memaksimalkan obyek yang diamati dikarenakan adanya bercak yang telah menutupi bagian-bagian tertentu pada organ mata.
Bercak yang terdapat pada organ mata tersebut mengakibatkan penyandang tunanetra mengalami kesulitan untuk mempersepsikan
obyek secara dan untuk memberikan gambaran secara utuh, penyandang tunanetra mendekatkan obyek yang dilihat ke bagian
organ mata.
3. Karakteristik Tunanetra
Suran Rizzo; Christie, Yawkey Rini Hildayani, dkk, 2007:
8.6 menyatakan bahwa karakteristik dari anak yang mengalami gangguan
penglihatan akan dilihat dalam beberapa segi, yaitu dari segi perkembangan motorik, faktor bahasa, kemampuan konseptual, kegiatan
bermain, dan faktor personal dan sosial.
a. Perkembangan Motorik Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa anak buta yang
normal, baik secara neurologis maupun fisiologis, memperlihatkan keterlambatan awal dalam perkembangan motorik dibandingkan
dengan anak yang dapat melihat Rini Hildayani, dkk, 2007: 8.6. Meskipun adanya keterlambatan tidak memberikan dampak jangka
panjang dalam keseluruhan perkembangan motorik, keterlambatan yang ada diperkirakan akan mempengaruhi faktor kepribadian yang
lain. Kurangnya penglihatan tentu dapat mengganggu mobilitas, dan
kurangnya mobilitas akan menggangu kapasitas seorang anak untuk mengeksplorasi lingkungannya.
b. Faktor Bahasa Ketunanetraan mengakibatkan kurang memiliki pengalaman
mengenai asosiasi visual, pengolahan kosa kata berlangsung secara lambat. Pada anak yang dapat melihat, kata “lompat” dapat
diasosiasikan dengan melihat orang atau gambar anak yang sedang melompat. Pada anak-anak yang buta, kata-kata yang diucapkan
membutuhkan gerakan oral, terutama kata-kata yang tidak mereka ketahui sebelumnya dan mereka harus meniru gerakan dari apa yang
sedang dibicarakan, sebagai contoh, anak harus diajarakan gerakan melompat untuk mengajarkan makna dari kata “lompat”.
Menurut Burlingman Rini Hildayani, dkk, 2007: 8.7, perkembangan bahasa pada anak buta pada awalnya sedikit terlambat
tetapi sekali mereka mampu berbicara, mereka akan berbicara dengan lancar dan mempunyai kosa kata yang banyak. Anak yang buta juga
mengalami kesulitan untuk memahami komunikasi nonverbal, karena komunikasi nonverbal umumnya bersifat visual misalnya menaikkan
alis, mengangkat bahu, mereka kurang efektif untuk berespons terhadap tanda-tanda nonverbal tersebut.
c. Kemampuan Konseptual Masih terdapat pertentangan di antara para ahli mengenai
kemampuan kognitif pada anak buta. Salah satu konsep yang cukup