73
Tabel 30. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden menurut Alasan Belum
Pernah Mengakses LKS di Kecamatan Dramaga Tahun 2008
Tanaman Pangan Perikanan
Peternakan Alasan Belum Mengakses
LKS Jumlah Jumlah Jumlah
a. Tidak ada informasi dan pengetahuan tentang LKS
18 41,86
6 66,67
3 37,50
b. LKS sama saja dengan bank
Konvensional 20
46,51 2
22,22 4
50,00 c.Tidak ada informasi dan
pengetahuan tentang LKS dan LKS sama saja dengan
Bank konvensional 4
9,30 0,00
0,00 d.Tidak ada LKS dekat
tempat tinggal 1
2,33 0,00
0,00 e. Ketersediaan jaminan dan
penghasilan tidak menentu 0,00
1 11,11
1 12,50
Total 43 100,00
9 100,00
8 100,00
Dilain pihak, manajemen LKS yang terdapat di Kecamatan Dramaga dan sekitarnya masih memandang sektor pertanian pada subsistem usahatani sangat
beresiko dan penuh dengan ketidakpastian. Maka dari itu, kebijakan alokasi kredit untuk sektor pertanian pada subsistem usahatani pun nilainya sangat kecil. Lebih
jauh lagi mereka menuturkan bahwa pada umumnya petani yang terdapat di Kecamatan Dramaga meskipun memiliki lahan namun pada umumnya tidak
bersertifikat melainkan hanya berupa girig. Sehingga pada saat mengajukan pembiayaan seringkali girig tersebut tidak dapat dijaminkan. Selain itu
manajemen LKS beralasan bahwa dana yang dipergunakan bagi pembiayaan berasal dari dana pihak ketiga, sehingga dalam menyalurkan dana tersebut pihak
LKS dituntut untuk berhati-hati.
6.2.1 Daya Jangkau Petani Responden terhadap Lembaga Keuangan Syariah Dilihat dari Aspek Pendapatan
Salah satu indikator kelayakan yang dianalisa perbankan pada saat memberikan pembiayaan yaitu pendapatan petani. Pendapatan digunakan untuk
mengetahui gambaran secara umum mengenai struktur biaya usahatani, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan. Metode yang
digunakan dalam menghitung pendapatan usahatani yaitu dengan cara membandingkan antara pendapatan usahatani dari ketiga subsektor. Analisis
pendapatan usahatani ini menggunakan hasil pendapatan rata-rata atas biaya tunai
74
dan atas biaya total dari ketiga subsektor dalam satu tahun. Untuk subsektor peternakan dan subsektor perikanan dihitung berdasarkan hasil konversi terhadap
satuan luas lahan dalam hektar Ha. Sedangkan untuk subsektor peternakan dihitung berdasarkan hasil konversi kedalam per seribu ekor ayam. Hasil
penghitungan ini digunakan untuk melihat pengaruh pendapatan terhadap aksesibilitas dari setiap subsektor terhadap LKS dilihat dari pendapatan usahatani.
1 Biaya Usahatani
Komoditas yang banyak diusahakan oleh petani subsektor tanaman pangan umumnya terdiri dari padi, jagung, buncis, kacang panjang, bengkuang, ubi jalar,
ketela pohon, dan tanaman buah diantaranya jeruk, jambu klutuk dan pepaya. Komoditas yang diusahakan oleh petani subsektor perikanan yaitu ikan gurame,
mas dan bawal. Sedangkan pada subsektor peternakan yaitu mengusahakan ayam broiler pedaging.
Rata-rata lahan yang diusahakan oleh petani subsektor tanaman pangan seluas 0,5 Ha. Petani subsektor perikanan rata-rata mengusahakan lahan seluas 0,3
Ha. Sedangkan untuk petani subsektor peternakan besarnya usaha diukur berdasarkan jumlah ekor ayam yang diusahakan. Rata-rata jumlah ayam yang
diusahakan sebanyak 8625 ekor per periode. Masa tanam dan masa panen petani subsektor tanaman pangan untuk
petani yang mengusahakan padi, jagung, buncis, dan kacang panjang biasanya berkisar antara 2-3 kali dalam setahun. Untuk petani yang mengusahakan
bengkuang dan ubi jalar 2 dua kali dalam setahun, ketela pohon satu kali dalam setahun. Sedangkan untuk petani yang mengusahakan tanaman tahunan seperti
tanaman jeruk, pepaya dan jambu kelutuk tentunya berbeda dengan tanaman musiman. Jika terpelihara dengan baik tanaman tahunan tersebut dapat bertahan 3-
7 tahun. Panen pada tanaman tahunan dilakukan seminggu satu kali sesuai dengan kondisi.
Pada subsektor perikanan siklus budidaya dan masa panen erat kaitannya dengan ukuran benih ikan yang ditebar pada saat penanaman, lama pemeliharaan
dan pakan yang diberikan. Jika tahapan penebaran ikan gurame dimulai dari bibit dengan ukuran tiga jari panen bisa mencapai dua kali dalam setahun, namun bila
pembenihan dimulai pada tahapan larva, panen ikan bisa mencapai dua tahun sekali. Pemanenan ikan dilakukan pada saat ukuran bobot rata-rata ikan telah
75
mencapai 500 gram hingga 1 kg per ekor. Namun demikian selain mengusahakan ikan gurame petani pada subsektor perikanan mengusahakan ikan mas dan bawal.
Sehingga selama menunggu panen ikan gurame, petani dapat memperoleh pemasukan dari hasil penjualan ikan mas dan bawal. Dari mulai penanaman
hingga panen untuk ikan mas dan gurame bisa mencapai 2 dua kali dalam setahun yaitu setiap 5 lima dan 6 enam bulan sekali. Namun hal tersebut sangat
tergantung dari ukuran dan kualitas benih ikan yang dibudidayakan. Periode budidaya dan masa panen petani subsektor peternakan sangat
beragam berkisar antara 3-6 periode, namun periode rata-rata berkisar 5 lima periode budidaya dalam setahun. Dalam satu periode budidaya, ayam broiler baru
dapat dipanen pada hari ke-32. Rata-rata bobot ayam yang bisa dipanen 1,5 kg per ekor dengan harga jual rata-rata Rp 12.750 per kg.
Skala usaha dan siklus budidaya dari ketiga subsektor usahatani akan berpengaruh terhadap besaran biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan
tersebut. Selain itu akan berpengaruh juga terhadap besar kecilnya penerimaan dan pendapatan usahatani.
Analisis biaya pada usahatani subsektor tanaman pangan, subsektor perikanan dan subsektor peternakan dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang nilainya dipengaruhi oleh besarnya produksi dari masing-masing subsektor. Sedangkan biaya tetap adalah
biaya yang besarnya tidak ditentukan oleh besarnya produksi pada masing-masing subsektor.
Biaya variabel pada usahatani subsektor tanaman pangan diantaranya adalah biaya pembelian benih, biaya pupuk, biaya obat-obatan, biaya pestisida,
dan biaya tenaga kerja. Sementara yang termasuk kedalam jenis biaya tetap diantaranya adalah biaya pajak lahan, penyusutan peralatan, biaya sewa lahan
untuk petani responden yang status lahannya sewa. Pada subsektor perikanan yang termasuk ke dalam biaya variabel
diantaranya biaya pembelian bibit ikan, biaya pakan, pembelian pupuk kandang, biaya pembelian garam, kapur dan tenaga kerja. Sementara yang termasuk ke
dalam biaya tetap diantaranya adalah biaya pajak lahan, penyusutan peralatan, biaya sewa lahan untuk petani responden yang status lahannya sewa.
76
Pada subsektor peternakan komponen biaya variabel dalam usaha ternak ini adalah biaya doc, biaya pakan, obat-obatan, vaksin, vitamin, bahan
desinfektan, deterjen, sekam, gas, kayu bakar, minyak tanah, listrik, tenaga kerja, biaya pemanenan, dan biaya pembersihan kandang. Biaya untuk doc, pakan,
vaksin, obat-obatan dan bahan kimia, seluruhnya ditanggung dari pihak inti, namun peternak tetap wajib membayarnya jika telah mendapatkan pembayaran
hasil panen. Biaya tetap pada usaha ternak ayam broiler meliputi biaya penyusutan kandang dan biaya penyusutan peralatan.
Biaya tetap dan biaya variabel yang dibebankan kepada petani ada terdiri dari biaya tunai dan ada yang tidak tunai diperhitungkan. Pembagian jenis biaya
tunai dan diperhitungkan ini dinilai penting karena analisis pendapatan yang dilakukan pada penelitian ini juga dibagi menjadi pendapatan atas biaya tunai dan
pendapatan atas biaya total. Biaya tunai pada usahatani subsektor tanaman pangan terdiri dari biaya
penggunaan sarana produksi, biaya tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga, biaya pajak lahan, dan biaya sewa lahan. Sedangkan yang termasuk kedalam biaya
diperhitungkan adalah biaya penyusutan, dan tenaga kerja dalam keluarga. Biaya tunai pada subsektor perikanan terdiri dari biaya bibit ikan, biaya
pakan, kapur, garam, pembelian pupuk kandang, dan biaya tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan yang termasuk kedalam biaya diperhitungkan terdiri atas
biaya penyusutan dan biaya tenaga kerja dalam keluarga. Biaya tunai pada subsektor peternakan terdiri dari biaya pembelian DOC,
biaya pakan, obat-obatan, vaksin, vitamin, bahan desinfektan, deterjen, sekam, gas, kayu bakar, minyak tanah, listrik, tenaga kerja, biaya pemanenan, dan biaya
pembersihan kandang. Sedangkan biaya diperhitungkan terdiri atas biaya penyusutan kandang dan peralatan.
Adapun rata-rata struktur biaya tunai dan biaya total dari masing-masing subsektor dapat dilihat pada Tabel 31.
77
Tabel 31. Rata-Rata Struktur Biaya Usahatani Responden menurut Subsektor
Usahatani di Kecamatan Dramaga Tahun 2008
Jenis Biaya Subsektor
Tanaman Pangan
per Hatahun Subsektor
Perikanan per Hatahun
Subsektor Peternakan
per1000ekortahun Biaya Tunai Rata-rataRp
6.218.599 17.631.933
81.141.667 Biaya Diperhitungkan rata-
rata Rp 1.245.849
76.535 619.052
Biaya Total Rata-rata RP 7.464.448
17.708.468 81.760.719
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, biaya variabel dan biaya tetap yang dibebankan kepada petani ada yang bersifat tunai dan ada yang bersifat tidak tunai
diperhitungkan. Biaya tunai pada subsektor tanaman pangan terdiri dari biaya penggunaan sarana produksi seperti pupuk dan pestisida, biaya penggunaan
tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga TKLK serta biaya pajak lahan yang dibebankan bagi petani yang status lahan milik atau biaya sewa lahan bagi petani
dengan status lahan sewa. Sedangkan yang termasuk kedalam biaya diperhitungkan diantaranya biaya penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja
dalam keluarga TKDK. Besarnya nilai rata-rata biaya tunai dan diperhitungkan pada subsektor tanaman pangan yaitu Rp 6.218.599 dan Rp 1.245.849. Sehingga
total biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh responden subsektor tanaman pangan persatuan luas Ha per tahun adalah Rp 7.464.448.
Biaya tunai pada subsektor perikanan sebagian besar dikeluarkan untuk biaya pembelian pakan, bibit ikan, pupuk kandang, kapur, garam, dan tenaga kerja
luar keluarga TKLK. serta biaya pajak lahan yang dibebankan bagi petani yang status lahan milik atau biaya sewa lahan bagi petani dengan status lahan sewa.
Sedangkan yang termasuk kedalam biaya diperhitungkan diantaranya biaya penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja dalam keluarga TKDK. Besarnya
nilai rata-rata biaya tunai dan diperhitungkan pada subsektor perikanan yaitu Rp 17.631.933 dan Rp 76.535. Sehingga biaya total rata-rata yang dikeluarkan
oleh responden subsektor perikanan per satuan luas Ha per tahun adalah Rp 17.708.468.
Biaya tunai pada subsektor peternakan terdiri dari biaya pembelian DOC, pakan, obat-obatan, vaksin, vitamin, bahan desinfektan, deterjen, sekam, gas, kayu
78
bakar, minyak tanah, listrik, tenaga kerja luar keluarga TKLK, biaya pemanenan, dan biaya pembersihan kandang. Sedangkan biaya diperhitungkan
terdiri atas biaya penyusutan kandang dan peralatan. Besarnya nilai biaya tunai rata-rata dan diperhitungkan pada subsektor peternakan yang dihitung berdasarkan
konversi per 1000 ekor adalah Rp 81.141.667 dan Rp 619.052. Sehingga total biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh responden subsektor peternakan adalah
Rp 81.760.719.
2 Penerimaan Usahatani
Soekartawi 1986, mengemukakan bahwa yang dimaksud penerimaan usahatani adalah hasil kali antara produksi yang diperoleh dengan harga jual
produk. Penerimaan pada analisis ini yaitu penerimaan rata-rata usahatani dalam satu tahun yang disajikan pada Tabel 32.
Pada subsektor tanaman pangan nilai penerimaan rata-ratanya Rp 13.167.487. Nilai penerimaan rata-rata pada subsektor perikanan Rp 54.572.222
dan nilai penerimaan rata-rata pada subsektor peternakan Rp 95.625.000.
Tabel 32. Rata-Rata Penerimaan Usahatani Responden menurut Subsektor
Usahatani di Kecamatan Dramaga Tahun 2008
Penerimaan Usahatani
Subsektor Tanaman Pangan
Per HaTahun Subsektor
Perikanan Per HaTahun
Subsektor Peternakan
Per 1000 ekorTahun
Penerimaan Rata-Rata Rp 13.167.487
54.572.222 95.625.000
Tampak pada Tabel 32, penerimaan rata-rata paling tinggi pada subsektor peternakan. Perbedaan tersebut lebih disebabkan oleh harga jual produk yang
lebih tinggi dibanding subsektor lainnya.
3 Pendapatan Usahatani
Analisis pendapatan usahatani pada masing-masing subsektor terdiri dari pendapatan rata-rata atas biaya tunai dan pendapatan rata-rata atas biaya total dari
setiap subsektor. Untuk komponen biaya dibagi menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Informasi pendapatan pada setiap subsektor dapat dilihat pada
Tabel 33.
79
Tabel 33. Pendapatan Rata-Rata Respoden menurut Subsektor di Kecamatan
Dramaga Tahun 2008
Jenis Pendapatan Tanaman Pangan
Per HaTahun Perikanan
Per HaTahun Peternakan
Per 1000 ekortahun Pendapatan rata-rata
atas biaya tunai Rp 6.948.888
36.940.289 14.483.333
Pendapatan rata-rata atas biaya total Rp
5.702.939 36.863.754
13.864.281
Dilihat dari aspek pendapatan pada Tabel 33 menunjukkan bahwa pendapatan pada subsektor perikanan nilainya lebih besar dibandingkan subsektor
tanaman pangan dan subsektor peternakan. Pendapatan rata-rata atas biaya tunai petani subsektor perikanan Rp 36.940.289 sedangkan pendapatan rata-rata atas
biaya total Rp 36.863.754. Pendapatan rata-rata atas biaya tunai pada subsektor tanaman pangan sebesar Rp 6.948.888 per tahun. Sedangkan pendapatan rata-rata
atas biaya total Rp 5.702.939. Pada subsektor peternakan pendapatan rata-rata atas biaya tunai Rp 14.483.333. Sedangkan pendapatan rata-rata atas biaya total Rp
13.864.281. Perbedaan perbandingan angka pendapatan pada subsektor perikanan
dengan subsektor peternakan karena pada subsektor peternakan meskipun angka penerimaan tinggi akan tetapi biaya operasional pada subsektor peternakan jauh
lebih tinggi dibanding kedua sektor lainnya, terutama biaya untuk pembelian pakan dan DOC. Sedangkan perbedaan angka pendapatan dengan subsektor
tanaman pangan disebabkan oleh nilai ekonomis dari output yang dihasilkan dari subsektor tanaman pangan nilainya lebih rendah dibandingkan subsektor
perikanan. Keragaman pendapatan petani pada setiap subsektor di atas menunjukkan
potensi permintaan pembiayaan pada sektor pertanian. Namun demikan meskipun informasi mengenai pendapatan usahatani tersebut merupakan potensi penyaluran
pembiayaan bagi LKS, tinggi rendahnya pendapatan petani pada setiap subsektor tidak menunjukkan tingginya aksesibilitas petani terhadap LKS. Hal tersebut
dilihat dari hasil tabulasi silang yang menunjukkan tidak ada satu pun petani yang pernah mengakses LKS.
6.2.2 Daya Jangkau Petani Responden Terhadap Lembaga Keuangan