21
dimana jasa dan modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan dan kerugian yang diperoleh yang didasarkan pada akad. Prinsip utama dari akad ini adalah
keadilan antara pemberi modal dan pemakai modal. Prinsip ini berlaku baik bagi debitur maupun kreditur.
2.3.3 Sistem Bagi Hasil vs Sistem Bunga
Di dalam sistem perbankan konvensional banyak unsur-unsur yang bertentangan dengan ajaran Islam, unsur yang paling sering diperbincangkan
adalah penerapan sistem bunga kepada para nasabahnya, baik yang menabung maupun yang meminjam uang. Bunga bank dari transaksi dalam hukum Islam
adalah haram, karena termasuk dalam kategori riba, dalam sistem bunga terdapat pihak yang menderita kerugian, namun di pihak lain mendapat keuntungan atas
kerugian tersebut. Sebagai alternatif sistem bunga dalam ekonomi konvensional, ekonomi
Islam menawarkan sistem bagi hasil profit and loss sharing, ketika pemilik modal surplus spending unit bekerja sama dengan pengusaha deficit spending
unit untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila kegiatan usaha menguntungkan,
keuntungan dibagi berdua, dan apabila kegiatan usaha menderita kerugian, kerugian ditanggung bersama. Sistem bagi hasil menjamin adanya keadilan dan
tidak ada pihak yang tereksploitasi. Sistem bagi hasil dapat berbentuk musyarakah atau mudharabah dengan berbagai variasinya.
Pada perekonomian konvensional, sistem riba, flat money, comodity money, fractional reserve system
dalam perbankan, dan pembolehan spekulasi menyebabkan penciptaan uang kartal dan giral dan tersedotnya uang di sektor
moneter untuk mencari keuntungan tanpa resiko. Akibatnya, uang atau investasi yang seharusnya tersalur ke sektor riil untuk tujuan produktif sebagian besar lari
ke sektor moneter dan menghambat pertumbuhan bahkan menyusutkan sektor riil dan penciptaan uang tanpa nilai tambah akan menimbulkan inflasi. Pada akhirnya
pertumbuhan ekonomi yang menjadi tujuan akan terhambat. Untuk melihat perbedaan antara sistem bunga dan bagi hasil dapat dilihat pada Tabel 4.
22
Tabel 4 . Perbedaan Antara Sistem Bunga dan Bagi Hasil
Bunga Bagi hasil
1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad
dengan asumsi usaha akan selalu menghasilkan keuntungan.
2. Besarnya persentase didasarkan pada
jumlah danamodal yang dipinjamkan 3.
Bunga dapat mengambangvariabel, dan besarnya naik turun sesuai dengan naik
turunnya bunga patokan atau kondisi ekonomi
4. Pembayaran bunga tetap seperti yang
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah usaha yang dijalankan peminjam untung
atau rugi. 5.
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun keuntungan naik
berlipat ganda. 6.
Eksistensi bunga diragukan kalau tidak dikecam oleh semua agama
1. Penentuan besarnya rasionisbah bagi
hasil disepakati pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung
rugi. 2.
Besarnya rasio bagi hasil didasarkan pad jumlah keuntungan yang diperoleh.
3. Rasio bagi hasil tetap tidak berubah
selama akad masih berlaku, kecuali diubah atas kesepakatan bersama.
4. Bagi hasil bergantung pada keuntungan
usaha yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung
bersama oleh pihak bank dan debitur. 5.
Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan keuntungan
6. Tidak ada yang meragukan keabsahan
bagi hasil. Sumber: Ascarya 2007
Menurut Wibowo dan Widodo 2005, perbedaan bagi hasil dengan metode bunga dapat diuraikan sebagai berikut:
1 Upaya preventif menghadapi kredit bermasalah
a. Pada metode bagi hasil, saat nasabah mengalami kerugian, hal ini
merupakan indikasi bahwa nasabah mengalami inefesiensi usaha sehingga bank dapat menyarankan dengan segera upaya-upaya untuk
meningkatkan efisiensi melalui restrukturisasi biaya. b.
Pada metode bunga, Pada saat debitor mengalami kerugian, bank kurang transfaran untuk melihat indikasi inefisiensi usaha karena
kenaikan biaya dapat bersumber dari naiknya biaya bunga atau biaya lainnya. Bank baru mengetahui masalah yang dihadapi oleh debitur
saat debitur telah terlambat menunggak pembayaran. Bila debitur gagal panenusaha, maka akan timbul pembiayaan bermasalah yang dapat
berakhir dengan penyitaan 2
Moral hazard a.
Pada metode bagi hasil, Bank dapat langsung mengetahui masalah yang dihadapi oleh mudharib dalam pemasaran omset penjualan
maupun gejolak harga penjualan. Bila nasabah mengalami kegagalan
23
usahapanen, maka akan dibayar pada masa panen berikutnya sampai lunas.
b. Pada metode bunga, debitur tidak ada motivasi untuk berbohong
karena beban bunganya tetap sama apakah ia berbohong atau tidak. Bank hanya memberikan sanksi bagi yang menunggak tanpa
memberikan insentif setiap kali pembayaran angsuran 3
Resiko kerugian usaha a.
Metode bagi hasil, sejak awal yaitu pada saat realisasi pendapatan lebih kecil dari proyeksinya, penanganan masalah nasabah yaitu tidak
tercapainya proyeksi pendapatan cenderung sebagai tindakan mempertahankan imbalan bagi hasil bank, dan menyelamatkan aset
bank serta sekaligus menjaga kelangsungan usaha nasabah b.
Metode bunga, seluruh kerugaian adalah tanggungjawab debitur. Bank cenderung pasif mengantisipasi sejak awal kemungkinan terjadinya
kerugian nasabah. Bank baru aktif melakukan remedial setelah timbul masalah. Resiko kerugian bank diperkecil dengan usaha remedial.
Penanganan kredit bermasalah cenderung sebagai tindakan penyelamatan aset. Remedial bank cenderung sulit mendapatkan
kerjasama dari debitur untuk menyelesaikan utangnya.
2.4 Kajian- Kajian Empirik 2.4.1 Sumber-Sumber Kredit di Tingkat Petani