikut:

Keterangan:

n = jumlah seluruh siswa


(59)

3.8.2.5Analisis Deskriptif untuk Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Pada analisis tahap akhir digunakan data belajar efektif dan psikomotorik. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui nilai efektif dan psikomotorik siswa baik kelompok eksperimen I maupun kelompok eksperimen II.


(60)

49

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

Hasil Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan di SMA Kesatrian 1 Semarang kelas XI IPA pada bulan April dengan materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Sampel ditentukan dengan teknik cluster random sampling diperoleh dua kelas yang digunakan sebagai sampel yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen I (XI IPA 4) dengan jumlah siswa 30 siswa dan satu kelas sebagai kelas eksperimen II (XI IPA 3) dengan jumlah siswa 32 siswa.

Masing-masing kelas diberi perlakuan yaitu proses pembelajaran dan post test. Perbedaan pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II ini terdapat pada metode pembelajaran yang digunakan. Kelas eksperimen I diberi metode Think Pair Share dan kelas eksperimen II diberi metode Snowball Throwing.

Hasil penelitian dapat diketahui dengan melakukan analisis data yang diperoleh dari data hasil penelitian. Dari hasil analisis tersebut diketahui apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima.

4.2.1. Hasil Analisis Tahap Awal

Hasil analisis data tahap awal digunakan untuk mengetahui keadaaan awal populasi. Selain itu, hasil analisis data tahap awal ini juga sebagai syarat untuk teknik pengambilan sampel secara cluster random sampling. Pada analisis tahap


(61)

awal digunakan tiga uji, yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata kelas-kelas dalam populasi. Data awal populasi kelas XI IPA yang berjumlah 3 kelas disajikan pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Data Awal Populasi

Kelas N Rata-rata SD Skor

Tertinggi

Skor Terendah

XI IPA 3 32 58,313 11,707 84 37

XI IPA 4 30 55,533 16,118 84 25

XI IPA 5 30 52,433 17,899 92 21

(Sumber: Administrasi kesiswaan SMA Kesatrian 1 Semarang tahun pelajaran 2013/2014)

4.2.2.1. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak normal dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Hasil perhitungan uji normalitas data tahap awal disajikan pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Awal No. Kelas χ2hitung χ2tabel Kriteria

1 XI IPA 3 5,7042 7,815 Berdistribusi normal

2 XI IPA 4 1,6660 7,815 Berdistribusi normal

3 XI IPA 5 3,4801 7,815 Berdistribusi normal

(Sumber: olah data hasil penelitian)

Berdasarkan uji normalitas data populasi diperoleh χ2hitung ≤ χ2tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua kelas telah berdistribusi normal sehingga memenuhi syarat dalam menentukan uji statistika yang digunakan yaitu menggunakan uji statistik parametrik.. Perhitungan uji normalitas data tahap awal terdapat pada lampiran 14.


(62)

4.2.2.2. Hasil Uji Homogenitas Populasi

Teknik cluster random sampling dapat digunakan apabila data memiliki kualitas yang sama, salah satunya memiliki homogenitas yang sama. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh χ2hitung = 5,492 dan χ2tabel = 5,99 sehingga diperoleh χ2hitung < χ2tabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa populasi memiliki homogenitas yang sama sehingga pengambilan sampel dapat dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15. 4.2.2.3. Hasil Uji Kesamaan Rata-rata antar Kelas dalam Populasi (Uji Anava)

Uji kesamaan rata-rata antar kelas dalam populasi dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari populasi yang ada. Berdasarkan hasil analisis uji kesamaan rata-rata keadaan awal populasi diperoleh Fhitung = 1,130 dan Ftabel = 3,099 sehingga Fhitung < Ftabel. Dengan demikaian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata dari ketiga anggota populasi tersebut. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16.

4.2.2. Hasil Analisis Tahap Akhir

Hasil analisis tahap akhir merupakan hasil pengujian terhadap data yang diperoleh dari tes hasil belajar yang diberikan pada dua kelas sampel setelah diberi perlakuan pembelajaran yang berbeda. Pada penelitian ini, data yang diperoleh yaitu data hasil belajar kognitif setelah perlakuan (post test).

Uji yang dilakukan pada tahap ini yaitu uji normalitas, uji kesamaan dua varians, uji hipotesis menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dua pihak dan uji perbedaan dua rata-rata satu pihak kiri, dan uji ketuntasan hasil belajar sebagai uji pelengkap.


(63)

4.2.2.1. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistik parametrik atau non parametrik. Hasil perhitungan uji normalitas data post test disajikan pada Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Post Test No. Kelas χ2hitung χ2tabel Kriteria

1 Eksperimen I 7,6821 7,81 Berdistribusi normal 2 Eksperimen II 6,7693 7,81 Berdistribusi normal (Sumber: olah data hasil penelitian)

Berdasarkan perhitungan diperoleh χ2hitung kelas eksperimen I dan eksperimen II masing-masing 7,6821 dan 6,7693. Untuk α = 5% dengan dk = 3, diperoleh χ2tabel 7,81. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa χ2hitung < χ2tabel sehingga H diterima yang berarti data berdistribusi normal, sehingga uji selanjutnya memakai satatistik parametrik. Perhitungan uji normalitas data post test terdapat pada lampiran 18.

4.2.2.2. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians

Uji kesamaan dua varians data post test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan varians pada kelas sampel. Hasil uji kesamaan varians data post test dari kelas eksperimen I dan eksperimen II disajikan dalam tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test Data Fhitung F0,975(33;33) F0,025(33;33) Kriteria

Post

test 1,189 0,48 2,07

Kedua kelompok mempunyai varians yang sama (Sumber: olah data hasil penelitian)

Berdasarkan hasil perhitungan data post test diperoleh harga Fhitung =1,189, F0,975(33;33) = 0,48, dan F0,025(33;33) = 2,07. Oleh karena itu F0,975(33;33) < F <


(64)

F0,025(33;33) sehingga H diterima yang berarti kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II memiliki varians yang sama. Pehitungan uji kesamaan dua varians post test terdapat pada lampiran 19.

4.2.2.3. Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t dua pihak dan uji t satu pihak kiri. Uji t dua pihak dan uji t satu pihak kiri dipilih karena data berdistribusi normal.

4.1.2.4.1. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II. Hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata dua pihak data post test disajikan dalam tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak Data Post Test Uji t Rata-rata kelas thitung ttabel Keterangan

Eksperimen 1 Eksperimen 2

Post test 78,53 71,78 2,657 2,00 Berbeda signifikan

(Sumber: olah data hasil penelitian)

Berdasarkan perhitungan uji perbedaan rata-rata post test antara kelas

eksperimen I dengan kelas eksperimen II, diperoleh thitung = 2,657 dan ttabel = 2,00. Karena berdasarkan analisis data menunjukkan thitung > ttabel, maka H

ditolak yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II setelah kedua kelas tersebut diberi perlakuan yang berbeda. Perhitungan uji t dua pihak data post test terdapat pada lampiran 20.


(65)

4.1.2.4.2. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri (Uji Satu Pihak) Uji t satu pihak kiri digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan bahwa rata-rata nilai post test kelas eksperimen I lebih baik dari kelas eksperimen II. Hasil uji satu pihak dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri Kelas Rata-rata Varians dk thitung ttabel Kriteria Eksperimen I 78,53 108,94

60 2,66 1,671 Kelas eksperimen I lebih baik Eksperimen II 71,78 91,60

(Sumber: olah data hasil penelitian)

Berdasarkan perhitungan uji perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II, diperoleh thitung = 2,66 dan ttabel = 1,671. Karena thitung > ttabel maka H diterima yang berarti bahwa rata-rata kelas eksperimen I lebih baik dari kelas eksperiemen II sehingga hasil belajar dengan menggunakan metode Think-Pair-Share lebih baik dari metode Snowball Throwing. Perhitungan uji t satu puhak kiri data post test terdapat pada lampiran 21.

4.1.2.4.3. Uji Ketuntasan Hasil Belajar

Hasil Perhitungan uji ketuntasan hasil belajar individu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II disajikan pada Tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Individu Kelas Rata-rata kelas thitung ttabel Kriteria

Eksperimen I 78,53 1,854 1,70 Tuntas

Eksperimen II 71,78 -1,902 1,696 Belum tuntas

(Sumber: olah data hasil penelitian)

Berdasarkan uji ketuntasan belajar individu kelas eksperimen I diperoleh thitung > ttabel yang berarti kelas eksperimen I mencapai ketuntasan belajar individu, sedangkan kelas eksperimen II diperoleh thitung < ttabel yang berarti kelas


(66)

eksperimen II belum mencapaiketuntasan belajar individu. Sementara itu, hasil uji ketuntasan belajar secara klasikal kedua kelas terdapat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Klasikal

Kelas Jumlah

siswa

Rata-rata kelas

Jumlah

siswa ≥ 75 % ketuntasan belajar Kriteria

Eksperimen I 30 78,53 23 77% Tuntas

Eksperimen II 32 71,78 16 50% Belum

(Sumber: olah data hasil penelitian)

Berdasarkan hasil analisis tersebut, kelas eksperimen I mencapai ketuntasan belajar klasikal dengan persentase ketuntasan belajarnya sebesar 77%. Sedangkan pada kelas eksperimen II belum mencapai ketuntasan klasikal karena persentase ketuntasan belajarnya sebesar 50%. Hal tersebut menandakan belum ada 75% dari jumlah siswa yang ada dikelas tersebut yang mencapai ketuntasan individu. Analisis ketuntasan hasil belajar dapat dilihat pada lampiran 22 dan 23. 4.2.2.4. Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik 4.1.2.4.1. Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Afektif

Penilaian afektif dilakukan untuk mengetahui perbedaan aktifitas siswa kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Terdapat 4 aspek pada ranah afektif yang digunakan untuk menilai aktifitas siswa. Tiap aspek dianalisis sacara diskriptif yang bertujuan untuk mengetahui aspek mana yang dimiliki siswa untuk dibina dan dikembangkan. Hasil analisis reliabilitas aspek penilaian afektif sebesar 0,73. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 25. Nilai afektif kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dapat dilihat pada tabel 4.9


(67)

Tabel 4.9 Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II

No Aspek Kelas eksperimen I Kelas Eksperimen II Nilai Kategori Nilai Kategori

1 Bertanya 114 Sangat Baik 89 Baik

2 Menyumbangkan ide

93 Baik 94 Baik

3 Menjadi pendengar yang baik

105 Baik 101 Baik

4 Bekerjasama 109 Baik 111 Baik

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen I terdapat 1 aspek yang mencapai kriteria sangat baik dan 3 aspek yang mencapai kriteria baik, sedangkan pada kelas eksperimen II keempat aspek mencapai kriteria baik. Perbandingan skor penilaian aspek afektif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Penilaian afektif Keterangan :

1 = Bertanya

2 = Menyampaikan pendapat 3 = Mendengarkan


(68)

4.1.2.4.2. Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Psikomotorik

Penilaian aspek psikomotorik diperoleh dari hasil observasi terhadap siswa pada saat praktikum. Ranah psikomotorik yang digunakan untuk menilai ada 5 aspek. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama pembelajaran dengan menggunakan instrumen berupa lembar obsevasi psikomotorik, diperoleh hasil reliabilitas intrumen penilaian psikomotorik sebesar 0,79. Perhitungan reliabitas aspek psikomotorik terdapat pada lampiran 28. Nilai psikomotorik kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II pada tiap-tiap aspek dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil Nilai Psikomotorik

No Aspek Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II

Nilai Kategori Nilai Kategori 1 Persiapan siswa dalam

melaksanakan praktikum

149 Sangat Baik

135 Baik 2 Kemampuan siswa dalam

bekerja sama dengan kelompok

110 Baik 110 Baik

3 Kecakapan siswa dalam melakukan percobaan

113 Baik 113 Baik

4 Kebersihan dan kerapian tempat serta alat

percobaaan

142 Sangat Baik

133 Baik

5 Kemampuan siswa dalam membuat laporan

115 Baik 112 Baik

Dari hasil analisis, dapat dilihat bahwa nilai psikomotorik pada kelas eksperimen I terdapat 2 aspek mencapai nilai kategori sangat baik, sedangkan 3 aspek lain mencapai kategori baik. Pada kelas eksperimen II, 1 aspek mencapai kriteria sangat baik,dan 4 aspek mencapai kriteria baik. Hasil analsis penilaian psikomotorik antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II disajikan pada Gambar 4.2.


(69)

Gambar 4.2 Penilaian Psikomotorik

Keterangan : 1 = Persiapan 2 = Bekerjasama 3 = Kecakapan 4 = Kebersihan 5 = Membuat laporan

4.2.

Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kesatrian 1 Semarang. Populasi penelitian kelas XI program studi IPA yang terdiri atas tiga kelas yaitu kelas XI IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA 5. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui:

(1) Perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model Think Pair Share dengan model Snowball throwing materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMA Kesatrian 1 Semarang.


(1)

Lampiran 27

PEDOMAN PENYEKORAN ASPEK PSIKOMOTORIK SISWA

No. Aspek Skor Kriteria

1. Persiapan siswa dalam melaksanakan

praktikum

5 Membawa buku pedoman praktikum, membawa buku kimia lain, membuat rancangan praktikum dan menyelesaikan lembar prediksi

4 Tidak melaksanakan satu diantaranya 3 Tidak melaksanakan dua diantaranya 2 Tidak melaksanakan tiga diantaranya 1 Tidak melaksanakan semuanya. 2. Kemampuan siswa

dalam bekerja sama dengan kelompok

5 Siswa mampu bekerja sama dengan memberi bantuan kepada anggota kelompoknya maupun anggota kelompok lain

4 Siswa hanya mampu memberi bantuan kepada kelompokknya jika sedang sibuk 3 Siswa mampu memberi bantuan kepada

anggota kelompoknya dan anggota kelompok lain jika tidak sibuk

2 Siswa mampu memberi bantuan kepada anggota kelompoknya jika tidak sibuk 1 Siswa tidak mau memberi bantuan

kepada siapapun 3. Kecakapan siswa dalam

melakukan percobaan

5 Siswa mampu melakukan percobaan tanpa bantuan guru dan temannya

4 Siswa mampu melakukan percobaan setelah mendapat bantuan dari guru 3 Siswa mampu melakukan percobaan

setelah mendapat bantuan dari temannya 2 Siswa mampu melakukan percobaan

setelah mendapat bantuan dari guru dan temannya.

1 Siswa tidak mampu melakukan percobaan

4. Kebersihan dan kerapian tempat serta alat percobaan

5 Membersihkan dan merapikan kembali tempat kerja dan alat tanpa perintah guru 4 Membersihkan dan merapikan kembali

tempat kerja dan alat setelah diperintah guru.

3 Hanya membersihkan kembali tempat kerja dan alat

2 Hanya marapikan kembali tempat kerja saja


(2)

1 Tidak membersihkan dan merapikan kembali tempat kerja dan alat.

5. Kemampuan siswa dalam membuat laporan

5 Siswa mampu membuat pembahasan dan simpulan dengan benar tanpa bantuan dari guru.

4 Siswa mampu membuat simpulan dengan benar tanpa bantuan dari guru

3 Siswa mampu membuat pembahasan tanpa bantuan dari guru.

2 Siswa mampu membuat pembahasan dan simpulan dengan benar setelah mendapat bantuan dari guru.

1 Siswa tidak dapat membuat simpulan dan pembahasan dengan benar


(3)

(4)

A B C

1 24 25 24 73 5329

2 23 24 24 71 5041 VARIASI JK db MK

3 24 23 25 72 5184 JKT 147,9896 95 4 23 24 24 71 5041 JK antar rater7,270833 2

5 21 21 22 64 4096 JKs 114,6563 31 3,69859 6 22 23 23 68 4624 JKr 26,0625 62 0,42036

7 23 24 24 71 5041 r11

8 24 24 23 71 5041 r11

9 22 23 23 68 4624 10 24 24 25 73 5329 11 24 24 23 71 5041 12 23 25 25 73 5329 13 23 23 24 70 4900 14 21 22 22 65 4225 15 23 23 24 70 4900 16 21 21 22 64 4096 17 22 23 22 67 4489 18 20 21 21 62 3844 19 23 23 24 70 4900 20 21 21 20 62 3844 21 23 23 24 70 4900 22 22 23 22 67 4489 23 21 21 22 64 4096 24 21 23 22 66 4356 25 24 23 23 70 4900 26 22 24 25 71 5041 27 21 20 21 62 3844 28 23 24 24 71 5041 29 22 24 22 68 4624 30 24 23 23 70 4900 31 22 23 24 69 4761 32 22 23 22 67 4489

∑Xp 718 735 738 2191 150359

(∑xP)2 515524 540225 544644

JKT 50153 147,99

DB 95

JKTR 50012,3 7,27083

DB 2

JKS 50119,7 114,656

DB 31

JKR 26,0625

DB 62

0,72218521 0,886345053

RESPONDEN RATERS ∑Xp (∑xP)2


(5)

Lampiran 29

1 2 3 4 5

1 P-K01 5 4 4 5 3 21 sangat baik

2 P-K02 5 3 5 4 5 22 sangat baik

3 P-K03 5 4 3 5 5 22 sangat baik

4 P-K04 5 3 5 5 4 22 sangat baik

5 P-K05 5 4 5 5 3 22 sangat baik

6 P-K06 5 3 3 4 5 20 baik

7 P-K07 5 5 3 5 4 22 sangat baik

8 P-K08 4 3 3 5 3 18 baik

9 P-K09 5 5 3 5 4 22 sangat baik

10 P-K10 5 3 4 5 5 22 sangat baik

11 P-K11 5 3 3 4 4 19 baik

12 P-K12 5 4 3 5 3 20 baik

13 P-K13 5 3 5 5 4 22 sangat baik

14 P-K14 5 3 3 4 3 18 baik

15 P-K15 5 4 5 5 3 22 sangat baik

16 P-K16 5 3 4 5 4 21 sangat baik

17 P-K17 5 3 3 4 4 19 baik

18 P-K18 5 3 3 5 3 19 baik

19 P-K19 5 4 5 5 5 24 sangat baik

20 P-K20 5 3 4 4 3 19 baik

21 P-K21 5 3 3 5 4 20 baik

22 P-K22 5 4 4 4 4 21 sangat baik

23 P-K23 5 4 3 5 5 22 sangat baik

24 P-K24 5 3 4 4 4 20 baik

25 P-K25 5 4 3 5 3 20 baik

26 P-K26 5 4 5 5 4 23 sangat baik

27 P-K27 5 5 4 5 3 22 sangat baik

28 P-K28 5 4 3 5 4 21 sangat baik

29 P-K29 5 5 4 5 4 23 sangat baik

30 P-K30 5 4 4 5 3 21 sangat baik

149 110 113 142 115

Rata-rata 4,3823529 3,23529 3,32353 4,176471 3,38235 sangat baik baik baik sangat baik baik

Jumlah Skor Kriteria ANALISIS NILAI PSIKOMOTORIK SISWA EKSPERIMEN 1

Jumlah Kriteria


(6)

1 2 3 4 5

1 P-K01 5 4 4 5 3 21 sangat baik

2 P-K02 5 3 3 4 5 20 baik

3 P-K03 3 3 5 4 3 18 baik

4 P-K04 3 3 3 4 4 17 baik

5 P-K05 5 3 4 4 3 19 baik

6 P-K06 3 3 3 4 4 17 baik

7 P-K07 5 3 3 4 3 18 baik

8 P-K08 5 3 3 5 5 21 sangat baik

9 P-K09 5 3 5 5 4 22 sangat baik

10 P-K10 5 3 4 5 3 20 baik

11 P-K11 5 3 3 4 4 19 baik

12 P-K12 5 3 5 5 3 21 sangat baik

13 P-K13 5 3 3 4 3 18 baik

14 P-K14 4 5 3 5 3 20 baik

15 P-K15 4 4 3 3 3 17 baik

16 P-K16 5 3 4 5 4 21 sangat baik

17 P-K17 3 3 3 4 4 17 baik

18 P-K18 3 5 3 3 3 17 baik

19 P-K19 5 4 3 4 3 19 baik

20 P-K20 5 3 3 5 3 19 baik

21 P-K21 5 3 3 2 4 17 baik

22 P-K22 4 5 4 4 4 21 sangat baik

23 P-K23 4 4 3 5 4 20 baik

24 P-K24 2 3 4 4 4 17 baik

25 P-K25 2 3 3 4 3 15 cukup

26 P-K26 2 4 3 2 2 13 cukup

27 P-K27 5 3 5 5 3 21 sangat baik

28 P-K28 5 4 3 4 4 20 baik

29 P-K29 5 3 4 5 4 21 sangat baik

30 P-K30 5 4 4 5 3 21 sangat baik

31 P-K31 5 3 3 4 4 19 baik

32 P-K32 3 4 4 3 3 17 baik

135 110 113 133 112

3,97059 3,23529 3,32353 3,91176 3,29412

baik baik baik baik baik

ANALISIS NILAI PSIKOMOTORIK SISWA EKSPERIMEN II

Kriteria

Jumlah Kriteria

No Kode Siswa Aspek yang dinilai Jumlah Skor