31
sering lebih rendah daripada bunga yang berlaku di pasar kredit. Namun demikian ternyata banyak petani yang mengalami kesulitan untuk memperoleh akses pada
kredit tersebut. Meskipun sudah jauh lebih sederhana daripada prosedur kredit yang berlaku umum, ketidaktahuan petani secara rinci terhadap prosedur, hak dan
kewajiban menjadikan posisi petani menjadi lemah dalam hal kredit formal ini. Banyak kasus menunjukan bagaimana petani sering dirugikan dalam urusan kredit
ini. Pada saat pencairan kredit, dengan berbagai alasan ada petani tidak menerima jumlah uangnya secara penuh atau ada petani yang telah rajin mengangsur atau
mengembalikan kreditnya, ternyata uang angsuran tersebut belum sampai ke pihak perbankan.
3.1.2 Ukuran Penampilan Usahatani
Soekartawi 1986, menyatakan bahwa banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan ukuran penampilan usahatani, yaitu diantaranya ukuran
pendapatan dan keuntungan. Besaran pendapatan yang diperoleh dari usahatani tergantung pada: luas lahan usahatani, efisiensi kerja dan efisiensi produksi.
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya yang telah dikeluarkan. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan tunai
dan pendapatan atas biaya total yang sering disebut yang sering disebut sebagai pendapatan total.
Tingkat pendapatan usahatani dapat dinyatakan dalam persamaan matematika sebagai berikut:
I
tunai
= NP – BT I
total
= NP – BT+BD Keterangan:
I
tunai
= Tingkat pendapatan bersih tunai I
total
= Tingkat pendapatan bersih total NP
= Nilai produk, merupakan hasil perkalian jumlah output dengan harga BT
= Biaya tunai BD
= Biaya diperhitungkan Analisis pendapatan usahatani selalu disertai dengan pengukuran efisiensi
pendapatan usahatani. Untuk mengetahui efisiensi suatu usahatani terhadap penggunaan satu unit input dapat digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan
32
biaya yang merupakan perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima usahatani dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi atau yang
biasa dikenal dengan analisis RC rasio. Perhitungan RC rasio dapat dirumuskan sebagai berikut:
RC rasio atas biaya tunai =
Total Penerimaan Total Biaya Tunai
RC rasio atas biaya total =
Total Penerimaan Total Biaya
3.1.3 Persepsi Petani
Rangkuti 2003, mendefinisikan persepsi individu sebagai proses dimana individu memilih, mengorganisasikan dan mengartikan stimulus yang diterima
melalui alat inderanya menjadi suatu makna. Meskipun demikian, makna dari proses suatu persepsi tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu
individu yang bersangkutan. Proses persepsi terhadap suatu jasa tidak mengharuskan petani tersebut mengunakan jasa tersebut terlebih dahulu. Persepsi
merupakan cara seseorang melihat realitas di luar dirinya atau di dunia sekelilingnya. Dalam hal ini, petani sering kali memutuskan pembelian suatu
produk berdasarkan persepsinya terhadap produk atau jasa tersebut Sumarwan, 2004.
Rakhmat 2002 mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek, perisitiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Dengan demikian, persepsi merupakan pemberian makna pada stimuli inderawi. Persepsi sebagai proses dimana tiap
inidividu menyeleksi, mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus ke dalam bentuk yang berharga dan divisualiasasikan sebagai gambaran dunia
Shiffman dan Kanuk, 2000. Rakhmat merumuskan dalil mengenai persepsi yaitu:
1 Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-
objek yang mendapat tekanan dalam persepsi orang, biasanya adalah objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
2 Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti.
33
3 Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada
umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, maka semua sifat
individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek berupa asimilasi atau kontras.
Rakhmat 2002, mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi persepsi individu, antara lain:
1 Faktor fungsional, berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-
hal lain yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Dalam hal ini, yang membentuk persepsi bukan bentuk atau jenis stimuli, melainkan
karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu. Faktor- faktor fungsional pembentuk persepsi lazim disebut sebagai kerangka
rujukan. Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya.
2 Faktor struktural, berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek
saraf individu.
Proses persepsi
Menurut Setiadi 2003, persepsi merupakan proses yang terdiri dari seleksi, organisasi dan interpretasi terhadap stimulus.
1 Seleksi perseptual
Seleksi perseptual terjadi, ketika konsumen menangkap dan memilih stimulus berdasarkan pada psychology set yang dimiliki, yaitu berbagai informasi yang
ada dalam memori konsumen. Sebelum seleksi persepsi terjadi, maka terlebih dahulu stimulus harus mendapat perhatian dari konsumen.
2 Organisasi persepsi
Organisasi persepsi berarti bahwa konsumen mengelompokan informasi dari berbagai sumber ke dalam pengertian yang menyeluruh untuk memahami
lebih baik dan bertindak atas pemahaman. Prinsip dasar dari organisasi persepsi adalah penyatuan yang berarti bahwa berbagai stimulus akan
dirasakan sebagai suatu yang dikelompokan secara menyeluruh. Pengorganisasian seperti ini memudahkan untuk memperoses informasi dan
memberikan pengertian yang terintegrasi terhadap stimulus.
34
3 Interpretasi perseptual
Proses terakhir dari persepsi adalah memberikan interpretasi atas stimuli yang diterima konsumen. Setiap stimuli yang menarik perhatian
konsumen, baik disadari atau tidak akan diinterpretasikan oleh konsumen. Dalam proses interpretasi, konsumen membuka kembali berbagai
informasi yang telah tersimpan dalam memorinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi dan selain
itu memungkinkan terjadinya perbedaan persepsi antar individu terhadap objek yang sama. Faktor-faktor tersebut:
1 Keadaan pribadi orang yang mempersepsi
Hal ini merupakan faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempersepsikan. Misalnya, kebutuhan, suasana hati, pengalaman masa
lalu dan karakterisitik lain yang terdapat dalam diri individu. Adanya faktor fungsional yang dapat menyebabkan perbedaan persepsi pada setiap
orang terhadap suatu objek yang sama. 2
Karakteristik target yang dipersepsi Dalam hal ini target tidak dilihat sebagai suatu yang terisolasi, maka
hubungan antar target dan latar belakang, serta kedekatankemiripan dan hal-hal yang dipersepsi dapat mempengaruhi persepsi orang.
3 Konteks situasi terjadinya persepsi
Waktu dipersepsinya suatu kejadian juga dapat mempengaruhi persepsi, demikian pula dengan lokasi, cahaya, panas atau faktor situasional lainnya.
3.2 Kerangka pemikiran Operasional