apalagi saat siswa sedang berkompetisi dalam games atau tournament untuk itu guru harus lebih tegas dan bersuara lebih keras untuk mengkondisikan kelas.
4.2.3 Pembelajaran yang ada di SMA N 1 Sukorejo
Adanya kurikulum KTSP menuntut guru agar dalam pembelajaran siswa menjadi subjek belajar atau dengan kata lain siswa harus aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Pembelajran yang ada di SMA N 1 sukorejo sebelumnya memiliki komponen diskusi kelas, inquiry terbimbing dan demonstrasi kelas. Pada kelas
kontrol dibentuk pula kelompok-kelompok belajar untuk mengerjakan lembar diskusi. Kelompok-kelompok belajar tersebut berfungsi agar terjadi tukar
pengetahuan antar siswa dalam satu kelompok. Kelompok tersebut diberikan lembar diskusi sebagai materi diskusi kelompok kemudian kelompok siswa
diminta mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Setiap kelompok siswa diberi kesempatan unutk mempresentasikan hasil diskusi, baik secara sukarela
ataupun ditunjuk. Lembar diskusi bertujuan agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dituntut untuk menemukan jawaban dari masalah yang
disajikan. Hasil diskusi kelompok dipresentasikan sebagai bahan materi diskusi kelas disini guru membimbing siswa utuk mendapatkan teori yang benar. Saat
kegiatan diskusi kelas siswa dilatih untuk dapat mengajukan pertanyaan, mengajukan pendapat serta menjawab pertanyaan dengan fasih, fleksibel dengan
bahasanya sendiri sehingga dapat melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. Selain diskusi dilakukan juga demonstrasi kelas, guru melakukan
demonstrasi kelas dengan meminta partisipasi siswa yaitu siswa maju membantu guru mendemonstrasikan percobaan atau mengamati hasil demonstrasi meskipun
tidak disemua kesempatan, hal tersebut bertujuan agar aspek psikomotorik dan afektif siswa ikut berkembang. Demonstrasi kelas yang dilakukan antaralain:
percobaan untuk menganalisis perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi. Berikut beberapa hasil dokumentasi proses pembelajaran di kelas kontrol.
Gambar 4.7 Siswa kelas kontrol mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas
Gambar 4.8. Kelompok-kelompok belajar di kelas kontrol. Pertemuan di kelas kontrol juga tidak berbeda dengan kelas eksperimen
yaitu 5 kali pertemuan kegiatan pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk test evaluasi. Model pembelajaran di kelas kontrol yaitu pembelajran yang ada di
SMA N 1 Sukorejo lebih menitik beratkan pada kegiatan diskusi kelas. Pada
pertemuan pertama siswa masih banyak yang menyerahkan tugas atau mengerjakan lembar diskusi kepada sebagian anggota kelompok, disiplin waktu
juga masih sangat rendah begitu juga saat diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi siswa masih enggan untuk maju. Guru meminta siswa untuk melakukan
studi pustaka dirumah sehingga saat proses pembelajaran tidak banyak waktu yang terbuang. Pada pertemuan ke-2 belum nampak perubahan yang terjadi,
pertemuan ke-3 dan ke-4 peneliti memberikan kegiatan percobaan sederhana disini dapat terlihat siswa menjadi lebih antusias, siswa mulai terbiasa melakukan
kegiatan diskusi siswa juga mulai berani untuk mempresentasikan hasil diskusi, di akhir pembelajaran guru juga memberikan kuis siswa yang dapat menjawab akan
mendapat nilai. Pada pertemuan terakhir kegiatan diskusi sudah berjalan lancar siswa mampu menanggapi atau memberi pertanyaan meskipun masih belum
merata dalam satu kelas, meskipun ketrampilan dalam melakukan kegiatan percobaan fisika masih belum begitu terasah namun siswa sudah mendapat
pengalaman melakukan kegiatan percobaan sehingga sedikit banyak membantu siswa untuk melatih kemampuan berpikir kreatif serta ketrampilan siswa.
Dengan adanya KTSP menuntut adanya model pembelajaran yang dapat membuat siswa berpartisipasi aktif. Salah satu komponen dalam pembelajaran
yang selama ini diterapkan di SMA N 1 sukorejo adalah adanya demonstrasi maka dari itu peneliti berusaha mengoptimalkan kegiatan tersebut yaitu dengan cara
melibatkan siswa dalam kegiatan demonstrasi baik sebagai pelaku maupun pengamat dari kegiatan demonstrasi tersebut siswa dalam kelompok dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam lembar diskusi. Selanjutnya hasil diskusi
araf ketuntasan =3,84 d
Dari hasil a = 1 64
lisis uji ntasan indi
maka d
=0,19 den −
= 1 64 rima dan uji ket
− z untasan
maka as
tersebut akan dipresentasikan di depan kelas. Selain itu peneliti memberikan komponen tambahan seperti tugas rumah dan kuis di akhir pembelajaran, di akhir
pekan siswa diberikan latihan soal berupa beberapa pertanyaan yang dapat menggali tidak hanya sekedar materi tetapi juga dapat melatih kemampuan
berpikir kreatif. Hasil penelitian menunjukan tercapainya ketuntasan belajar baik ketuntasan individual dan klasikal siswa.
Analisis data akhir kemampuan berpikir kreatif dan aspek kognitif kelas kontrol tuntas secara individual dengan standart ketuntasan individual skor
68 dan klasikal dengan standart t
75. na
ketu vi ual didapat
engan t
, t
t H dite
kl ikal Z
gan Z
, Karena
z H diterima. Sehingga dapat
dikatakan kelas kontrol tuntas secara individual dan klasikal dengan ketuntasan 76,34. Namun nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dan
proporsi ketuntasan kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol. Beberapa kelebihan model pembelajaran TGT berbasis percobaan fisika dibandingkan
dengan model pembelajaran yang ada di SMA N 1 Sukorejo : 1. Pada pembelajaran dengan pembelajaran yang ada di SMA N 1
Sukorejo Siswa dituntut untuk menggali pengetahuan mereka sendiri sehingga disini mereka harus memiliki kreatifitas dan insiatif yang
lebih besar. Tugas yang berat tersebut membutuhkan motivasi dari dalam ataupun luar individu, namun motivasi kurang didapat dari luar
individu seperti adanya reward. Pada model pembelajaran TGT
berbasis percobaan fisika siswa diberikan reward sehingga memacu siswa untuk berkompetisi, secara tidak langsung hal tersebut memecu
motivasi siswa. Adanya motivasi belajar yang lebih baik maka hasil belajar yang didapat siswa juga lebih baik.
2. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar dengan model TGT berbasis percobaan fisika berkembang lebih baik daripada siswa yang
diajar dengan model pembelajaran yang ada di SMA N 1 Sukorejo. Hal tersebut dikarenakan pada model pembelajaran TGT berbasis
percobaan fisika siswa dihadapkan dengan serangkaian kegiatan seperti kegiatan percobaan fisika dalam pembelajaran, games dan
tournament. Dengan serangkaian kegiatan tersebut siswa sering
menjumpai beberapa persoalan. Persoalan yang dihadapi siswa menuntut siswa untuk berinisiatif mencari solusi, sehingga siswa
menjadi terlatih
untuk memiliki
beberapa alternatif
cara menyelesaikannya. Pada pemebelajaran yang ada di SMA N 1
Sukorejo intensitas persoalan yang dihadapi siswa lebih sedikit. 3. Kelompok-kelompok belajar yang dibuat oleh guru, membutuhkan
tanggung jawab yang cukup besar dari masing-masing individu untuk dapat menyelesaikan tugas secara bersama-sama, tidak hanya
mengandalkan beberapa orang dari kelompok tersebut, namun pada model pembelajaran yang ada di SMA N 1 Sukorejo ketika diberikan
tugas diskusi beberapa siswa masih mengandalkan beberapa anggotanya saja untuk menyelesaikan tugas. Pada pembelajaran TGT
berbasis percobaan fisika kegiatan praktikum, games ataupun tournament sangat membutuhkan tanggung jawab dari masing-masing
individu kerena banyak tugas yang harus dilakukan. Keadaan tersebut membutuhkan manejeman waktu yang baik agar tidak banyak waktu
terbuang dalam serangkaian kegiatan belajar maka seluruh anggota kelompok dituntut untuk dapat bekerja. Contoh: saat praktikum banyak
hal yang harus dilakukan seperti menyiapkan alat, merangkai, mengamati, mengukur , menganalisis dan menyampaikan hasil
pekerjaan yang dilakukan sehingga setiap anggota siswa secara tidak langsung dipaksa bekerja, apalagi saat games atau tournament mereka
terikat pada batasan waktu hal tersebut memaksa setiap anggota kelompok berpartisipasi.
4. Kegiatan percobaan fisika di kelas eksperimen lebih sering dilakukan dibandingkan di kelas kontrol. sehingga kemampuan psikomotorik
siswa siswa yang diajar dengan model pembelajaran TGT berbasis percobaan fisika lebih baik dari siswa yang diajar dengan model
pembelajaran yang ada di SMA N 1 Sukorejo Dengan dioptimalkannya model pembelajaran yang ada di SMA N 1 Sukorejo
siswa dapat mencapai ketuntasan belajar baik secara klasikal dan individual, namun perlu disadari bahwa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal perlu
diadakan perubahan-perubahan. Salah satu perubahan yang perlu dilakukan adalah adanya model pembelajaran yang lebih kooperatif, sehingga aktifitas belajar siswa
lebih banyak. Aktifitas belajar yang lebih banyak dan variatif diharapkan dapat
mengasah berbagai ketrampilan dan kemampuan siswa selain kemampuan kognitif siswa.
4.2.4 Aspek afektif siswa