82
Padahal menurut Wibowo dan Widodo 2005, ada tujuh jenis pembiayaan utama pada LKS dengan sistem bagi hasil. Dari jenis-jenis pembiayaan tersebut
setidaknya ada empat jenis produk pembiayaan syariah yang dipandang ideal untuk sektor pertanian yaitu mudharabah, murabahah, bai assalam dan
musyarakah . Produk mudharabah dan murabahah lebih preferable sebagai
pilihan utama dibandingkan produk pembiayaan lainnya. Namun yang secara konsep sangat cocok untuk sektor pertanian adalah pembiayaan bai assalam.
Pihak perbankan menganggap bahwa sektor pertanian memiliki tingkat resiko yang tinggi, terutama pembiayaan pada subsistem onfarm. Sementara untuk
aspek perdagangan, tingkat resiko sama saja dengan sektor ekonomi lainnya. Walaupun demikian, potensi pembiayaan untuk sektor pertanian tetap masih
prospektif untuk mendapatkan pembiayaan. Prospek ini terkait dengan demand terhadap produk pertanian yang terus mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan. Proporsi alokasi pembiayaan oleh perbankan terhadap sektor pertanian
dipengaruhi oleh plafond pembiayaan yang tersedia. Menurut pihak LKS hanya disediakan tiga persen 3 skim pembiayaan untuk sektor pertanian. Meskipun
tersedia pihak LKS tidak berani menanggung resiko karena tingginya ketidakpastian di bisnis pertanian.
Ada beberapa pertimbangan pihak pengelola perbankan syariah dalam menentukan prioritas pembiayaan pada masing-masing sektor ekonomi adalah: 1
tingkat resiko usaha, 2 percepatan perputaran modal, 3 sumber pendapatan, umumnya perbankan lebih yakin membiayai nasabah yang memiliki pendapatan
tetap, 4 ketersediaan agunan, 5 karakteristik nasabah, 6 historis perusahaan serta 7 kemudahan prosedur pengembalian pinjaman.
6.3 Persepsi Responden terhadap Lembaga Keuangan Syariah
Salah satu persepsi responden yang dapat mempengaruhi motivasi dalam mengakses LKS yaitu persepsi mengenai sistem bunga pinjaman. Persepsi
mengenai sistem bunga ditanyakan kepada seluruh responden penelitian baik yang pernah mendengar tentang LKS maupun yang belum pernah mendengar informasi
tentang LKS. Sebesar 30,23 persen responden subsektor tanaman pangan merasa bahwa sistem bunga bank “memberatkan” bagi mereka, meskipun hanya sedikit
83
saja dari responden yang pernah mengakses pembiayaan pada bank konvensional. Responden yang mengatakan sistem bunga pinjaman bertentangan dengan syariah
Islam sebanyak 16,28 persen, menyatakan “wajar-wajar saja” 20,93 persen. Responden tersebut berpendapat bahwa bunga yang diterapkan merupakan bentuk
keuntungan bagi pihak bank. Responden yang mengungkapkan bahwa bunga pinjaman adalah wajar pada umumnya merupakan responden yang pernah
mengakses pembiayaan dari bank konvensional. Ada juga responden yang berpendapat bahwa penerapan bunga pinjaman tidak menjadi masalah asal
penentuan bunga tersebut disepakati keduabelah pihak yaitu pihak pemberi pinjaman dan peminjam. Responden yang berpendapat demikian sebanyak 2,33
persen. Responden lainnya sebesar 2,33 persen berpendapat bunga pinjaman
memberatkan bagi petani namun menurutnya sah-sah saja jika disepakati kedua pihak, 6,98 persen berpendapat bunga pinjaman “wajar-wajar saja” selama bunga
pinjaman tersebut tidak memberatkan dan masih terjangkau oleh petani. 4,65 persen responden yang mengungkapkan bahwa bunga pinjaman “memberatkan
dan bertentangan dengan syariah agama. Sebanyak 4,6 responden berpendapat bunga pinjaman “ hal yang sah-sah saja diterapkan karena merupakan ketentuan
dan peraturan pemerintah, yang terpenting bagi petani dipermudah dalam mengakses pembiayaan”. Sebanyak 11,63 persen dari responden tidak
memberikan pendapat. Petani responden yang tidak memberikan pendapat tersebut beralasan bahwa mereka memang tidak pernah berhubungan dengan
bank. Sehingga tidak mengetahui sama sekali tentang bunga pinjaman. Pendapat yang berkembang pada responden subsektor perikanan mengenai
sistem bunga pinjaman cukup beragam. Sebanyak 22,22 persen berpendapat bahwa sistem bunga memberatkan bagi petani. Sebanyak 44,44 persen
mengatakan sistem bunga bertentangan dengan syariah agama Islam atau dengan kata lain hukumnya riba. Sebanyak 11,11 persen responden berpendapat bahwa
sistem bunga pinjaman ‘tidak boleh”, menurut petani responden lebih baik jika bank menerapkan sistem bagi hasil karena ada distribusi resiko dan keuntungan
antara kedua pihak. Selanjutnya, ada juga responden yang berpendapat bahwa bunga bank memberatkan, namun sah-sah saja jika disepakati kedua pihak.
Pendapat tersebut dikemukakan oleh 11,11 persen responden. Sebanyak 11,11
84
persen responden berpendapat bahwa pemberlakuan sistem bunga pada bank “sah- sah saja karena sudah menjadi ketentuan dan peraturan, yang terpenting bagi
petani dipermudah dalam mengakses pembiayaan tersebut”. Pendapat responden subsektor peternakan mengenai sistem bunga
pinjaman, 50 persen responden berpendapat bahwa ketentuan tersebut bagi petani memberatkan, 12,50 persen menyatakan kalau sistem bunga bertentangan dengan
syariah agama islam riba, 12,50 persen menyatakan wajar sebagai bentuk keuntungan bagi bank, 12,50 persen menyatakan wajar tetapi harus proporsional,
dan 12,50 persen menyatakan sah-sah saja karena merupakan ketentuan dan peraturan, yang terpenting masyarakat dipermudah dalam mengakses pembiayaan
yang tersedia. Meskipun pendapat responden sangat beragam pada dasarnya mereka membutuhkan pembiayaan untuk usahataninya. Kebutuhan atas biaya
tersebut merupakan potensi permintaan yang dapat ditindak lanjuti oleh LKS terdekat. Adapun persepsi responden terhadap sistem bunga pinjaman dapat
dilihat pada Tabel 37.
Tabel 37. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden menurut Persepsi terhadap
Sistem Bunga Pinjaman di Kecamatan Dramaga Tahun 2008
Tanaman Pangan Perikanan
Peternakan Uraian
Jumlah Jumlah Jumlah • Memberatkan
13 30,23 2
22,22 4 50,00
• Bertentangan dengan syariah • agama islam
7 16,28 4
44,44 1 12,50
• Wajar-wajar saja sebagai bentuk keuntungan bagi bank
9 20,93 0
0,00 1 12,50
• Tergantung dari kedua belah • pihak, jika kedua pihak
menyetujui tidak ada permasalahan
1 2,33 0 0,00
0,00
• Memberatkan, tetapi sah-sah saja jika disepakati kedua belah pihak
1 2,33 1
11,11 0,00
• Wajar-wajar saja asal tidak memberatkan
3 6,98 1
11,11 1 12,50
• Memberatkan dan bertentangan dengan syariah agama islam
2 4,65 • Sah-sah saja karena merupakan
ketentuan pemerintah, yang terpenting akses dipermudah
2 4,65 1
11,11 1 12,50
• Tidak berpendapat 5
11,63 0 0,00 0
0,00 Total
43 100,00 9
100,00 8 100,00
Seperti telah ditunjukkan pada Tabel 29, berdasarkan perolehan informasi mengenai LKS, sebanyak 17 orang atau 39,53 persen responden pada subsektor
85
tanaman pangan pernah mendengar tentang LKS dan 26 orang atau 60,47 persen belum pernah mendengar LKS. Pada subsektor perikanan responden yang pernah
mendengar tentang LKS sebanyak 5 orang atau 55,56 persen dan 4 orang atau 44,44 persen belum pernah mendengar tentang LKS. Pada subsektor peternakan
sebanyak 4 orang atau 50 persen responden pernah mendengar LKS dan 4 orang atau 50 persen lagi belum pernah mendengar informasi tentang LKS. Responden
yang pernah mendengar informasi mengenai LKS dari ketiga subsektor, memiliki pengetahuan dan pemahaman yang beragam tentang LKS.
Dari total responden yang pernah mendengar informasi mengenai LKS, pada subsektor tanaman pangan 29,41 persen menyatakan bahwa LKS merupakan
bank dengan sistem bagi hasil, sebanyak 58,82 persen menyatakan bank berdasarkan Syariah Islam, sebanyak 5,88 persen menyatakan bank yang
berdasarkan kemitraan, dan 5,88 persen bank yang menjual produk syariah. Meskipun dari sebagian responden memiliki pengetahuan tentang LKS tetapi
tidak ada satu pun dari responden yang memanfaatkan jasa LKS tersebut. Hal ini, dimungkinkan karena responden tidak memahami mekanisme operasional dari
LKS. Pada subsektor perikanan hal yang diketahui responden tentang LKS,
sebanyak 20 persen mengetahui LKS sebagai bank yang menerapkan sistem bagi hasil, sebanyak 80 persen mengetahui bahwa LKS merupakan bank yang dalam
operasionalnya berdasarkan syariah Agama Islam. Pada responden subsektor peternakan mengetahui LKS sebagai bank dengan sistem bagi hasil diungkapkan
oleh 50 persen dan bank yang berdasarkan syariah 50 persen. Pengetahuan dan pemahaman responden mengenai LKS dapat dilihat pada Tabel 38.
86
Tabel 38. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden yang Pernah Mendengar
LKS menurut Pengetahuan terhadap LKS di Kecamatan Dramaga Tahun 2008
Tanaman Pangan Perikanan
Peternakan Uraian
Jumlah Jumlah Jumlah a. Bank dengan sistem bagi hasil
5 29,41
1 20,00
2 50,00
b. Bank berdasarkan syariah 10
58,82 4
80,00 2
50,00 c. Bank berdasarkan kemitraan
1 5,88
0,00 0,00
d. Bank yang menjual produk syariah
1 5,88 0 0,00
0 0,00 Total
17 100,00 5
100,00 4 100,00
Persepsi responden subsektor tanaman pangan yang pernah mendengar informasi tentang LKS terhadap cukup beragam. Persepsi tersebut digambarkan
oleh kesan responden terhadap LKS. Dari responden subsektor tanaman pangan yang pernah mendengar LKS, memiliki kesan bahwa LKS merupakan bank islami
dimana semua aktivitas operasionalnya menerapkan cara-cara yang islami diungkapkan oleh 17,65 persen. Sebanyak 5,88 persen mengungkapkan kesan
LKS bagi mereka merupakan bank orang Islam yang peruntukannya dikhususkan bagi umat Islam. Sebesar 41,18 persen berpendapat bahwa LKS dalam
operasionalnya sama saja dengan bank konvensional. Responden berpendapat bahwa prosedur pengajuan permohonan pembiayaan pada LKS tidak berbeda
dengan bank konvensional pada umumnya. Prosedur pembiayaan tersebut dilihat dari syarat-syarat pengajuan pembiayaan berupa syarat administratif, bentuk
jaminan, besarnya angsuran, suku bunga dan cara pengembalian pembiayaan. Responden mengharapkan perbankan syariah dapat membuka akses selebar-
lebarnya kepada petani dalam mengakses pembiayaan yang disediakan. Kemudahan akses yang dimaksud oleh petani responden berdasarkan hasil
wawancara diantaranya tidak mengharuskan adanya jaminan, besarnya angsuran dapat dijangkau, tanpa bunga, dan cara pengembalian dilakukan musiman.
Adanya persepsi responden yang memiliki kesan bahwa LKS sama saja dengan bank konvensional merupakan tantangan tersendiri bagi LKS untuk
menjelaskan mekanisme dan hakikat bertransaksi di LKS. Hal tersebut juga mengisyaratkan bahwa responden tidak melihat hakikat transaksi pada LKS.
Responden lebih melihat dari tingkat kemudahan dan keringanan dalam mengakses sumber pembiayaan. Selain itu, responden yang berpendapat bahwa
87
LKS kurang dikenal diungkapkan oleh 35,29 persennya. Merupakan suatu hal yang wajar jika responden menyatakan LKS merupakan bank yang kurang dikenal
masyarakat. Karena sebagian besar responden subsektor tanaman pangan tidak memiliki pengetahuan mengenai LKS.
Responden subsektor perikanan memiliki kesan terhadap LKS, sebagai bank islami dikemukakan oleh 40 persen. Sedangkan kesan pada sebagian besar
60 persen, LKS merupakan bank yang kurang dikenal masyarakat, terutama masyarakat pedesaan yang pada umumnya petani. Kurang dikenalnya LKS
menurut responden karena LKS kurang gencar dalam melakukan promosi. Sehingga tidak banyak responden yang mengetahui keberadaan LKS di
Kecamatan Dramaga. Kesan responden subsektor peternakan terhadap LKS, 50 persennya
menilai kesan LKS merupakan bank bagi hasil, 25 persen menilai LKS merupakan bank islami, dan yang menarik adalah sebanyak 25 persen menyatakan
bahwa LKS “sama saja dengan bank konvensional”. Kesan responden mengenai LKS dapat dilihat pada Tabel 39.
Tabel 39.
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden yang Pernah Mendengar LKS menurut Kesan terhadap LKS
Tanaman Pangan Perikanan
Peternakan Uraian
Jumlah Jumlah Jumlah a. Bank bagi hasil
0,00 0,00
2 50,00
b. Bank islami 3
17,65 2
40,00 1
25,00 c. Bank orang islam
1 5,88
0,00 0,00
d. Sama saja dengan bank konvensional
7 41,18 0
0,00 1 25,00
e. Kurang
dikenal 6
35,29 3 60,00 0
0,00 Total
17 100,00 5
100,00 4 100,00
Disamping kesan responden terhadap LKS, responden yang pernah mendengar informasi tentang LKS juga mengungkapkan beberapa kelebihan pada
LKS. Pada Tabel 40 dapat dilihat sebagian besar dari responden subsektor tanaman pangan yaitu 58,82 persen menilai ada kelebihan pada LKS, sebesar
41,18 persen menyatakan bahwa tidak ada kelebihan pada LKS. Pada subsektor perikanan 80 persen mengungkapkan terdapat kelebihan pada LKS dan 20 persen
menyatakan tidak ada kelebihan. Penilaian pada responden subsektor peternakan
88
sebanyak 75 persen menilai ada kelebihan dan 25 persen mengungkapkan tidak ada kelebihan pada LKS.
Tabel 40. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden yang Pernah Mendengar
LKS menurut Persepsi Terhadap Kelebihan LKS di Kecamatan Dramaga Tahun 2008
Tanaman Pangan Perikanan
Peternakan Uraian
Jumlah Jumlah Jumlah a. Ada
10 58,82
4 80,00
3 75,00
b. Tidak Ada 7
41,18 1
20,00 1
25,00 Total
17 100,00 5 100,00
4 100,00
Adapun diantara kelebihan dari LKS yang diungkapkan oleh responden dapat dilihat pada Tabel 41. Menurut responden yang menyatakan terdapat
kelebihan pada LKS sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 40, responden subsektor tanaman pangan mengungkapkan kelebihan pada LKS sebagai bank
yang bebas dari riba diungkapkan oleh 60 persen. Sebesar 30 persen menyatakan pada operasionalnya LKS sesuai dengan syariah Agama Islam dan sisanya 10
persen menyatakan bahwa pada LKS ada sistem tawar menawar bagi hasil. Meskipun persentase responden yang menilai adanya kelebihan jika bertransaksi
di LKS relatif kecil, namun hal tersebut merupakan potensi yang cukup baik untuk pengembangan pasar LKS.
Kelebihan pada LKS yang diungkapkan responden subsektor perikanan yang mengetahui ada kelebihan pada LKS, bank bebas riba diungkapkan oleh 50
persen dan berdasarkan syariah agama diungkapkan oleh 50 persennya. Menurut responden LKS dalam menyalurkan pembiayaan tidak menerapkan sistem bunga
kepada nasabah. Pada subsektor peternakan, persepsi responden yang mengungkapkan
terdapat kelebihan pada LKS, sebesar 25 persen diantaranya mengungkapkan kelebihan LKS bebas dari riba. Sebanyak 75 persen menyatakan pada LKS ada
tawar menawar bagi hasil. Namun meskipun responden mengetahui adanya kelebihan pada LKS dibandingkan bank konvensional tidak ada satupun
responden yang mengakses LKS. Tabel 41.
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden yang Mengetahui Ada
89
Kelebihan Pada LKS menurut Kriteria Kelebihan di Kecamatan Dramaga Tahun 2008
Uraian Tanaman Pangan
Perikanan Peternakan
Jumlah Jumlah Jumlah • Bebas Riba
6 60,00 2
50,00 1 25,00
• Sesuai syariah agama 3
30,00 2 50,00 0
0,00 • Ada tawar menawar bagi hasil
1 10,00 0
0,00 2 75,00
Total 10
100,00 4 100,00 3
100,00
Selain kelebihan pada LKS, responden juga mengungkapkan kelemahan yang terdapat pada LKS. Tabel 42 menunjukkan diantara responden yang menilai
terhadap kelemahan pada LKS, sebesar 100 persen responden subsektor tanaman pangan menyatakan terdapat kelemahan pada LKS. Pada subsektor perikanan
sebesar 80 persen responden mengatakan terdapat kelemahan dan 20 persen menjawab tidak ada kelemahan. sedangkan pada subsektor peternakan 50 persen
responden menyatakan terdapat kelemahan pada LKS dan sisanya 50 persen menyatakan tidak terdapat kelemahan. Tabel 42 menunjukkan persepsi responden
mengenai kelemahan yang terdapat pada LKS.
Tabel 42. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden menurut Persepsi mengenai
Kelemahan pada LKS di Kecamatan Dramaga Tahun 2008
Tanaman Pangan Perikanan
Peternakan Uraian
Jumlah Jumlah Jumlah a. Ada
17 100,00
4 80,00
2 50,00
b. Tidak Ada 0,00
1 20,00
2 50,00
Total 17 100,00
5 100,00 4 100,00
Diantara kelemahan-kelemahan yang terdapat pada LKS menurut responden subsektor tanaman pangan diantaranya informasi dan sosialisasi kurang
diungkapkan oleh 64,71 persen, prosedur pembiayaan sulit 5,88 persen, fasilitas kurang lengkap 17,65 persen, jarang memberikan kredit ke UMKM 5,88 persen
dan jasa pinjaman tinggi diungkapkan oleh 5,88 persen responden. Persepsi tersebut bertolak belakang dengan pendapat Ascarya 2007, dimana LKS
merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas investasi atau jual beli, serta memberikan palayanan
jasa simpananperbankan bagi para nasabah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian sektor riil, dengan demikian seyogianya LKS berperan
serta dalam mengembangkan sektor tersebut.
90
Menurut persepsi responden subsektor perikanan yang mengetahui kelemahan pada LKS yaitu kurangnya informasi dan sosialisasi mengenai LKS
diungkapkan oleh 50 persen dan fasilitas transaksi yang dimiliki oleh LKS kurang lengkap diungkapkan oleh 50 persen. Sedangkan menurut responden subsektor
peternakan kelemahan utama pada LKS adalah informasi dan sosialisasi kurang. Persepsi tersebut diungkapkan oleh 100 persen responden subsektor peternakan.
Hal tersebut berbanding lurus dengan tingkat aksesibilitas responden dimana 100 persen responden belum pernah mengakses LKS. Padahal penduduk di
Kecamatan Dramaga merupakan pasar potensial untuk perluasan pasar LKS karena mayoritas penduduk di Kecamatan Dramaga beragama Islam dan bermata
pencaharian sebagai petani. Adapun kelemahan-kelemahan pada LKS yang diungkapkan responden dapat dilihat pada Tabel 43.
Tabel 43. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden yang Mengetahui
Kelemahan pada LKS menurut Kriteria Kelemahan di Kecamatan Dramaga Tahun 2008
Tanaman Pangan Perikanan
Peternakan Kelemahan
Jumlah Jumlah Jumlah Informasi dan sosialisasi kurang
11 64,71
2 50,00
2 100,00 Prosedur pembiayaan sulit
1 5,88
0,00 0,00
Fasilitas kurang lengkap 3
17,65 2
50,00 0,00
Jarang memberikan kredit ke UMKM
1 5,88
0,00 0,00
Jasa pinjaman tinggi 1
5,88 0,00
0,00 Total 17
100,00 4
100,00 2
100,00
Dalam hal sosialisasi yang dilakukan LKS, mayoritas dari responden yang pernah mendengar LKS memberikan pendapat sebesar 94,12 persen subsektor
tanaman pangan menilai bahwa sosialisasi dan promosi yang dilakukan LKS terhadap masyarakat sekitar kurang baik. Hanya 6,25 persen yang menilai
sosialisasi LKS di wilayah responden “baik”. Berdasarkan penilaian petani responden terhadap sosialisasi LKS yang berada di wilayah penelitian, berbanding
lurus dengan tingkat aksesibilitas petani responden di wilayah yang sama. Pada pembahasan sebelumnya 100 persen dari responden penelitian menyatakan belum
pernah mengajukan permohonan pinjaman ke LKS. Kurangnya sosialisasi tersebut memungkinkan menjadi faktor utama rendahnya akses petani responden terhadap
LKS yang berada di wilayah tersebut. Apalagi tingkat pengetahuan dan tingkat
91
pendidikan responden pada umumnya rendah. Sehingga minat responden terhadap informasi pun sangat rendah. Tentunya hal tersebut sangat ironis, mengingat letak
Kecamatan Dramaga yang terletak di Kabupaten Bogor bisa dikatakan strategis, dekat dengan wilayah ibukota, terdapat beberapa perguruan tinggi dan akses
informasi pun sudah demikian luas. Pada subsektor perikanan 100 persen menilai bahwa sosialisasi yang
dilakukan pihak LKS dalam mempromosikan produk pembiayaan sangatlah kurang. Hal tersebut tentunya sangat bertolakbelakang dengan cita-cita
pengembangan LKS. Sedangkan responden subsektor peternakan menilai sosialisasi yang
dilakukan oleh LKS sebanyak 25 persen memberikan penilaian “baik”. Namun 75 persen menilai bahwa sosialisasi LKS “kurang baik”. Hal tersebut terbukti dengan
tingkat aksesibilitas responden yang rendah terhadap LKS. Persepsi mengenai sosialisasi yang dilakukan LKS dapat dilihat pada Tabel 44.
Tabel 44.
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden menurut Persepsi Terhadap Sosialisasi Yang Dilakukan LKS di Kecamatan Dramaga
Tahun 2008
Tanaman Pangan Perikanan
Peternakan Uraian
Jumlah Jumlah Jumlah a. Baik
1 6,25
0,00 1
25,00 b. Kurang baik
16 94,12
5 100,00
3 75,00
Total 17 100,00
5 100,00 4 100,00
Selain persepsi terhadap sosialisasi yang dilakukan oleh LKS, responden penelitian yang pernah mendengar informasi tentang LKS juga memberikan
persepsi mengenai prospek LKS di Indonesia, sebagian besar responden subsektor tanaman pangan 88,24 menyatakan kurang baik dan 11,76 persen memberikan
penilaian “baik”. Responden yang menyatakan prospek LKS kurang baik, karena menurut mereka jumlah masyarakat yang memanfaatkan jasa LKS jauh lebih kecil
dibandingkan masyarakat yang memanfaatkan bank konvensional. Responden subsektor perikanan mengungkapkan kurangnya sosialisasi dan
promosi LKS, tentunya mempengaruhi persepsi petani responden terhadap prospek LKS di Indonesia. Diantara responden yang memberikan penilaian
sebanyak 20 persen menilai prospek LKS di Indonesia baik, sedangkan sebagian besar 80 menyatakan bahwa LKS memiliki prospek dan perkembangan yang
92
kurang baik di Indonesia. Persepsi yang ada pada responden subsektor peternakan mengenai prospek LKS pada masa mendatang 75 persen yang memberikan
penilaian menyatakan baik dan 25 persen menyatakan kurang baik. Adapun persepsi responden mengenai prospek LKS dapat dilihat pada Tabel 45.
Tabel 45. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden menurut Prospek LKS pada
Masa Mendatang di Kecamatan Dramaga Tahun 2008
Tanaman Pangan Perikanan
Peternakan Uraian
Jumlah Jumlah Jumlah a.
Baik 2 11,76
1 20,00 3 75,00
b. Kurang
baik 15 88,24
4 80,00 1 25,00
Total 17 100,00
5 100,00 4 100,00
Meskipun tingkat pengetahuan petani responden terhadap keberadaan LKS masih kurang. Responden mengemukakan agar LKS bisa menjadi sumber
pembiayaan alternatif untuk sektor pertanian. Opini tersebut tergambarkan pada pendapat yang dikemukakan oleh responden, seperti yang disajikan pada Tabel
46. Pendapat responden agar LKS menjadi pilihan petani ditanyakan kepada
seluruh responden penelitian. Menurut responden subsektor tanaman pangan agar LKS bisa menjadi pilihan petani, hal-hal yang harus diperhatikan: a sesuai
dengan prinsip syariah diungkapkan oleh 11,63 persen, b prosedur pembiayaan tidak sulit 65,12 persen, c harus sesuai dengan prinsip syariah dan prosedur
pembiayaannya tidak menyulitkan 4,65 persen, d prosedur pembiayaan tidak sulit dan lokasi LKS strategis 4,65 persen, e sesuai dengan prinsip syariah,
prosedur pembiayaan tidak sulit, sekaligus memberikan hasil kompetitif 13,95 persen.
Pada subsektor perikanan, responden mengungkapkan jika LKS ingin menjadi pilihan bagi para petani maka ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi
LKS antara lain: a prosedur pembiayaan tidak sulit diungkapkan oleh 66,67 persen, b harus sesuai dengan syariah sekaligus prosedur pembiayaan tidak sulit
diungkapkan oleh 33,33 persen. Sedangkan pada subsektor peternakan agar LKS bisa menjadi pilihan petani dan masyarakat umum, ada beberapa saran yang
diajukan diantaranya a prosedur pengajuan pembiayaan tidak sulit, diungkapkan oleh mayoritas responden 75 dan b bagi hasil lebih kompetitif diungkapkan
93
oleh 25 persen responden. Jika melihat opini yang berkembang pada responden tersebut, sebenarnya responden memiliki ketertarikan untuk mengakses skim
pembiayaan pada LKS.
Tabel 46. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden menurut Opini Responden
Agar LKS Menjadi Pilihan Petani di Kecamatan Dramaga Tahun 2008
Tanaman Pangan Perikanan
Peternakan Uraian
Jumlah Jumlah Jumlah Sesuai dengan prinsip syariah
5 11,63
0,00 6
75,00 Prosedur pembiayaan tidak sulit
28 65,12
6 66,67
0,00 Bagi hasil kompetitif
0,00 0,00
2 25,00
Sesuai prinsip syariah dan prosedur pembiayaan tidak sulit
2 4,65
3 33,33
0,00 Prosedur pembiayaan tidak sulit
dan lokasi LKS strategis 2
4,65 0,00
0,00 Sesuai prinsip syariah, prosedur
pembiayaan tidak sulit, dan bagi hasil kompetitif
6 13,95
0,00 0,00
Total 43 100,00
9 100,00 8
100,00
Adapun harapan responden subsektor tanaman pangan terhadap LKS antara lain: meningkatkan sosialisasi 79,07, meningkatkan bagi hasil 2,33,
memberikan pinjaman lunak dan pengembalian pinjaman musiman 9,30, meningkatkan sosialisasi sekaligus bagi hasil 4,65, dan meningkatkan
sosialisasi sekaligus menyalurkan pembiayaan lunak 4,65. Jika dilihat besarnya persentase responden yang berharap LKS dapat meningkatkan sosialisasi
kepada masyarakat menggambarkan bahwa pada dasarnya responden memiliki keinginan untuk dapat mengakses LKS.
Pada subsektor perikanan harapan petani terhadap LKS dapat meningkatkan sosialisasi secara intensif baik secara langsung maupun melalui
media diungkapkan oleh 88,89 persen responden. Sebanyak 11,11 persen mengharapkan agar LKS meningkatkan sosialisasi sekaligus menyalurkan
pinjaman lunak kepada petani, sehingga masyarakat lebih tertarik untuk bertransaksi pada LKS.
Senada dengan responden subsektor tanaman pangan dan perikanan, harapan peternak terhadap LKS, agar LKS meningkatkan sosialisasi kepada
masyarakat diungkapkan oleh 50 persen responden, sedangkan peternak yang mengharapkan LKS memberikan pinjaman lunak dengan pengembalian per
periode panen diungkapkan oleh 25 persen responden, meningkatkan sosialisasi
94
dan bagi hasil 12,50 persen, meningkatkan sosialisasi dan menyalurkan pinjaman lunak 12,50 persen.
Harapan-harapan yang diungkapkan tersebut dapat dimengerti mengingat kebutuhan petani akan modal tidak dapat dihindarkan. Menurut Taryoto 1992,
sering akibat keterbatasan modal, petani tidak mampu membeli sarana produksi dengan jumlah ataupun kualitas yang dibutuhkan, sehingga potensi produktivitas
dari usahataninya tidak terwujud. Petani juga sering mengalami kekurangan uang kas dalam periode-periode tertentu. Sifat produksi pertanian yang musiman,
menyebabkan aliran uang petani memiliki pola spesifik, yang ditunjukkan oleh aliran masuk dan keluar uang kas yang penyebarannya tidak merata. Disamping
itu, petani sering mengalami kesulitan untuk mengikuti prosedur kredit baku yang dipraktekkan lembaga keuangan formal. Salah satu kendala yang dihadapi petani
untuk memperoleh kredit adalah ketidakmampuannya menyediakan jaminan sesuai dengan kriteria jaminan lembaga keuangan formal dan harga kredit di
pedesaan dianggap cenderung monopolistik, sehingga harga kredit yang harus di bayar petani berada jauh diatas yang dianggap pantas.
Tabel 47. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden menurut Harapan
Responden Terhadap LKS di Kecamatan Dramaga Tahun 2008
Tanaman Pangan Perikanan
Peternakan Uraian
Jumlah Jumlah Jumlah a.
Meningkatkan sosialisasi 34
79,07 8
88,89 4
50,00 b.
Meningkatkan bagi hasil 1
2,33 0,00
0,00 c.
Memberikan pinjaman lunak dengan pengembalian
musiman 4
9,30 0,00
2 25,00
d. Meningkatkan sosialisasi dan
bagi hasil 2
4,65 0,00
1 12,50
e. Meningkatkan sosialisasi dan memberikan pinjaman lunak
2 4,65
1 11,11
1 12,50
Total 43 100,00
9 100,00
8 100,00
95
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan