19
mudharabah , murabahah, bai assalam dan musyarakah. Produk mudharabah dan
murabahah lebih preferable sebagai pilihan utama dibandingkan produk
pembiayaan lainnya. Namun yang secara konsep sangat cocok untuk sektor pertanian adalah pembiayaan bai assalam.
2.2.4 Aplikasi Metode Bagi Hasil
Wibowo dan Widodo 2005, dalam konsep ekonomi syariah uang dipandang sebagai flow concept. Uang harus berputar dalam perekonomian dan
tidak mengenal metode time value of money karena metode ini menambahkan nilai kepada uang semata-mata dengan bertambahnya waktu dan bukan usaha.
Konsep ekonomi syariah justru mengenal money value of money, yaitu waktu memiliki nilai ekonomi dan manajemen moneter yang efisien dan adil tidak
didasarkan pada penerapan metode bunga. Pada bank syariah, kepentingan nasabah penyimpan dana, bank, dan
debitur, dapat diharmonisasikan karena dengan metode bagi hasil, kepentingan pihak ketiga tersebut paralel, yaitu memperoleh imbalan bagi hasil sesuai dengan
keadaan yang benar-benar terjadi. Untuk itu manajemen bank akan berusaha mengoptimalkan keuntungan pemakai dana.
2.3 Perbandingan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional 2.3.1 Persamaan Bank Syariah dan Konvensional
Wibowo dan Widodo 2005 menyebutkan, persamaan antara bank syariah dengan bank konvensional terletak pada salah satu tujuannya dalam mencari
keuntungan dan pelayanan masyarakat dalam lalulintas uang. Persamaan lainnya adalah dalam persaingan antarbank. Tanpa memandang bank syariah atau bank
konvensional, masyarakat cenderung memilih bank dengan pelayanan yang paling baik. Pada akhirnya, bank yang terbaik dalam memberikan layanan yang akan
memenangkan persaingan. Apalagi kalau melihat kondisi pasar perbankan di Indonesia, bahwa 80 persen nasabah penyimpan dana diperebutkan oleh 15 ribu
bank-bank besar, sedangkan 20 persen pasar nasabah penyimpan dana diperebutkan oleh lebih banyak lagi bank-bank kecil.
20
2.3.2 Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional
Perbedaan antara sistem pembiayaan syariah dan konvensional terletak pada landasan operasional, peran dan fungsi bank, distribusi risiko usaha dan
sistem pengawasan seperti dinyatakan pada Tabel 3.
Tabel 3 . Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional
No Uraian Bank
Konvensional Bank
Syariah 1 Landasan
operasional • Prinsip materialisme
• Komoditi yang diperdagangkan
• Instrumen imbalan terhadap pemilik uang
ditetapkan di muka menggunakan bunga
• Prinsip syariah • Uang hanya sebagai alat
tukar • Dilarang menggunakan
sistem bunga • Memakai cara bagi hasil
dari keuntungan jasa atau transaksi riil
2 Peran dan Fungsi Bank
• Sebagai penghimpun dana masyarakat dan
meminjamkan kembali ke masyarakat dalam
bentuk kredit dengan imbalan bunga
• Sebagai penyedia jasa pembayaran
• Menerapkan hubungan debitur kreditur antara
bank dengan nasabah • Sebagai penerima dana
titipan nasabah • Sebagai manajer
investasi • Sebagai penyedia jasa
pembayaran selama tidak bertentangan dengan
syariah • Sebagai pengelola dana
kebajikan • Menerapkan hubungan
kemitraan 3 Resiko
usaha • Resiko bank tidak ada
kaitannya dengan resiko debitur atau sebaliknya.
• Antara pendapatan bunga dengan beban
bunga dimungkinkan terjadi selisih negatif
• Dihadapi bersama antara bank dan nasabah
• Tidak mengenal negatif spread selisih negatif
4 Sistem pengawasan
• Tidak adanya nilai-nilai religius yang mendasari
operasional sehingga aspek moralitas
seringkali dilanggar Ada dewan Pengawas
Syariah, sehingga operasional bank syariah tidak
menyimpang dari syariah.
Sumber: Hosen 2006 Perbedaan paling mendasar terletak pada distribusi resiko usaha. Pada
sistem pembiayaan konvensional berbasis bunga, balas jasa modal ditentukan berdasarkan persentase tertentu dan risiko sepenuhnya ditanggung oleh salah satu
pihak. Untuk hal nasabah sebagai deposan, risiko sepenuhnya berada pada pihak bank dan sebaliknya apabila nasabah sebagai peminjam, risiko sepenuhnya berada
di tangan peminjam. Sementara pada sistem syariah ditetapkan sistem bagi hasil
21
dimana jasa dan modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan dan kerugian yang diperoleh yang didasarkan pada akad. Prinsip utama dari akad ini adalah
keadilan antara pemberi modal dan pemakai modal. Prinsip ini berlaku baik bagi debitur maupun kreditur.
2.3.3 Sistem Bagi Hasil vs Sistem Bunga