sains. Hal tersebut dikarenakan kebanyakan anak tunanetra lebih mudah untuk mengingat lirik untuk dinyanyikan, dan akan lebih mudah untuk
mengingat pelajaran yang disusun dalam bentuk musik. Lagu dari media pembelajaran musikal sains merupakan rangkuman
dari materi pelajaran IPA yang mudah ditangkap artinya dan dapat dinikmati alunan lagu dan musik yang dimainkan. Media pembelajaran musikal sains
mendukung konsep ilmu pengetahuan alam IPA dengan efektif dan dapat memotivasi para siswa untuk giat belajar.
2. Pembelajaran IPASains
Pembelajaran sains pada hakikatnya mencakup beberapa aspek antara
lain Maslichah Asy’ari, 2006: 21 :
a Faktual Dalam pembelajaran yang membahas tentang fakta dan gejala alam
tidak hanya secara verbal namun perlu adanya kegiatan interaksi secara langsung dengan alam agar tidak terjadi pembelajaran
secara tradisional. b Keseimbangan antara proses dan produk
Pembelajaran yang dilakukan siswa tidak hanya mengacu terhadap hasil atau produk dari bacaan yang ada di dalam buku namun
dilatih dalam ketrampilan proses yakni bagaimana cara produk sains tersebut ditemukan, misalnya : mengamati, mengukur,
mengklasifikasi, dan lain-lain.
c Aktif melakukan investigasi Pembelajaran IPAsains yang dilakukan oleh siswa hendaknya
selalu aktif agar rasa ingin tahu yang pada akhirnya akan menciptakan suatu kegiatan investigasi dalam memecahkan
permasalahan alam sekitar. d Berpikir dedukatif dan induktif
Berpikir deduktif dan induktif dalam pembelajaran IPAsains merupakan sikap untuk dapat mewujudkan suatu pemikiran kepada
siswa untuk dapat menggeneralisir fakta dalam alam sekitar dalam bentuk pemahaman konsep yang esensial dan menerapkannya di
dalam kehidupan. e Pengembangan sikap
Setelah pembelajaran IPAsains dapat dipahami dan diterapkan, siswa diharapkan memiliki sikap ilmiah yang terbentuk dalam diri
siswa.
3. Prinsip Pembelajaran IPASains bagi Anak Tunanetra
Prinsip-prinsip pembelajaran IPASains meliputi Maslichah Asy’ari,
2006: 25 yaitu :
a. Empat Pilar Pendidikan Global learning to know, learning to do, learning to be and learning to live together.
1 learning to know : pembelajaran IPA yang disajikan hendaknya dapat menjadikan suatu pengetahuan bagi siswa mengenai alam
semesta serta dapat memahami secara cermat makna atau intisari
yang disampaikan melalui materi pelajaran IPA. Contoh : siswa tunanetra mempelajari mengenai jenis-jenis benda. Materi yang
diajarkan menjelaskan bahwa contoh benda padat antara lain adalah batu. Namun jika tidak merasakan secara langsung, siswa
tunanetra tidak mengetahui bahwa batu itu padat. Untuk itu diperlukan pemahaman secara cermat agar siswa tunanetra
mengetahui mengetahui benda-benda yang ada di sekelilingnya serta di alam semesta.
2 learning to do : siswa tidak hanya mengetahui materi pelajaran IPA dengan mendengarkan dan membaca tetapi dengan
mengolah materi pelajaran IPA tersebut ke dalam kehidupan nyata untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Contoh :
siswa tunanetra telah mempelajari mengenai manfaat apotek hidup. Di dalam materi tersebut dijelaskan mengenai manfaat
buah dari jeruk nipis sebagai obat batuk. Dari pengetahuan tersebut, siswa tunanetra menjadi tahu akan manfaat buah jeruk
nipis sebagai obat batuk. Pada saat siswa tunanetra maupun orang lain mengalami batuk, siswa tunanetra tidak perlu merasa
khawatir untuk dapat mengobati batuk yang dialaminya. Pengetahuan yang didapatkan mengenai manfaat apotek hidup
membuat pengalaman belajar siswa menjadi bertambah. 3 learning to be : dengan ada banyaknya pengalaman belajar siswa
akan menimbulkan rasa percaya diri untuk dapat menekuni
pelajaran yang telah diberikan dan akan berdampak pada jati diri siswa. Contoh : pengetahuan yang telah ada pada siswa tunanetra
menjadi bekal bagi mereka untuk menambah wawasan mengenai alam. Mereka tidak akan takut lagi untuk dapat memiliki
binatang peliharaan yang tidak akan membahayakan mereka serta tidak mudah untuk ditakut-takuti oleh orang lain yang
menganggap mereka lemah dikarenakan tidak berfungsinya organ penglihatan mereka.
4 learning to live together : pengetahuan yang didapatkan dari proses pembelajaran IPA akan membangun pemahaman sikap
positif dan toleransi antar individu untuk dapat berkumpul bersama-sama untuk dapat menciptakan keharmonisan di dalam
kehidupan selamanya. Contoh : siswa tunanetra yang telah banyak memiliki bekal pengetahuan mengenai alam semesta
akan membawa mereka untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan masyarakat. Di dalam lingkungan masyarakat, siswa
tunanetra tidak akan merasa canggung untuk berinteraksi dikarenakan telah mempunyai ilmu. Ilmu tersebut dimanfaatkan
untuk menjaga keharmonisan dalam menjaga alam semesta tanpa adanya pengrusakan terhadap lingkungan.
b. Inkuiri. Pada dasarnya, anak tunanetra memiliki rasa ingin tahu yang besar,
sedang alam sekitar penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat