Pengukuran Kinerja Supplier Pada Rantai Suplai Menggunakan Metode Fuzzy - Data Envelopment Analysis (DEA) Di Pt Pusaka Prima Mandiri (PPM) Medan.

(1)

PENGUKURAN KINERJA SUPPLIER PADA RANTAI SUPLAI MENGGUNAKAN METODE FUZZY - DATA

ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DI PT PUSAKA PRIMA MANDIRI

(PPM) MEDAN

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

JULPRIADI SARAGIH 100423026

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Evaluasi kinerja supplier dengan pengukuran kinerja merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk mengoptimalkan biaya dan waktu produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja supplier dan menentukan supplier terbaik dengan cara menghitung nilai efisiensi beberapa supplier berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Penelitian ini dilakukan di PT PPM dengan mengambil objek supplier bahan baku pulp serat panjang dan pulp serat pendek. Penelitian ini menggunakan tiga kriteria dan data yang digunakan adalah data priode Januari – Desember 2013. Pengukuran kinerja supplier menggunakan metode Fuzzy Data Envelopment Analysis (DEA). Metode Fuzzy digunakan untuk melakukan penilaian secara linguistik sehingga didapatkan bobot kriteria masing-masing supplier, sedangkan untuk penilaian efisiensi digunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Dari hasil pengolahan dan analisis data disimpulkan bahwa supplier yang efisien untuk pulp serat panjang adalah Eldorado Pulp – Brazil dan Suzano Pulp - Eropa. Dari kedua supplier tersebut, Suzano Pulp – Eropa merupakan supplier terbaik karena memiliki nilai super efisiensi paling tinggi yaitu 1.000076. Supplier pulp serat panjang yang tidak efisien adalah NBKP Caribo – Canada (0.2263373), NBKP Harmac – Canada (0.4656111), Fax Pulp – Afrika Selatan (0.5409018), Abaca Pulp – Filipina (0.6952288). Pada supplier pulp serat pendek, terdapat dua supplier yang efisien yaitu: Softwood Pulp - Canada, Sodra Softwood Pulp – Swedia. Kedua supplier yang efsisien memiliki nilai super efisiensi yang sama sehingga keduanya merupakan supplier terbaik (1.000000). Supplier serat pendek yang tidak efisien adalah LBKP Baycell - Chilli (0.4959172), LBKP Santa Fc - Perancis (0.6834320), LBKP Santa Fc - USA (0.7217676), LBKP Aracruz - Brazil (0.6834320).

Kata Kunci: Fuzzy, Data Envelopment Analysis (DEA), efisiensi, supplier.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Tugas Sarjana ini berjudul “PENGUKURAN KINERJA SUPPLIER

PADA RANTAI SUPLAI MENGGUNAKAN METODE FUZZY - DATA

ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DI PT PUSAKA PRIMA MANDIRI

(PPM) MEDAN”. Tugas Sarjana ini merupakan sarana bagi penulis untuk melakukan studi terhadap salah satu permasalahan nyata dalam perusahaan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Sarjana ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis selalu terbuka mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Penulis

Medan, September 2014


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan laporan ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik berupa material, spiritual, informasi maupun sumbangan pemikiran. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan material, spiritual maupun bimbingan, terutama kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Mangara M Tambunan, M.SC., selaku Koordinator Tugas Sarjana di Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, yang merangkap sebagai Dosen Pembimbing I Penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini, yang telah menyediakan waktunya untuk dapat memberikan bimbingan akademis kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini.

4. Ibu Tuti Sarma Sinaga ST, MT, sebagai Dosen Pembimbing II Penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini, yang telah menyediakan waktunya untuk dapat memberikan bimbingan akademis kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini.


(8)

5. Ibu Reni Vebb, selaku staff purchase PT Pusaka Prima Mandiri yang memberi bantuan berupa informasi dan data selama melakukan penelitian di perusahaan.

6. Kedua orang tua (A. Saragih dan D. Siregar), kakak dan adik serta keluarga penulis yang telah memberikan dukungan sepenuhnya kepada penulis baik doa, moral, semangat maupun materi dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

7. Semua teman-teman angkatan 2010 Ekstensi di Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih memiliki keterbatasan dalam segala hal sehingga mungkin masih banyak kekurangan ataupun kelemahan dalam penyusunannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi untuk penyempurnaan laporan ini agar nantinya berguna dalam penulisan laporan berikutnya.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.


(9)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ... xiv

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-4 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-3


(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.3.1. Struktur Organisasi ... II-3 2.3.2. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-5 2.3.3. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan ... II-6 2.4. Proses Produksi ... II-8 2.4.1. Bahan ... II-8 2.4.1.1. Bahan Baku ... II-9 2.4.1.2. Bahan Penolong ... II-11 2.4.1.3. Bahan Tambahan ... II-14 2.4.2. Pengendalian Mutu Produk ... II-15 2.4.3. Uraian Proses Produksi ... II-18 2.4.3.1. Tahap Persiapan ... II-18 2.4.3.2. Tahap Proses Pembuatan Kertas di Paper Machine II-22 2.4.3.3. Tahap Finishing ... II-25 2.4.3.4. Peralatan (Equipment) ... II-26 2.4.3.5. Utilitas ... II-27

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Konsep Pembelian ... III-1 3.1.1. Manajemen Pembelian ... III-1 3.1.2. Manajemen Hubungan dengan Pemasok ... III-5 3.2. Seleksi dan Evaluasi Pemasok ... III-6


(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.3. Logika Fuzzy ... III-8 3.3.1. Konsep Fuzzy ... III-8 3.3.2. Fungsi Keanggotaan ... III-10 3.3.3. Triangular Fuzzy Number ... III-10 3.3.4. Defuzzifikasi ... III-12 3.4. Rata-rata Geometrik ... III-14 3.5. Normalisasi ... III-16 3.6. Data Envelopment Analysis (DEA) ... III-17 3.6.1. Decision Making Unit (DMU) ... III-18 3.6.2. Konsep Dasar DEA ... III-18 3.6.3. Model CCR (Charnes-Cooper-Rhodes) ... III-21 3.6.4. Makna Bobot Optimal ... III-23 3.7. Program LINDO ... III-24

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Pengumpulan Data ... IV-2 4.6. Kerangka Berpikir ... IV-3


(12)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

4.7. Metode Pengolahan Data ... IV-4 4.8. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-4 4.9. Kesimpulan dan Saran... IV-5

V PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Hasil Pengumpulan Data Pemasok Pulp Serat Panjang ... V-1 5.1.2. Hasil Pengumpulan Data Pemasok Pulp Serat Pendek ... V-9 5.2. Pengolahan Data ... V-17

5.2.1. Pengolahan Data Pemasok Pulp Serat Panjang ... V-17 5.2.2. Pengolahan Data Pemasok Pulp Serat Pendek ... V-38

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... V-1

6.1. Analisis Pemasok Pulp Serat Panjang ... V-1 6.2. Analisis Pemasok Pulp Serat Pendek ... V-3

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... V-1

7.1. Analisis Pemasok Pulp Serat Panjang ... V-1 7.2. Analisis Pemasok Pulp Serat Pendek ... V-3


(13)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

L1. Kuesioner Penilaian Tingkat Kepuasan Terhadap Kinerja Pemasok

L2. Hasil Pengolahan LINDO Pemasok Pulp Serat Panjang Menggunakan Model CCR

L3. Hasil Pengolahan LINDO Pemasok Pulp Serat Panjang Menggunakan Model Super Efisiensi

L4. Hasil Pengolahan LINDO Pemasok Pulp Pendek Menggunakan Model CCR L5. Hasil Pengolahan LINDO Pemasok Pulp Serat Pendek Model Menggunakan

Super Efisiensi

L6. Lembar Asistensi Tugas Akhir L7. Surat Permohonan Rieset

L8. Surat Balasan Izin Riset Tugas Sarjana L9. SK Tugas Sarjana


(14)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Data Order Bahan Tahun 2013 ... I-2 2.1. Jam Kerja Regular ... II-5 2.2. Jam Kerja Shift ... II-5 2.3. Supplier Pulp Serat Panjang ... II-9 2.4. Supplier Pulp Serat Pendek ... II-10 2.5. Jenis Calcium Carbonate ... II-11 2.6. Jenis-jenis Cationic Retention Aid ... II-12 2.7. Jenis-jenis Anti Foam ... II-12 2.8. Jenis Biocide ... II-13 2.9. Jenis Citric Acid ... II-13 2.10. Jenis Potassium Hydroxide ... II-14 2.11. Jenis-jenis Coagulant ... II-14 2.12. Perbedaan Kertas Biasa dengan Kertas Rokok ... II-17 5.1. Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Penilaian Kinerja Supplier

Pulp Serat Panjang ... V-2 5.2. Data Pemenuhan Jumlah Pesanan Pulp Serat Panjang Januari –

Desember 2013 ... V-3 5.3. Data Harga Pembelian Pulp Serat Panjang Bulan Januari – Desember


(15)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.4. Data Pemenuhan Due Date Pulp Serat Panjang Bulan Januari –

Desember 2013 ... V-6 5.5. Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Penilaian Kinerja Supplier

Serat Pendek ... V-10 5.6. Data Pemenuhan Jumlah Pesanan Pulp Serat Pendek Januari –

Desember 2013 ... V-11 5.7. Data Harga Pembelian Pulp Serat Pendek Bulan Januari – Desember

2013 ... V-13 5.8. Data Pemenuhan Due Date Pulp Serat Pendek Bulan Januari –

Desember 2013 ... V-14 5.9. Nilai Triangular Fuzzy Number ... V-19 5.10. Hasil Transformasi Jawaban Kuesioner untuk Keseluruhan

Responden Pada Supplier Pulp Serat Panjang ... V-20 5.11. Hasil Perhitungan Rata-rata Geometrik (G) Seluruh Supplier Pulp

Serat Panjang. ... V-24 5.12. Hasil Perhitungan Deffuzifikasi Seluruh Supplier Pulp Serat Panjang ... V-27 5.13. Normalisasi Bobot Seluruh Supplier Pulp Serat Panjang ... V-28 5.14. Hasil Penentuan Bobot Agregasi Supplier Pulp Serat Panjang ... V-30 5.15. Data yang Digunakan untuk Fungsi Kendala pada DMU 1 Supplier

Pulp Serat Panjang ... V-33


(16)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.16. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Kinerja Relatif Supplier Pulp Serat

Panjang ... V-36 5.17. Hasil Perhitungan Super Efisiensi Supplier Pulp Serat Panjang

dengan Software LINDO ... V-37 5.18. Rekapitulasi Transformasi Jawaban Responden menjadi Triangular

Fuzzy Number, Perhitungan Rata-rata Geometrik, Defuzzifikasi dan

Normalisasi dari Data Supplier Pulp Serat Pendek ... V-38 5.19. Hasil Penentuan Bobot Agregasi Supplier Pulp Serat Pendek ... V-42 5.20. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Kinerja Relatif Supplier Pulp Serat

Pendek ... V-44 5.21. Hasil Perhitungan Super Efisiensi Supplier Pulp Serat Pendek dengan

Software LINDO ... V-44 6.1. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Kinerja Relatif Supplier Pulp Serat

Panjang ... VI-1 6.2. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Kinerja Relatif Supplier Pulp Serat


(17)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.3. Blok Diagram Pembuatan Kertas Rokok ... II-26 3.1 Proses – Proses Kunci Terkait Fungsi Pengadaan ... III-6 3.2. Triangular Fuzzy Number M = (a,b,c) ... III-11 3.3. Fuzzy Set dari M1 = “mendekati 1” sampai M9 = “mendekati 9” ... III-12 3.4. Proses Deffuzyfikasi ... III-13 4.1. Kerangka Berpikir ... IV-3 4.2. Blok Diagram Langkah-langkah Penelitian ... IV-6 5.1. Pembagian Skala Kuesioner ... V-17 5.2. Pembentukan Triangular Fuzzy Number ... V-18 5.3. Input Data pada Software LINDO ... V-34 5.4. Optimizer Output dalam Software LINDO ... V-34 5.5. Hasil Akhir dari Software LINDO ... V-35


(18)

ABSTRAK

Evaluasi kinerja supplier dengan pengukuran kinerja merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk mengoptimalkan biaya dan waktu produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja supplier dan menentukan supplier terbaik dengan cara menghitung nilai efisiensi beberapa supplier berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Penelitian ini dilakukan di PT PPM dengan mengambil objek supplier bahan baku pulp serat panjang dan pulp serat pendek. Penelitian ini menggunakan tiga kriteria dan data yang digunakan adalah data priode Januari – Desember 2013. Pengukuran kinerja supplier menggunakan metode Fuzzy Data Envelopment Analysis (DEA). Metode Fuzzy digunakan untuk melakukan penilaian secara linguistik sehingga didapatkan bobot kriteria masing-masing supplier, sedangkan untuk penilaian efisiensi digunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Dari hasil pengolahan dan analisis data disimpulkan bahwa supplier yang efisien untuk pulp serat panjang adalah Eldorado Pulp – Brazil dan Suzano Pulp - Eropa. Dari kedua supplier tersebut, Suzano Pulp – Eropa merupakan supplier terbaik karena memiliki nilai super efisiensi paling tinggi yaitu 1.000076. Supplier pulp serat panjang yang tidak efisien adalah NBKP Caribo – Canada (0.2263373), NBKP Harmac – Canada (0.4656111), Fax Pulp – Afrika Selatan (0.5409018), Abaca Pulp – Filipina (0.6952288). Pada supplier pulp serat pendek, terdapat dua supplier yang efisien yaitu: Softwood Pulp - Canada, Sodra Softwood Pulp – Swedia. Kedua supplier yang efsisien memiliki nilai super efisiensi yang sama sehingga keduanya merupakan supplier terbaik (1.000000). Supplier serat pendek yang tidak efisien adalah LBKP Baycell - Chilli (0.4959172), LBKP Santa Fc - Perancis (0.6834320), LBKP Santa Fc - USA (0.7217676), LBKP Aracruz - Brazil (0.6834320).


(19)

II-18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, perkembangan dunia industri sangat pesat. ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan salah satu hal nyata dalam perkembangan dunia industri. Perkembangan tersebut membuat persaingan antar perusahaan menjadi sangat ketat. Persaingan yang ketat menuntut perusahaan untuk terus berkembang dan memberikan pelayanan yang terbaik.

Perusahaan menggunakan berbagai metode untuk meningkatkan kepercayaan konsumen. Konsumen mengharapkan pelayanan yang cepat, kualitas yang baik, dan pengiriman tepat waktu. Pengendalian rantai suplai merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam pencapaian tujuan tersebut.

Rantai pasok merupakan suatu jaringan kompleks yang terdiri dari seluruh tahap misalnya, pemesanan, pembelian, pengendalian persediaan, manufaktur dan distribusi, yang terlibat dalam produksi dan penyampaian produk. Seluruh rantai menghubungkan pelanggan, manufaktur dan supplier, yang dimulai dengan penyiapan bahan baku atau komponen oleh supplier, dan berakhir dengan penggunaan produk oleh pelanggan (Ting dan Cho, 2008).

Bahan baku merupakan bahan dasar yang digunakan dalam proses produksi. Supplier merupakan bagian penting dalam rantai suplai suatu perusahaan yang menyediakan bahan baku berkualitas. Ketergantungan pada supplier yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan harus lebih efektif bekerja


(20)

sama dengan supplier-nya. Pemantauan dan pengukuran kinerja keseluruhan supplier menjadi sangat penting. Menurut Pujawan dan Mahendrawathi (2010), kinerja supplier perlu dipantau secara terus menerus. Pemantauan dan pengukuran kinerja supplier dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan perlu tidaknya mencari supplier alternatif.

PT Pusaka Prima Mandiri (PPM) merupakan industri manufaktur di bidang pembuatan kertas. PT PPM selalu mengalamai masalah dalam pengadaan bahan baku seperti ketidakmampuan supplier memenuhi jumlah order atau keterlambatan kedatangan bahan seperti dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Data Order Bahan Tahun 2013

Bulan

OrderPulp Serat Panjang OrderPulp Serat Pendek Kuantitas

Order Bahan

Kedatangan

Order Bahan

Kuantitas

Order Bahan

Kedatangan

Order Bahan

Order

(Ton)

Release

(Ton)

Tidak

Terlambat Terlambat

Order

(Ton)

Release

(Ton)

Tidak

Terlambat Terlambat

Januari 2013 240 205 2 5 180 175 2 5

Februari 2013 220 190 3 4 180 180 2 5

Maret 2013 230 210 4 3 160 160 4 3

April 2013 200 180 5 2 180 165 6 1

Mei 2013 250 190 4 3 140 140 4 3

Juni 2013 240 215 6 1 140 135 5 2

Juli 2013 220 190 6 1 135 125 4 3

Agustus 2013 220 220 5 2 140 130 2 5

September 2013 250 225 6 1 180 155 4 3

Oktober 2013 230 200 5 2 155 140 5 2

November 2013 220 180 6 1 170 160 4 3

Desember 2013 215 185 6 1 175 165 4 3

Kekurangan dan keterlambatan bahan dapat berakibat pada terganggunya jadwal produksi sehingga berakibat pada terlambatnya pemenuhan jumlah order konsumen. Keterlambatan ini dapat membuat perusahaan memperoleh sangsi


(21)

penalti atau pun penurunan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan sehingga perlu dilakukan penelitian.

Dalam hal ini perlu dilakukan pengukuran kinerja supplier. Metode yang dipandang tepat untuk menyelesaikan masalah ini adalah Fuzzy dan Data Envelopment Analysis (DEA). Alasan menggunakan pendekatan Fuzzy DEA karena metode Fuzzy mampu melakukan penilaian secara linguistik sehingga didapatkan nilai bobot kriteria tiap supplier, sedangkan untuk penilaian efisiensi supplier digunakan metode DEA. Model DEA digunakan karena dapat mengatasi dua permasalahan yaitu multi pengukuran kinerja anggota rantai dan konflik antar anggota dengan respek pengukuran yang rinci (Liang Liang et al, 2006). Model DEA juga memberikan solusi pemecahan masalah terbaik karena mampu mengidentifikasi unit rantai suplai yang tidak efisien untuk meningkatkan kinerja perusahaan (Feng Yang et al, 2011).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan informasi di atas diketahui bahwa masalah yang dihadapi PT PPM adalah masalah pengadaan bahan baku seperti ketidakmampuan supplier memenuhi jumlah permintaan dan keterlambatan kedatangan order bahan yang berakibat terkendalanya jadwal produksi dan keterlambatan pemenuhan pesanan konsumen. Maka harus dilakukan evaluasi kinerja supplier yang ada di perusahaan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan


(22)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan yaitu:

1. Mengukur kinerja relatif supplier bahan baku berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja.

2. Mengetahui supplier bahan baku yang memiliki kinerja terbaik.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menambah keterampilan dan pengalaman mahasiswa dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan rantai suplai yang diperoleh selama perkuliahan sebelum masuk ke dunia kerja serta mengaplikasikan teori dalam dunia nyata.

2. Memberikan masukan dan usulan dalam melakukan evaluasi kinerja supplier bahan baku di PT PPM.

3. Sebagai salah satu alternatif untuk membantu melakukan evaluasi kinerja supplier bahan baku di PT PPM.

4. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam melakukan perngambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan di masa yang akan datang.

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan-batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Penelitian difokuskan pada supplier bahan baku.


(23)

2. Responden yang digunakan adalah para manajemen tingkat menengah sampai atas di PT PPM serta dianggap berpengalaman dan mampu memberikan penilaian.

3. Data yang digunakan adalah data pada Januari 2013 sampai dengan Desember 2013.

4. Metode yang digunakan adalah metode Fuzzy dan DEA dengan Model CCR (Charnes-Cooper-Rhodes).

5. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel dari Dickson’s vendor selection criteria (1966).

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tidak ada penambahan atau pengurangan supplier selama penelitian. 2. Kondisi lingkungan kerja dan keadaan peralatan baik.

3. Tidak ada pengaruh gejolak ekonomi terhadap rantai suplai.

4. Responden memberikan penilaian tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas sarjana ini sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari penelitian dilakukan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian, dan sistematika penulisan tugas sarjana.


(24)

BAB II Gambaran Umum Perusahaan menguraikan tentang sejarah perusahaan, gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, organisasi dan manajemen, teknologi serta proses produksi.

BAB III Landasan Teori menyajikan dasar teori dan metode yang digunakan sebagai dasar dan kelengkapan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Adapun teori yang dibahas dalam penelitian ini adalah Konsep Pembelian, Seleksi dan Evaluasi Supplier, Logika Fuzzy, Data Envelopment Analysis (DEA) dan LINDO.

BAB IV Metodologi Penelitian, mengemukakan tahap-tahap untuk pengukuran kinerja relatif supplier bahan baku perusahaan yang dimulai dari persiapan penelitian, pengambilan data, pengolahan data, analisis pemecahan masalah hingga kesimpulan dan saran yang ditulis secara ringkas.

BAB V Pengumpulan dan Pengolahan Data membahas tentang data-data yang dibutuhkan baik data primer maupun data sekunder. Data yang sudah dikumpulkan diolah menggunakan metode Fuzzy DEA.

BAB VI Analisis Pemecahan Masalah menganalisis hasil dari pengolahan data dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk mengetahui kinerja supplier.

BAB VII Kesimpulan dan Saran menguraikan tentang pokok-pokok hasil penelitian dan uraian singkat hasil Analisis yang dilakukan, serta saran tindak lanjut dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT Delitua Paper Mild merupakan perusahaan yang memproduksi kertas

rokok. PT Delitua Paper Mild mengalami likuidasi dengan SPP Presiden No. 441/I/PMA/1983, 31 Desember 1983 dan akte pendirian 31 Desember 1983

No. 427, 24 Februari 1984 Notaris Ridwan Suselo, Jakarta. Likuidasi tersebut menyebabkan terjadinya penjualan saham perusahaan.

Pada bulan Desember 1983, PT Delitua Paper Mild dibeli oleh dua perusahaan dalam negeri dan satu perusahaan luar negeri. Perusahaan yang membeli saham tersebut adalah:

Perusahaan dalam negeri yang terdiri dari:

1. PT Sarida Perkasa, yang memiliki saham sebesar 45%. 2. PT Duta Mendut, yang memiliki saham sebesar 5%. Perusahaan luar negeri yaitu:

3. Kimberly Clark Corp., yang memiliki saham sebesar 50%.

Perusahaan tersebut membuat akte resmi untuk menjalankan aktivitas usaha. Akte yang dibuat oleh notaris untuk perusahaan tersebut adalah akte pendirian No. 427 tertanggal 24 Februari 1984. Mulai tahun 1984 perusahaan ini bernama PT Kimsari Paper Indonesia Medan dengan status perusahaan adalah PMA Joint Venture dan bergerak pada bidang industri kertas rokok.


(26)

PT Kimsari bekerja sama dengan Papeteries de Mauduit (PDM) yang merupakan anak perusahaan Schweiter-Mauduit di Perancis. Paperties de Mauduit terlibat dalam desain dan konstruksi pabrik pada pertengahan tahun 1980-an dan kemudian memberikan bantuan teknis serta lisensi kepada PT Kimsari Paper Indonesia untuk menggunakan merek dagang PDM dalam memasarkan produk di Indonesia. Pada tanggal 24 Oktober 2003, perusahaan Perancis Scheweitzer-Mauduit International mengakuisisi PT Kimsari Paper Indonesia Medan dengan kepemilikan saham sebesar 100%. Sejak saat itu PT Kimsari Paper Indonesia berganti nama menjadi PT PDM Indonesia.

Pada Tahun 2013 tepatnya tanggal 18 April 2013, PT PDM Indonesia berubah nama menjadi PT Pusaka Prima Mandiri yang disahkan didepan Notaris Wesley Tanudjaya, S.H., dalam Akta No. 2 Tahun 2013. Perubahan nama itu terjadi karena seluruh saham asing milik Schweitzer Mauduit France SAS secara resmi telah dibeli oleh pemegang saham Indonesia, maka Status PMA kini telah berubah menjadi PMDN.

Produk PT Pusaka Prima Mandiri mencakup kertas rokok dan plug wrap konvensional untuk industri rokok. Saat ini penjualan produk PT Pusaka Prima Mandiri sebagian besar dipasarkan di Indonesia dan selebihnya untuk pasar luar negeri.


(27)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT PPM bergerak dalam bidang industri pembuatan kertas rokok (cigarette paper). Kertas rokok tersebut diproduksi dalam dua bentuk yaitu gulungan (bobbin) dan lembaran (ream). Ukuran produk tersebut yaitu :

1. Bobbin

Bobbin memiliki lebar 24-29 mm dan panjang 5500-6000 cm. 2. Ream

Ream memiliki lebar 51 cm dan panjang 76-83 cm. Ream memiliki jumlah 500 lembar.

Produk yang dihasilkan dipasarkan ke pabrik-pabrik rokok yang ada di Sumatera Utara dan Pulau Jawa serta luar negeri.

2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah sistem pembagian kerja, pembatasan tugas, tanggung jawab, dan wewenang serta menetapkan hubungan antar unsur organisasi. Tujuannya adalah meningkatkan kerja sama dalam mencapai tujuan perusahaan.

Struktur organisasi yang digunakan di PT PPM adalah struktur organisasi garis dan fungsional. Struktur organisasi garis dan fungsional merupakan perpaduan antara organisasi garis dan organisasi fungsional. Gambaran struktur organisasi di PT PPM dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(28)

General Manager Manajer Sumber Daya Manusia Manajer Pembelian Manajer Pemeliharaan Manajer Teknik Manajer Pengendalian Kualitas Manajer Produksi dan Finishing Manajer Keuangan Hubungan Luar Electicity Staf Pembelian Maintenance Perencanaan Teknik Staf Pengendalian Kualitas Finishing Produksi Bagian Proses Administrasi Penjualan dan Pemasaran Bagian Proses Data

Dan Komputer

Bagian Kontrol Internal dan Budged

Bagian Akuntansi

Keterangan:

Hubungan Garis Hubungan fungsional

Sumber : PT PPM


(29)

II-28

2.3.2. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan

Jumlah tenaga kerja yang ada di PT PPM adalah sebanyak 201 orang yang terdiri atas 178 orang laki-laki dan 23 orang perempuan. Tenaga kerja ini dapat digolongkan atas staf dan karyawan. Golongan staf adalah pekerja pada tingkat direktur, manajer, kepala bagian, dan pekerja yang tidak bekerja pada bagian produksi. Sedangkan golongan karyawan adalah pekerja yang bekerja pada bagian produksi termasuk satpam.

Staf bekerja pada hari Senin sampai dengan Jumat dan jumlah jam kerja adalah tujuh jam kerja dalam satu hari. Jadwal kerja golongan staf dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jam Kerja Regular

Hari Waktu Kerja Istirahat

Senin - Jumat 08.00 – 17.00 WIB 12.00 – 13.00 WIB Sabtu - Minggu Libur

Sumber : PT PPM

Untuk karyawan, jadwal kerja dibagi atas tiga shift. Waktu kerja shift berjalan setiap hari. Jadwal jam kerja shift dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jam Kerja Shift

Shift Waktu Kerja Istirahat

I 06.00 – 14.00 WIB 12.00 – 13.00 WIB

II 14.00 – 23.00 WIB 18.00 – 19.00 WIB III 23.00 – 06.00 WIB 02.00 – 03.00 WIB

Sumber : PT PPM


(30)

2.3.3. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan

PT PPM memiliki tiga sistem pengupahan, yaitu: 1. Upah Bulanan

Upah bulanan diberikan kepada karyawan tetap. Besarnya upah yang diberikan berdasarkan kebijakan pemerintah. Karyawan tetap yang bekerja pada perusahaan ini berjumlah 186 orang yang terdiri dari manajer, kepala bagian, dan supervisor.

2. Upah Borongan

Upah borongan diberikan kepada karyawan yang bekerja pada masa tertentu. Besarnya upah yang diberikan disesuaikan dengan perjanjian antara perusahaan dengan karyawan tersebut. Karyawan yang bekerja pada bagian ini ada 8 orang termasuk supir yang bertugas mengirim hasil produksi ke pabrik rokok yang ada di Sumatera maupun Pulau Jawa.

3. Upah Harian

Upah harian diberikan kepada karyawan harian lepas dan pembayarannya dilakukan per hari. Karyawan lepas ini berjumlah 7 orang, yang terdiri atas cleaning service atau helper.

PT PPM memiliki sistem laporan penilaian karyawan yang digunakan untuk menentukan prestasi kerja serta kenaikan gaji atau upah terhadap karyawan. Sistem laporan penilaian tersebut antara lain:

1. Kualitas kerja

Karyawan mampu melaksanakan pekerjaannya sesuai prosedur kerja yang ada di perusahaan dan mencapai hasil yang memuaskan.


(31)

2. Kuantitas kerja

Karyawan mampu melaksanakan pekerjaannya lebih banyak dari rata-rata yang biasa dilakukan pekerja lainnya.

3. Pengetahuan kerja

Karyawan mampu menguasai detail pekerjaannya dengan baik. 4. Kepatuhan kerja

Karyawan melaksanakan pekerjaannya tepat waktu sesuai instruksi atasan. 5. Kerjasama

Karyawan dapat bekerjasama dan membina hubungan baik dengan rekan kerja, sehingga dapat menciptakan suasana kerja yang kondusif.

6. Inisiatif

Karyawan mampu mengemukakan ide-ide dan saran yang membangun untuk kebaikan perusahaan.

7. Loyalitas kepada perusahaan

Karyawan tersebut mampu menjaga nama baik perusahaan dengan sikap teladan.

8. Kehadiran kerja

Karyawan selalu datang teratur sesuai dengan jadwal kerja. 9. Keselamatan kerja

Karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai prosedur dan peraturan keselamatan kerja.

PT PPM juga menyediakan sarana kesejahteraan tenaga kerja, yaitu sebagai berikut:


(32)

1. Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) 2. Jaminan kesehatan

3. Tunjangan hari raya 4. Tunjangan keluarga

2.4. Proses Produksi

Poses produksi merupakan proses transformasi bahan baku menjadi produk jadi. Proses produksi akan menghasilkan perubahan fisik seperti bentuk dan dimensi, maupun non fisik seperti sifat.

Perusahaan selalu berusaha meningkatkan produktivitas. Hal tersebut dapat dipenuhi dengan pemahaman proses produksi. Pemahaman proses produksi akan mempermudah perusahaan menganalisis kinerja perusahaan dan dapat melakukan perbaikan sistem kerja. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan proses produksi yaitu bahan dan tahapan proses produksi.

2.4.1. Bahan

Bahan yang digunakan untuk memproduksi kertas rokok harus memenuhi syarat utama yaitu bersertifikat food grade (aman untuk makanan) dan tidak mengandung bahan berbahaya (non hazardous material). Bahan yang digunakan untuk memproduksi kertas rokok terdiri dari bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan.


(33)

2.4.1.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi di PT PPM adalah: 1. Pulp Serat Panjang (Needle Bleached Kraft Pulp)

Pulp serat panjang berfungsi sebagai struktur kerangka dasar. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan kertas dalam keadaan basah (wet strenght) dan membuat kertas tidak mudah robek (runability). Serat NBKP masih panjang dan harus dihaluskan melalui proses penggilingan. PT PPM memiliki kerja sama dengan beberapa supplier pulp serat panjang untuk memenuhi kebutuhan pulp serat panjang. Supplier-supplier tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. SupplierPulp Serat Panjang

Nama Jenis Negara Asal Dipakai (aplikasi)

NBKP Caribo Serat Panjang Canada Hydra Pulper NBKP Harmac Serat Panjang Canada Hydra Pulper Fax Pulp Serat Panjang Afrika Selatan Hydra Pulper Abaca Pulp Serat Panjang Filipina Hydra Pulper Baycel Eucalyptus

Kraft Pulp Serat Panjang Afrika Selatan Hydra Pulper Eldorado Pulp Serat Panjang Brazil Hydra Pulper Suzano Pulp Serat Panjang Eropa Hydra Pulper

Sumber: PT PPM

2. Pulp Serat Pendek (Leaf Bleached Kraft Pulp)

Pulp serat pendek digunakan untuk membentuk susunan kertas agar menjadi seragam (sheet uniformity) dan mengisi rongga-rongga. Serat LBKP tidak perlu dihaluskan lagi karena penghalusan akan menghancurkan serat LBKP. PT PPM memiliki kerja sama dengan beberapa supplier pulp serat pendek untuk


(34)

memenuhi kebutuhan pulp serat pendek. Supplier-supplier tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. SupplierPulp Serat Pendek

Nama Jenis Negara Asal Dipakai (aplikasi)

LBKP Baycell Serat Pendek Chilli Hydra Pulper LBKP Santa Fc Serat Pendek Perancis Hydra Pulper LBKP Aracruz Serat Pendek USA Hydra Pulper LBKP Aracruz Serat Pendek Brazil Hydra Pulper Caribo Softwood Pulp Serat Pendek Canada Hydra Pulper Sodra Softwood Pulp Serat Pendek Swedia Hydra Pulper

Sumber: PT PPM

3. Scrap Kertas (Broke)

Broke merupakan kertas hasil produksi paper machine yang tidak layak dijual karena kecacatan, ketidaksesuaian dengan standar yang ditetapkan konsumen, dan sisi kertas yang terbuang ketika dilakukan pemotongan.

Broke dapat digunakan kembali untuk mengurangi biaya pembelian bahan baku. Broke yang dihasilkan terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Wet Broke

Wet broke adalah kertas yang belum memasuki proses pengeringan atau berasal dari sisiran pada saat proses penekanan.

b. Dry Broke

Dry broke adalah broke yang telah kering atau telah memasuki proses pengeringan namun putus dengan sendirinya.


(35)

2.4.1.2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang dibutuhkan untuk membantu proses produksi. Bahan penolong berfungsi membantu proses produksi agar dapat berjalan dengan semestinya. Jumlah bahan penolong lebih kecil dibandingkan bahan baku. Bahan penolong yang digunakan di PT PPM adalah sebagai berikut: 1. Precipitated Calcium Carbonate

Precipitated calcium carbonate memiliki struktur calcite dan partikelnya berukuran 1,0 ± 0,2 µm. Bahan ini berfungsi:

a. Menghasilkan struktur atau susunan kertas yang lebih baik.

b. Meningkatkan tekstur agar permukaannya lebih halus dan konsentrasinya lebih seragam.

c. Meningkatkan daya tahan terhadap sinar pada kertas. d. Membuat hasil cetakan menjadi lebih baik.

Jenis-jenis calcium carbonate yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Jenis CalciumCarbonate

Nama Jenis Negara /Daerah Asal Aplikasi

PC 700 Tepung CaCO3 Jepang Dissolving Tank

Precarb 100 Tepung CaCO3 Malaysia Dissolving Tank LA 100 Tepung CaCO3 Yogyakarta Dissolving Tank

Sumber: PT PPM

2. Cationic Retention Aid (CRA)

Cationic Retention Aid (CRA) berfungsi mengikat partikel buburan sehingga meminimalisasi bubuhan yang terbuang pada proses penyaringan,


(36)

menambah kekuatan kertas pada waktu basah maupun kering dan mengurangi lose pada wire. Jenis-jenis CRA yang dipakai adapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6. Jenis-jenis CationicRetention Aid

Nama Jenis Negara/Daerah Asal Dipakai (Aplikasi)

Meyproid Gum Arabicum Perancis Hydra Pulper 4200 Gum Arabicum Perancis, Korea Hydra Pulper Polygal

Redibond Modifikasi Kanji Jakarta Forming Raysamil

T150 Modifikasi Kanji Lampung Forming

Sumber: PT PPM

3. Anti foam (Deformer)

Anti foam merupakan polimer berbahan dasar water base yang digunakan untuk mencegah buih-buih masuk kedalam kertas. Jenis-jenis anti foam yang dipakai dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Jenis-jenis Anti foam

Nama Jenis Negara/Daerah Asal Dipakai (aplikasi)

Bevaloid 5631 Anti Busa Perancis Mixing Nopco ENA-475 Anti Busa Tanggerang Mixing

Afranil Anti Busa Tanggerang Mixing

Sumber: PT PPM

4. Pencegah Bakteri (Biocide)

Biocide digunakan sebagai pembunuh bakteri penggumpalan (slim pot). Bakteri ini dapat menyebabkan penggumpalan pada proses pembuatan kertas. Jenis-jenis biocide yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.8.


(37)

Tabel 2.8. Jenis Biocide

Nama Jenis Negara/Daerah Asal Dipakai (aplikasi)

Natrium Hypochlorite

Biocide,

Anti Bakteri Medan Forming

Sumber: PT PPM

5. Citric Acid Anhydrous (C6H8O7)

Citric acid anhydrous atau asam sitrat tanpa senyawa air digunakan sebagai zat pembakar pada kertas yang akan dinetralkan dengan Potassium Hidoxide (KOH). Jenis citric acid anhydrous yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9. Jenis CitricAcid

Nama Jenis Daerah Asal Dipakai (aplikasi)

Citric Acid C6H8O7

Zat pembakar Lampung Size Press

Sumber: PT PPM

6. Potassium Hydroxide (KOH)

Digunakan untuk menetralisir citric acid sebelum masuk ke proses selanjutnya. Jenisnya KOH yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.10

Tabel 2.10. Jenis Potassium Hydroxide

Nama Jenis Negara Asal Dipakai (aplikasi)

Potassium

Hydroxide (KOH)

Penetralisir Citric Acid Anhidrous

India, Korea Cooking Tank

Sumber: PT PPM


(38)

7. Bahan Penggumpal (Coagulant)

Bahan penggumpal digunakan untuk meningkatkan ikatan kotoran berpartikel kecil. Jenis-jenis coagulant yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11. Jenis-jenis Coagulant

Nama Jenis Negara/Daerah Asal Dipakai (aplikasi)

Poly Aluminium Chloride (PAC)

Penggumpal

(coagulant) Air sungai

Korea, India, Jepang Watertreatment

PAC Kymene Penggumpal

white water Korea Clarifier

Nalco 1452 Penggumpal

white water Jakarta Clarifier

Sumber: PT PPM

8. Air

Air di dalam proses produksi digunakan sebagai media dan pelarut.

2.4.1.3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan PT PPM adalah:

1. Kertas Pembungkus

Kegunaan kertas pembungkus adalah untuk membungkus kertas rokok dalam ukuran ream.


(39)

2. Core

Core adalah inti dari gulungan kertas yang digunakan sebagai inti gulungan kertas selama proses penggulungan di paper machine maupun di bagian finishing.

3. Kotak Karton

Kotak karton digunakan untuk mengepak hasil produksi. 4. Label

Label digunakan sebagai pengenal perusahaan yang ditempel pada pembungkus produk.

2.4.2. Pengendalian Mutu Produk

Ada tiga kriteria mutu produk yang harus diperhatian, yaitu:

1. Kertas tidak mudah putus pada proses pembuatan dengan kecepatan tinggi. 2. Kertas berwarna putih dan bebas dari kotoran.

3. Pembakarannya, seperti asap, abu dan rasa.

Mutu bahan baku yang masuk akan diuji oleh oleh departemen quality control yang dibagi pada 2 kategori penting, yaitu eksternal dan internal. Kontrol eksternal berfungsi:

1. Sebagai pertimbangan kebutuhan konsumen, yaitu pemenuhan spesifikasi yang diberikan oleh konsumen.

2. Membina hubungan baik dengan konsumen dengan cara menerima keluhan konsumen tentang kualitas produk yang dihasilkan perusahaan.


(40)

3. Meningkatkan kepuasan konsumen dengan cara memenuhi secara tepat segala kualifikasi yang ditargetkan oleh konsumen.

Proses kontrol eksternal biasanya dilakukan dengan mendatangi konsumen secara langsung, mendengarkan saran atau keluhan dari pelanggan. Kegiatan kontrol eksternal biasanya dilakukan 2 kali dalam sebulan. Masalah yang biasa dikeluhkan konsumen adalah packaging (pengepakan), dan basis weight (berat kertas). Kontrol internal dilakukan untuk mengontrol mutu produk yang diproduksi sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaan kontrol internal dapat dibagi ke dalam 2 jenis tindakan, yaitu :

1. Dynamic control yang meliputi departemen slitter (bobbin). Pada departemen ini akan diadakan pengambilan sampel, petunjuk dan analisis. Dynamic control selalu memberikan petunjuk apakah kecepatan pada slitting machines sama atau tidak.

2. Static control yang meliputi pengujian sifat-sifat kertas saat sampel diambil. Beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam kontrol internal adalah: 1. Basic weight adalah berat kertas yang merupakan satu unsur kertas rokok yang

terpenting. Bila basic weight berubah maka semua parameter yang lain akan berubah. Basic weight ditentukan dalam satuan gr/m3.

2. Tensile strenght adalah ukuran daya tahan tarikan maksimum pada kertas. Bagian quality control memeriksa kesesuaian produk dengan range yang telah ditetapkan. Jika terjadi penyimpangan akan dilakukan pengujian kembali dengan lebih mempertahankan arah serat (satuan KgF).


(41)

3. Porosity adalah pengukuran aliran udara melalui kertas sample 20 cm2 dengan perbedaan tekanan 10 cmH2O. Sangat penting untuk membedakan antara penembusan udara pada pori-porinya dengan penembusan udara pada lubang- lubang besar akibat kesalahan proses (satuan cm2H2O).

4. Filler berfungsi untuk mengukur banyaknya CaCO3 yang perlu ditambahkan pada kertas untuk meningkatkan nilai opacity atau porosity (satuan %.In Paper).

5. Opacity berfungsi untuk mengukur daya tembus cahaya pada (satuan %). 6. Brightness adalah pengukuran keputihan kertas (satuan %).

7. Formation adalah pemeriksaan susunan serat kertas secara visual. Formation yang jelek bukan berarti kertas memiliki kualitas yang jelek, tetapi yang diperhatikan mudah atau tidaknya kertas putus saat dipotong di mesin slitter.

Ada beberapa perbedaan antara kertas biasa dengan kertas rokok. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.12.

Tabel 2.12. Perbedaan Kertas Biasa dengan Kertas Rokok

Kertas Biasa Kertas Rokok

Basis weight +/- (70 gr/m2) Basis weight +/- (25 gr/m2) Porosity +/- (5-10 cm) Porosity +/- (2-2,5cm)

Tensile > 5 KgF Tensile > 3 KgF

TiO2 sebagai filler CaCO3 sebagai filler

Sumber: PT PPM

2.4.3. Uraian Proses Produksi

Uraian proses produksi di PT PPM dapat diuraikan atas beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, tahap proses pembuatan kertas di Paper Machine, dan tahap finishing.


(42)

Blok diagram proses pembuatan kertas rokok dapat dilihat pada Gambar 2.3.

2.4.3.1. Tahap Persiapan

Bahan baku yang akan diolah harus melalui tahap persiapan yang disebut dengan stock preparation. Bahan yang digunakan ada tiga yaitu NBKP, LBKP, dan kalsium karbonat (CaCO3).

1. Pengolahan NBKP

Bahan baku NBKP dimasukkan ke dalam hydra pulper dengan menggunakan conveyor. Hydra pulper merupakan tangki pengurai serat-serat pulp yang kemudian dicampur dengan white water sebagai pengencer. Hydra pulper memiliki pisau yang berfungsi memotong lembaran pulp untuk memperoleh konsentrasi 38-40 gr/ltr. Proses berlangsung secara batch setiap 10-20 menit. Bahan baku ini digunakan sebanyak 1,5 bal untuk satu kali pelarutan.

Buburan NBKP hasil pengolahan dikirim ke wood dump chest sebagai tempat penampungan sementara. Wood dump chest memiliki agiator (pengaduk) yang berfungsi mencegah pengendapan.

Buburan NBKP kemudian dipompakan ke refiner. Refiner merupakan suatu alat yang berfungsi untuk memotong dan memecahkan serat sehingga serat-serat menjadi lebih halus. Buburan yang telah halus kemudian dikirim ke refiner chest, dan dijaga agar tidak mengendap sebelum di mixing.


(43)

Penghancuran Bahan Baku

Pelarutan Bahan Baku

Penghalusan Bahan Baku

Pencampuran Bahan Baku

Pembersihan Bubur Kertas

Fourdriner

Pressing

Embossing

Pengeringan I

Pemberian Zat Kimia

Pengeringan II

Penggulungan Kertas

Pencetakan Logo

Pemotongan Kertas

Bentuk Ream Bentuk Bobbin

Packing

Sumber: PT PPM


(44)

Gambar 2.3. Blok Diagram Pembuatan Kertas Rokok

2. Pengolahan LBKP

LBKP sekitar 1,5 bal dilarutkan dengan white water selama 10-20 menit. Tujuannya adalah mendapatkan konsentrasi 38-40 gr/liter. Proses ini berlangsung secara batch. Pelarutan LBKP dilakukan di hydra pulper dan bergantian dengan NBKP. Setelah selesai, maka LBKP dipompa ke dalam storage chest, sebagai tempat penampungan sementara. Larutan terus diaduk agar tidak mengendap.

3. Pengolahan Broke

Buburan broke yang diproses di stock preparation ini berasal dari dry broke dan wet broke. Sebelum dimasukkan ke dalam mixing chest, dry broke harus dihancurkan terlebih dahulu di shydra pulper. Tujuannya adalah membuat konsentrasi sesuai dengan kebutuhan. Buburan broke kemudian dialirkan ke super vibrator yang fungsinya hampir sama dengan refiner yaitu memecah gumpalan serat.

Wet Broke memiliki aliran proses yang hampir sama dengan dry broke tetapi tidak melalui super fiberator karena wet broke memiliki serat yang halus, sehingga dapat langsung dialirkan ke broke chest.

4. Pengolahan Kalsium Karbonat

Kalsium karbonat dilarutkan di dissolving tank sesuai dengan kebutuhan. Konsentrasi perbandingan dengan pelarut adalah 125 kg kalsium karbonat dicampur dengan 2000 liter air. Larutan diaduk selama 15 menit agar


(45)

konsentrasinya terjaga. Hasil larutan kalsium karbonat disaring dengan vibrating screen dengan ukuran mesh 100.

5. Pencampuran NBKP, LBKP, Broke dan Kalsium Karbonat

Di mixing chest seluruh bahan baku NBKP, LBKP dan broke dicampur. Konsentrasi pencampuran di mixing chest berbeda sesuai dengan grade kertas rokok yang diinginkan konsumen. Contoh salah satu komponen grade adalah low porosity dengan konsentrasi NBKP 25%, LBKP 35 % dan broke 40%. Konsistensi yang diinginkan adalah sekitar 60 gr/liter. Pada saat pemompaan dalam proses mixing akan timbul buih-buih, sehingga diperlukan bahan tambahan seperti deformer untuk menghilangkan buih. Campuran ini dibuat sekitar 1:6 dengan air untuk kemudian dicampur terlebih dahulu di machine chest dan siap dipakai pada paper machine. Buburan dipompakan ke stock master yang digunakan untuk menjaga laju buburan pada machine tank.

Buburan yang keluar kemudian dialirkan ke centi cleaner. Tujuannya adalah mengeluarkan kotoran yang memiliki berat jenis lebih besar. Prinsip kerjanya adalah berdasarkan gaya sentrifugal melalui tiga cleaner yaitu :

a. Buburan yang telah diencerkan kembali dengan white water yang berasal dari penyaringan dipompakan ke primary cleaner. Kemudian buburan yang baik masuk ke constant level tank sedangkan reject masuk ke secondary cleaner. Pada secondary cleaner akan dilakukan proses pengolahan. Buburan yang baik masuk ke primary cleaner sedangkan reject masuk ke tertiary cleaner dan kotorannya dibuang ke tempat pembuangan limbah.


(46)

b. Buburan yang baik dari primary cleaner diencerkan dalam constant level tank dengan white water dari pembuangan di wire. Buburan yang baik langsung dialirkan ke headbox, sedangkan yang reject masuk ke rotary screen.

c. Pada rotary screen dilakukan penyaringan, buburan yang baik masuk ke constant level tank dan reject mengalir ke wet broke chest.

2.4.3.2. Tahap Proses Pembuatan Kertas di Paper Machine

Setelah melalui approach flow system, tahap selanjutnya adalah pembuatan lembaran kertas yang berawal dari head box. Sistem yang dipakai adalah sistem close head box yang merupakan head box bertekanan. Fungsinya adalah menjaga kestabilan turbulensi di dalam head box. Tujuan utama head box adalah :

a. Mengeluarkan aliran yang seragam dari slice opening ke wire dengan sudut dan kecepatan yang seharusnya.

b. Mengalirkan stock secara merata pada wire sesuai arah dan lebar mesin. c. Menghasilkan turbulensi terkontrol untuk menghilangkan gumpalan fiber. d. Mengatur grammatur kertas yang diproduksi.

Pengaturan slice, akan menghasilkan aliran stock yang konstan dan hampir sama dengan kecepatan wire sehingga akan diperoleh kertas yang memiliki formasi dan grammatur yang sama di tiap bagian.

Wire ini merupakan wire bersambung yang bergetar diantara dua roll besar. Salah satu roll terletak di dekat headbox dan di ujung lainnya. Wire merupakan lembaran berbahan dasar plastik yang telah dirancang sedemikian


(47)

rupa. Pada wire dilakukan pengurangan kadar air dengan memberikan tekanan vakum 4-5 bar secara terkontrol sehingga tidak merusak bentuk lembaran kertas basah (wet paper). Wire juga dibersihkan secara kontinu dengan sistem penyemprotan sehingga wire tidak kotor dan selalu bersih.

Buburan di atas wire diayak dengan ukuran mesh 100 dan diatur agar berat dasar kertas yang diperoleh sesuai. Berat dasar kertas pada pembuatan kertas rokok ini merupakan elemen yang terpenting. Air yang keluar dari wire selama pembentukan wet paper disebut white water dan biasanya ditampung di white water pit atau silo. White water ini didaur ulang secara terus menerus dan dipakai pada proses yang menggunakan air. Hal itu dilakukan karena dianggap lebih ekonomis dibandingkan dengan penggunaan fresh water. Buburan kemudian digiling lagi dengan dandy roll untuk menyeragamkan ukuran partikel. Setelah proses tersebut selesai, maka buburan dibentuk menjadi lembaran. Hasil dari dandy roll berupa lembaran di-press dengan tekanan 4-5 bar untuk mengeluarkan air yang masih terkandung. Walaupun masih basah, lembaran tersebut sudah kuat dan kemudian ditarik hingga kadar airnya menjadi 60% – 65%. Lembaran yang masih basah dihisap oleh contact wire/vacum rube menuju proses press utama.

Lembaran tersebut ditarik lagi ke embossing dengan pemberian garis horizontal (verge making) yang berada bagian bawah embossing. Penekanan dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Setelah pemberian verge making, air residu dari kertas dibuang lagi dengan cara evaporasi. Proses evaporasi ini berlangsung di main dryer. Proses evaporasi dilakukan menggunakan uap kering.


(48)

Tekanan yang diberikan bervariasi tergantung dari jenis kertas rokok yang akan diproduksi. Selanjutnya lembaran kertas yang kadar airnya telah berkurang dikirim ke unit size press yang berfungsi untuk melapisi permukaan kertas dengan chemical yang diberikan diantara dryer 10 dan dryer 11.

Setelah melewati size press, kadar air yang ada pada kertas akan meningkat karena penambahan penambahan chemical sehingga harus dikeringkan lagi di after dryer. Pengeringan ini melalui lima buah roll dengan peningkatan suhu secara bertahap dari 50oC sampai dengan 100oC. Selanjutnya lembaran kertas ini dikirim ke bagian on reel untuk digulung sesuai dengan permintaan konsumen.

Kertas kering kemudian digulung hingga membentuk gulungan besar dan disebut dengan gulungan jumbo. Panjang gulungan jumbo itu tidak sama tergantung pada bentuk pada proses finishing. Gulungan jumbo yang digunakan untuk repping machine memiliki panjang sekitar 27000m. Pada proses penggulungan kertas menjadi gulungan jumbo, kualitas dari tiap hasil gulungan diperiksa oleh bagian quality control.

Gulungan jumbo dari on reel kemudian dicetak polanya berupa logo sesuai dengan permintaan konsumen. Hal ini terjadi karena tidak semua roll dari paper machine yang melalui proses repping. Setelah gulungan selesai di repping, maka gulungan dibawa lagi ke bagian roll slitter untuk dipotong menjadi roll yang lebih kecil sesuai dengan kebutuhan.


(49)

2.4.3.3. Tahap Finishing

Pada tahap ini, gulungan-gulungan kertas rokok dibagi menurut bentuk kertas yang akan diproduksi. Kegiatan-kegiatan yang ada antara lain :

1. Ream Cutter

Gulungan-gulungan kecil dari roll slitter dipotong menjadi lembaran-lembaran. Lembaran memiliki panjang 76-83 cm dan lebar 51 cm. Pada tahap ini kertas masih diperiksa untuk yang terakhir kalinya. Pemeriksaan dilakukan pada a. Proses Pemotongan

Pemeriksaan ini dilakukan pada proses pemotongan. Apabila hasil pemotongan kasar, maka kertas akan dibuang dan menjadi broke.

b. Penampilan fisik

Penampilan fisik yang diperiksa adalah kebersihan, jika kertas kotor maka kertas juga akan di buang dan menjadi broke.

c. Rectangular

Pemeriksaan ini dilakukan khusus pada ream, kertas dilipat dan diperiksa kesimetrisannya. Apabila ketidaksimetrisan kertas melampaui batas yang ditentukan, maka kertas menjadi broke.

2. Bobbin Slitter

Gulungan-gulungan dari slitter dipotong lagi pada bagian ini menjadi bobbin-bobbin. Setiap bobbin mempunyai lebar 24-29 mm dan panjang 5500-6000 m. Pada tahap ini, kertas yang berbentuk bobbin masih diperiksa lagi untuk terakhir kalinya. Pemeriksaan yang dilakukan adalah :


(50)

a. Pemotongan

Pemeriksaan ini dilakukan pada hasil pemotongan oleh mesin. Apabila hasil pemotongan kasar, maka kertas akan dibuang menjadi broke.

b. Penampilan fisik

Termasuk disini adalah kebersihan, jika ada bagian bobbin kotor maka kertas juga akan di buang dan dijadikan broke.

c. Hasil penggulungan

Pemeriksaan ini khusus dilakukan pada bobbin. Bobbin yang sudah dipotong, diperiksa gulungannya apakah rapi atau tidak. Jika ada bobbin yang kurang rapi akan dikirim ke bagian bobbin reclaimer untuk digulung kembali.

2.4.3.4. Peralatan (Equipment)

Peralatan material handling digunakan untuk memindahkan material dari suatu tempat ke tempat lain. Mesin dan peralatan material handling yang digunakan adalah:

1. Forklift

Forklift ini digunakan untuk mengangkut gulungan jumbo ke daerah finishing untuk dipotong pada mesin-mesin roll slitter. Forklift juga digunakan untuk mengangkut barang jadi ke gudang barang jadi.

2. Hoist Crane

Crane ini digunakan untuk mengangkat gulungan jumbo ke daerah repping machine. Operasi pemakaiannya dikendalikan dengan switch gantung dari lantai.


(51)

2.5. Utilitas

Sarana pendukung merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kelancaran proses produksi. Sarana pendukung yang ada di PT PPM terdiri dari kebutuhan tenaga listrik, kebutuhan tenaga air, dan steam.

1. Kebutuhan tenaga listrik

Tenaga listrik dibutuhkan untuk menggerakkan motor listrik, pompa compressor, mesin bubut, bor las, pendingin udara, lampu penerangan, dan keperluan lainnya. Pemenuhan kebutuhan listrik ini diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Pemakaian listrik yang dipergunakan pada PT PPM adalah 20 KV (1550 Kwh/metrik ton paper) dengan keperluan untuk boiler 900 lt/metrik ton paper dan kebutuhan air 1200 m3.

2. Kebutuhan Air

Air dibutuhkan untuk membantu proses produksi serta kebutuhan para pegawai PT PPM. Air yang dipakai berasal dari air permukaan umum dan PDAM Tirtanadi.

3. Boiler

Boiler berfungsi untuk menghasilkan energi panas yang diperlukan pada proses produksi untuk mengeringkan lembaran-lembaran kertas dan memberikan energi uap.


(52)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Konsep Pembelian1

Pembelian merupakan kegiatan menyeluruh yang berfokus pada pengadaan material dan jasa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam pandangan sempit, pembelian digambarkan sebagai proses membeli, dalam arti luas pembelian didefinisikan sebagai proses pembelian yang diawali dengan pengenalan kebutuhan, mencari dan menyeleksi supplier, negosiasi harga dan kesepakatan penting lainnya, serta menindaklanjuti kepastian pengiriman.

Saat ini aktivitas pembelian semakin berkembang dan memerlukan keahlian khusus. Sedikitnya diperlukan 3 macam keahlian untuk dapat melakukan fungsi pembelian, yaitu business skill (keahlian dalam mengelola sebuah badan usaha agar mendapat keuntungan), interpersonal skill (keahlian melakukan pendekatan pribadi dengan pihak lain dalam upaya menciptakan kesamaan pandangan dan kesepakatan suatu diskusi kerja) dan technical skill (keahlian dalam memahami proses manufaktur serta spesifikasi material yang diperlukan).

3.1.1. Manajemen Pembelian

Rantai pasokan menerima perhatian yang besar karena di sebagian besar perusahaan, pembelian merupakan kegiatan yang paling menghabiskan biaya. Pembelian berarti perolehan barang atau jasa. Kegiatan pembelian adalah salah

1

Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto, 2005, Strategi Manajemen Pembelian dan Supply Chain, Jakarta: Grasindo.


(53)

satu tugas bagian pengadaan barang yang paling rutin dilakukan. Pembelian memberikan peluang besar pengurangan biaya dan peningkatan margin kontribusi. Tujuan utama dari pembelian material dan komponen menurut Gasperz, 2004 adalah :

1. Mempertahankan kontinuitas dari supplier agar sesuai dengan jadwal.

2. Memberikan material dan komponen yang memenuhi atau tingkat kualitas yang ditetapkan kepada bagian produksi untuk diproses menjadi produk akhir guna memenuhi permintaan dari pelanggan.

3. Memperoleh item-item yang dibutuhkan pada ongkos yang serendah mungkin tetapi masih tetap konsisten dengan kubutuhan kualitas, waktu penyerahan, dan performansi lainnya.

Sedangkan tujuan dari kegiatan pembelian menurut Render dan Heizer, 2001 adalah :

1. Membantu mengidentifikasi produk atau jasa yang dapat diperoleh secara eksternal.

2. Mengembangkan, mengevaluasi, dan menentukan supplier, harga dan pengiriman yang terbaik bagi barang atau jasa tersebut.

Strategi juga sangat dibutuhkan dalam melakukan pembelian. Strategi pembelian sering dikaitkan dengan kemampuan perusahaan untuk mengendalikan dan mengatur hubungan dengan suppliernya. Berikut ini beberapa strategi pembelian yang mungkin dikembangkan oleh perusahaan (Render dan Heizer, 2001).


(54)

1. Banyak Supplier

Dengan strategi banyak supplier, supplier menanggapi permintaan dan spesifikasi dari “permintaan untuk kutipan”, pesanan biasanya jatuh ke penawar yang paling murah. Strategi ini memainkan antara supplier satu dengan yang lainnya dan membebankan supplier untuk memenuhi permintaan pembeli. Supplier secara agresif bersaing satu sama lainnya. Meskipun banyak pendekatan negosiasi yang dapat digunakan dengan strategi ini, hubungan jangka panjang bukan merupakan tujuan. Pendekatan ini membebankan tanggung jawab pada supplier agar mempertahankan teknologi, keahlian, dan kemampuan ramalan yang diperlukan ditambah dengan biaya, kualitas, dan kemampuan pengiriman.

2. Beberapa Supplier

Strategi dimana terdapat beberapa supplier yang mengimplikasikan bahwa bukannya mencari atribut-atribut jangka pendek, pembeli lebih baik membentuk hubungan jangka panjang yang baik dengan supplier. Penggunaan hanya beberapa supplier dapat menciptakan nilai dengan memungkinkan supplier mempunyai skala ekonomis dan kurva belajar yang menghasilkan biaya transaksi dan biaya produksi yang lebih rendah.

3. Integrasi Vertikal

Pembelian dapat diperluas menjadi bentuk integrasi vertikal. Integrasi vertikal, artinya pengembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa yang sebelumnya dibeli, atau dengan benar-benar membeli supplier atau


(55)

distributor. Integrasi vertikal dapat mengambil bentuk integrasi ke belakang atau ke depan.

Integrasi vertikal dapat menawarkan peluang-peluang strategis bagi para manajer operasi. Untuk perusahaan-perusahaan yang analisis internalnya menampakkan bahwa mereka mempunyai modal, kemampuan manajemen, dan permintaan yang ada, integrasi vertikal dapat memberikan kesempatan-kesempatan substansial dalam mengurangi biaya. Keuntungan-keuntungan lainnya dalam pengurangan persediaan dan penjadwalan persediaan dapat diperoleh perusahaan yang mengelola integrasi vertikal atau hubungan yang erat dan saling menguntungkan dengan supplier. Integrasi vertikal dapat menghasilkan pengurangan biaya, peningkatan kualitas, dan pengiriman yang tepat waktu. Tambahan pula, integrasi vertikal terlihat baik bila pangsa pasar organisasi besar atau bila keahlian menajemennya dapat mengoperasikan penjual yang diakuisisi.

4. Jaringan Keiretsu

Banyak perusahaan manufaktur yang menemukan jalan tengah antara membeli dari sedikit supplier dan integrasi vertikal. Perusahaan-perusahaan manufaktur seringkali mendukung supplier secara finansial lewat kepemilikan atau pinjaman. Supplier kemudian menjadi bagian dari koalisi perusahaan yang dikenal dengan sebutan keiretsu. Anggota keiretsu dipastikan akan mempunyai hubungan jangka panjang dan oleh sebab itu diharapkan dapat berfungsi sebagai mitra, menularkan keahlian teknis, dan mutu produksi yang stabil kepada perusahaan manufaktur. Para anggota


(56)

keiretsu dapat juga beroperasi sebagai subkontraktor rantai dari supplier-supplier yang lebih kecil.

5. Perusahaan Maya (Virtual)

Perusahaan maya mengandalkan berbagai hubungan supplier untuk memberikan pelayanan pada saat diperlukan. Perusahaan maya batasan organisasinya tidak tetap dan bergerak sehingga mereka bisa menciptakan perusahaan yang unik agar dapat memenuhi permintaan pasar yang berubah-ubah. Hubungan yang ada dapat berjangka pendek ataupun berjangka panjang, mitra sejati atau hanya pemberi kolaborasi, dan supplier atau subkontraktor yang mampu. Keuntungan bentuk perusahaannya mencakup keahlian manajemen yang terspesialisasi, investasi modal yang rendah, fleksibilitas, dan kecepatan yang tujuannya adalah adalah keefisiensian.

3.1.2. Manajemen Hubungan dengan Supplier

Koordinasi antara perusahaan manufaktur dengan para supplier biasanya merupakan hubungan yang sulit sekaligus penting dalam jaringan distribusi. Supplier merupakan bagian eksternal perusahaan manufaktur. Hal ini menyebabkan koordinasi menjadi tidak mudah, kecuali kerjasama dan pertukaran informasi antara keduanya sudah terintegrasi. Kegagalan koordinasi dapat menyebabkan keterlambatan yang berlebih, dan pada akhirnya berdampak pada buruknya pelayanan konsumen. Akibatnya, persediaan barang yang didatangkan dari supplier atau produk jadi pada perusahaan manufaktur dan distributor menjadi terakumulasi. Pada akhirnya, total biaya dari kesuluruhan pasokan akan meningkat.


(57)

Kebanyakan perusahaan manufaktur yang sukses telah mengembangkan strategi pegelolaan pasokan (sourcing) dengan para suppliernya untuk menghasilkan peluang keuntungan bersama. Aliansi strategis formal dengan kesamaan tujuan, investasi, obligasi, dan kesalingpercayaan dibangun bersama- sama. Dalam perspektif SCM, manajemen hubungan dengan supplier perlu dijalankan secara terintegrasi dengan dua proses makro rantai pasokan yaitu manajemen rantai pasokan internal dan manajemen hubungan dengan konsumen. Dimensi keputusan dalam bingkai hubungan dengan supplier ini berkaitan erat dengan fungsi pengadaan yang dijalankan perusahaan. Pengadaan menunjuk pada seluruh rangkaian proses bisnis yang diperlukan untuk memperoleh barang (material) atau jasa. Proses pengadaan meliputi seleksi supplier, desain kontrak, kolaborasi desain produk, pengadaan barang atau jasa, dan evaluasi kinerja supplier, sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Proses – Proses Kunci Terkait Fungsi Pengadaan

(Sumber : Chopra dan Meindl, 2001)

3.2. Seleksi dan Evaluasi Supplier

Selama lebih dari satu dekade terakhir ini, kebutuhan untuk memperoleh daya saing global pada sisi pasokan meningkat pesat. Manajemen rantai pasokan yang efektif dalam kondisi persaingan saat ini mendorong terjalinnya hubungan strategis yang dekat dalam jangka panjang dengan lebih sedikit rekanan. Dalam

Penilaian dan

assessment supplier

Seleksi Supplier

dan negosiasi kontrak

Kolaborasi

desain Pembelian

Perencanaan dan analisis pengadaan


(58)

tuntutan kondisi yang demikian, proses seleksi supplier sangatlah penting bagi kesuksesan organisasi perusahaan manufaktur apa pun.

Pemilihan supplier yang kompeten merupakan keputusan strategis pertama yang menentukan kesuksesan implementasi manajemen rantai pasokan. Seleksi supplier sangat disadari sebagai salah satu tanggung jawab terpenting dalam fungsi manajemen pengadaan. supplier yang terkelola dengan baik dalam suatu rantai pasokan akan memberikan efek jangka panjang terhadap daya saing keseluruhan rantai pasokan itu sendiri dan dampak yang mendalam pada kepuasan pelanggan. Pearson dan Ellram (1995) menyebutkan beberapa alasan mengapa seleksi dan evaluasi supplier menjadi hal yang begitu penting, terutama sehubungan dengan dampak yang diberikan oleh manajemen rantai pasokan, sebagai berikut.

1. Tren reduksi basis pasokan dan hubungan jangka panjang dengan supplier. Adopsi praktek just in time yang semakin meningkat dalam industri manufaktur telah meningkatkan perhatian terhadap reduksi basis pasokan, sehingga proses seleksi dan evaluasi supplier menjadi lebih penting. Reduksi basis pasokan ini melibatkan komitmen jangka panjang dengan supplier, yang pada gilirannya mendorong adanya sharing sumber daya karena adanya interaksi yang lebih kuat antara pembeli dan supplier. Pada umumnya evaluasi supplier dapat dijadikan alat untuk mengurangi variabilitas supplier dari sisi pengiriman, kualitas, fleksibilitas, dan sebagainya.


(59)

2. Strategi pelibatan supplier dalam proses desain produk. Praktek ini dianggap sabagai salah satu kontributor yang signifikan dalam mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas pada siklus produksi.

3. Perkembangan system informasi electronic data interchangeable (EDI) yang memfasilitasi koordinasi dan interaksi yang lebih dekat antara pembeli dan supplier.

3.3. Logika Fuzzy2 3.3.1. Konsep Fuzzy

Konsep mengenai fuzzy pertaa kali diperkenalkan oleh Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965. Zadeh memodifikasi teori himpunan dimana anggotanya memiliki derajat keanggotaan yang bernilai kontinu antara 0 sampai 1. Himpunan ini disebut dengan himpunan kabur atau fuzzy set. Teori ini sangat berguna untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan hal-hal yang mengandung ketidaktepatan (imprecisious). Himpunan fuzzy adalah himpunan yang memiliki batas yang jelas (unsharp boundary), berbeda dengan teori himpunan biasa (crisp set theory) yang menuntut adanya batas yang jelas (sharp boundary). Jadi, satu fakta yang mengandung ketidakpastian dan ketidaktepatan dapat dihubungkan dengan analisis melalu pendekatan yang disebut dengan fuzzy decision.

Himpunan fuzzy didasarkan pada gagasan untuk memperluas karakteristik sedemikian hingga fungsi tersebut akan mencakup bilangan real pada interval [0,1]. Nilai keanggotannya menunjukkan bahwa suatu item dalam

2

Sri Kusuma Dewi, 2004, Aplikasi Logika Fuzzy, Yogyakarta: Graha Ilmu.


(60)

semesta pembicaraan tidak hanya berada pada 0 dan 1, namun juga nilai yang terletak diantaranya. Dengan kata lain, nilai kebenaran suatu item tidak hanya bernilai benar atau salah. Nilai 0 menunjukkan salah, nilai 1 menunjukkan benar dan masih ada nilai-nilai yang terletak diantaranya. Misalnya diketahui klasifikasi berikut:

- Muda : umur < 35 tahun - Setengah baya : 35 ≤ umur ≤ 55 tahun - Tua : umur > 55 tahun

Dengan menggunakan pendekatan crisp, amatlah tidak adil untuk menetapkan nilai “setengah baya”. Pendekatan ini bisa saja dilakukan untuk hal-hal yang bersifat diskontinu. Misalkan klasifikasi untuk 55 dan 56 sangat jauh berbeda. Umur 55 tahun termasuk setengah baya, sedangkan umur 56 tahun sudah termasuk tua. Demikian pula untuk kategori “muda” dan “tua”. Orang yang berumur 34 tahun dikatakan muda, sedangkan orang yang berumur 35 tahun sudah tidak muda lagi. Orang yang berumur 55 tahun lebih satu hari sudah tidak setengah baya lagi. Dengan demikian pendekatan crisp ini sangat tidak cocok diterapkan pada hal-hal yang bersifat kontinu, seperti umur. Selain itu, untuk menunjukkan suatu umur yang pasti termasuk “setengah baya” atau tidak termasuk “setengah baya”, dan menunjukkan suatu nilai kebenaran 1 atau nilai yang dekat dengan 1 untuk umur 45 tahun, kemudian perlahan menurun menuju 0 untuk umur di bawah 35 tahun dan di atas 55 tahun.


(61)

3.3.2. Fungsi Keanggotaan

Fungsi keanggotaan adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input ke dalam nilai keanggotaannya sering juga disebut derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Misalkan kita akan membuat himpunan tinggi badan orang. Kata “tinggi” menunjukkan derajat seberapa besar orang dikatakan tinggi. Berdasarkan himpunan crisp, misalkan seseorang dikatakan tinggi jika memiliki tinggi badan di atas 165 cm. secara tegas dapat dikatakan bahwa orang yang memiliki tinggi di atas 165 cm dikatakan “tinggi” dengan nilai keanggotaan (µ) = 1. Sebaliknya, apabila seseorang memiliki tinggi badan kurang atau sama dengan 165 cm, maka secara tegas dikatakan bahwa orang tersebut “tidak tinggi” dengan (µ) = 0. Hal ini menjadi tidak adil, karena untuk orang yang memiliki tinggi 165,1 dikategorikan “tinggi”, sedangkan orang yang memiliki tinggi badan 165 cm dikategorika “tidak tinggi”.

Dengan menggunakan himpunan fuzzy, kita bisa membuat suatu fungsi keanggotaan yang bersifat kontinu. Orang yang memiliki tinggi badan 160 sudah mendekati kategori “tinggi” dengan µ = 0,75. Sedangkan orang yang memiliki tinggi badan 153 cm masuk kategori kurang “tinggi” dengan µ = 0,2.

3.3.3. Triangular Fuzzy Number

Setelah kita mengetahui tentang himpunan fuzzy, maka kita juga harus mengetahui bagaimana himpunan fuzzy tersebut mempresentasikan pengetahuan. Permukaan himpunan fuzzy, yang merupakan bagian dari himpunan tersebut yang mendefinisikan fungsi keanggotaan yang dibuat dalam berbagai bentuk. Biasanya,


(62)

permukaan tersebut berupa garis kontinu yang bergerak dari kiri ke kanan dapat merupakan representasi linear, kurva segitiga, kurva trapesium, kurva bentuk bahu, kurva-S, kurva bentuk lonceng dan lain-lain.

Fuzzy number adalah spesial fuzzy set f = {(x, ),x ∈ R1}. Dimana x membawa nilainya kedalam garis real R1 : -∞< x < +∞ dan µf (x) merupakan penggambaran kontinyu dari R1 pada interval terdekat dari [0,1]..

Fuzzy number digunakan untuk menyatakan konsep bilangan yang tidak presisi, seperti “mendekati 7”, “ antara 8 sampai 9”, “hampir 5” dan sebagainya. Suatu triangular fuzzy number, dinotasikan dengan M = (a,b,c), dimana a ≤ b ≤ c adalah bilangan fuzzy khusus, yang menyatakan konsep fuzzy set M = “mendekati b” . Kurva segitiga pada dasarnya merupakan bangungan antara 2 garis (linear) seperti terlihat pada Gambar 3.2.

0 x ≤ 6 atau x ≥ 8

µm(x) = x - 6 6 ≤ x ≤ 8 8 - x 7 x ≤ 8 1

0.

0.

0 0.

A B C

Gambar 3.2. Triangular Fuzzy Number M = (a,b,c)

{


(63)

Sebagai contoh jika pelanggan memberi rating sebesar 7 untuk faktor Wj, yang berarti bahwa Wj adalah “baik”, kemudian kita bisa membuat triangular fuzzy number M7 = “mendekati 7” = (6,7,8) yang direpresentasikan dengan fungsi keanggotaan berikut :

x a atau x c

µm(x) = (x-a)/(b-a) a x b (c-x)/(c-a) b x c

Ini berarti bahwa, sebagai contoh, nilai keanggotaan atau “kemungkinan” bahwa Wj diberi rating 7 adalah M7 (7) = 1, kemungkinan bahwa Wj diberi rating lebih rendah yaitu 6,5 atau rating lebih tinggi yaitu 7,5 adalah mungkin (dapat diterima) hingga tingkat 50%. Sehingga fungsi keanggotaan untuk suatu penilaian dapat digambarkan sebagagai berikut :

Sangat tidak

baik Tidak baik

Cukup

Baik Baik

Sangat Baik

1 2 3 4 5 6 7 8 9

x 1

0 0.5 µF (x)

Gambar 3.3. Fuzzy Set dari M1 = “mendekati 1” sampai M9 = “mendekati 9”

3.3.4. Defuzzifikasi

Input dari proses defuzzifikasi adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari komposisi aturan-aturan fuzzy. Sedangkan output yang dihasilkan merupakan suatu bilangan pada domain himpunan fuzzy tersebut. Sehingga jika

{


(64)

diberikan suatu himpunan fuzzy dalam range tertentu, maka harus dapat diambil suatu nilai crisp tertentu sebagai output yang dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Proses Deffuzyfikasi

Ada beberapa metode defuzzifikasi pada komposisi atura Ebraim Mamdani (1975), antara lain:

1. Metode Centroid atau Center of Area

Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil titik pusat (z*) daerah fuzzy. Secara umum dirumuskan dengan:

� ∗=∑ ���(��)

� �=1

∑�=1�(�)

2. Metode Bisektor

Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai dari domain fuzzy yang memiliki nilai keanggotaan setengah dari jumlah total nilai keanggotaan pada daerah fuzzy.


(65)

3. Metode Mean of Maximum (MOM)

Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai rata-rata domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum. Pada penelitian ini, yang memiliki nilai keanggotaan maksimum diberi dengan lambang γ dan δ.

�= 1

2(�+�)

4. Metode Largest of Maximum (LOM)

Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai terbesar dari domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum. Pada penelitian ini, maka nilai terbesar adalah nilai dari domain δ.

5. Metode Smallest of Maximum (SOM)

Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai terkecil dari domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum.

3.4. Rata-rata Geometrik3

Rata-rata geometrik biasa digunakan untuk menghitung rata-rata laju kenaikan atau laju penurunan dari sekelompok data pada periode tertentu yang mempunyai perubahan angka yang mencolok.

Sebagai contoh, tingkat penjualan televisi PT Sukses selama empat tahun terakhir adalah 1000 unit, 5000 unit, 9000 unit dan 15000 unit.

Jika ditanya berapakah pertumbuhan penjualan televisi dan dihitung menggunakan rata-rata hitung,

3

Singgih Santoso, 2003, Statistik Deskriptif, Yogyakarta: Andi.


(66)

x

�=1000+5000+9000+15000

4 =

30000

4 =7500 maka diperoleh 7500 televisi per tahun.

Jika rata-rata adalah 7500 televisi per tahun, maka seharusnya dari 1000 televisi, periode kedua akan terjual 1000 + 7500 = 8500, periode ketiga akan terjual 8500 + 7500 = 23500 televisi. Kenyatannya pergerakan perjualan sangat jauh berbeda dengan angka-angka sebenarnya, seperti dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Pergerakan Penjualan Televisi Tahun Data Asli Data dengan Rata-rata 7500

1 1000 1000

2 5000 8500

3 9000 16000

4 15000 23500

Perbedaan tersebut dapat dihindari dengan menggunakan rata-rata geometrik. Prinsip dari rata-rata geometrik adalah mengubah perhitungan rata-rata konsep deret hitung menjadi berdasarkan konsep deret ukur.

Rumus yang digunakan untuk perhitungan rata-rata geometrik adalah:

� = ���1.�2. … ��

Keterangan:

G = rata-rata geometrik

an = data pertama, kedua sampai ke-n n = jumlah data

Jika rata-rata geometrik diaplikasikan dalam permasalahan televisi tersebut akan menjadi sebagai berikut


(67)

Dengan demikian, perbandingan kenaikan menggunakan rata-rata geometrik dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Perbandingan Hasil Perhitungan rata Geometrik dan Rata-rata Hitung

Tahun Data Asli Rata-rata Geometrik (faktor 5.097)

Data dengan Rata-rata Hitung (faktor 7500)

1 1000 1000 1000

2 5000 1000 + 5097 = 6097 8500

3 9000 6097 + 5097 = 1194 16000

4 15000 11194 + 5097 = 16291 23500

Tabel 3.2. memperlihatkan rata-rata geometrik lebih mendekati data asli dibandingkan dengan rata-rata hitung.

3.5. Normalisasi4

Normalisasi dalam statistik dapat diartikan sebagai suatu transformasi dalam pengukuran yang membandingkan secara keseluruhan. Secara teknik, normalisasi dapat dilakukan dengan membandingkan beberapa unit terhadap keseluruhan unit populasi. Normalisasi dapat dirumuskan dengan:

��� =∑ ���

Normalisasi digunakan untuk menghilangkan dimensi (ukuran unit) dari setiap atribut. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kesulitan perhitungan dalam penentuan alternatif terbaik, terutama jika metode penentuan alternatif melibatkan penjumlahan nilai rating dari atribut-atribut. Normalisasi membuat penjumlahan nilai rating dari atribut menjadi mungkin. Tujuan penggunaan

4

Fachmi Basyib, 2006, Teori Pembuat Keputusan, Jakarta: Gramedia.


(68)

normalisasi adalah agar pembandingan alternatif menggunakan satu atribut maupun membandingkan atribut satu dengan atribut lain dapat dilakukan.

3.6. Data Envelopment Analysis (DEA)5

Data Envelopment Analysis (DEA) pertama kali dikembangkan oleh Charnes, Choper, Rhodes (1978) yang merupakan pengembangan dari konsep efisiensi teknikal yang dibuat oleh Farrel (1957). Data Envelopment Analysis (DEA) diciptakan sebagai suatu alat evaluasi kinerja suatu aktivitas di sebuah unit entitas. Secara sederhana pengukuran dinyatakan sebagai rasio antara output/input yang merupakan satuan pengukuran produktivitas yang bisa dinyatakan secara parsial (misalnya, output per jam atau output per pekerja, dengan output berupa penjualan, profit, dan sebagainya) atau secara total (melibatkan semua output dan input dalam suatu entitas ke dalam pengukuran). Namun perluasan pengukuran produktivitas dari parsial ke total akan membawa kesulitan dalam memilih input dan output apa yang harus disertakan dana bagaimana pembobotannya.

Penggunaan bobot yang bersifat fixed untuk semua input dan output dari entitas yang dievaluasi dikenal sebagai konsep Total Factor Productivity dalam ilmu ekonomi. Konsep ini berlawanan dengan metode DEA dimana digunakan bobot yang bersifat variabel berdasarkan ukuran terbaik yang dimungkinkan untuk setiap entitas yang dievaluasi.

5


(69)

3.6.1. Decision Making Unit (DMU)

DEA adalah linear programming yang berbasis pada pengukuran tingkat kinerja suatu efisiensi dari suatu organisasi dengan menggunakan Decision Making Unit (DMU). Istilah DMU dalam DEA dapat berupa bermacam-macam unit seperti bank, rumah sakit, unit dari pabrik, departemen, universitas, sekolah, pembangkit listrik, kantor polisi, kantor samsat, kantor pajak, penjara dan apa saja yang memiliki kesamaan karakteristik operasional. Ada dua faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan DMU, yaitu :

1. DMU harus merupakan unit-unit yang homogen. Unit-unit tersebut melakukan tugas (task) yang sama. Dan memiliki obyektif yang sama. Input dan output yang mencirikan kinerja dari DMU harus identik, kecuali berbeda hanya intensitas dan jumlah/ukurannya (magnitude).

2. Hubungan antara jumlah DMU terhadap jumlah input dan output kadang kala ditentukan berdasarkan “rule of thumb”, yaitu jumlah DMU yang diharapkan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah input dan output dan ukuran sampel seharusnya dua atau tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan jumlah keseluruhan input dan output.

Hal yang sama dikemukakan oleh Barnum dan Gleason (2008), bahwa pertimbangan dalam pemilihan sampel DMU adalah jumlah dari DMU itu sendiri.

3.6.2. Konsep Dasar DEA

DEA adalah pengembangan program linear yang didasarkan pada teknik pengukuran kinerja relatif dari sekelompok unit input dan output. Data


(70)

Envelopment Analysis dapat mengatasi keterbatasan yang dimiliki analisis rasio parsial maupun regresi berganda. DEA merupakan prosedur yang dirancang secara khusus untuk mengukur efisiensi relatif suatu DMU yang menggunakan banyak input maupun output. Dalam DEA efisiensi relatif DMU didefinisikan sebagai rasio dari total output tertimbang dibagi total input tertimbangnya.

Inti dari DEA adalah menentukan bobot (weights) atau timbangan untuk setiap input dan output DMU. Bobot tersebut memiliki sifat tidak bernilai negatif dan bersifat universal, artinya setiap DMU dalam sampel harus dapat menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya (total weighted output/total weighted input) dan rasio tersebut tidak boleh lebih dari satu (total weighted output/total weighted input ).

DEA berasumsi bahwa setiap DMU akan memilih bobot yang memaksimumkan rasio efisiensinya (maximize total weighted output/total weighted input). Karena setiap DMU menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi output yang berbeda pula, maka setiap DMU akan memilih seperangkat bobot yang mencerminkan keragaman tersebut. Bobot-bobot tersebut bukan merupakan nilai ekonomis dari input dan outputnya, melainkan sebagai penentu untuk memaksimumkan efisiensi dari suatu DMU.

Cara pengukuran yang digunakan dalam DEA adalah dengan membandingkan antara output yang dihasilkan dengan input yang ada (Ramanathan, 2003).


(71)

Dalam kenyataannya, baik input maupun output dapat lebih dari satu. Dalam membandingkan output dan input, digunakan bobot untuk masing-masing input dan output yang ada (Ramanathan, 2003).

Efisiensi = total weighted output / total weighted input (3.2) Analisis DEA didesain secara spesifik untuk mengukur efisiensi relatif suatu unit produksi dalam kondisi yang memiliki banyak input dan output, yang biasanya sulit disiasati secara sempurna oleh teknik analisis pengukuran efisiensi lainnya. Langkah-langkah dalam proses DEA adalah :

1. Identifikasi DMU atau unit yang akan diobservasi beserta input dan output pembentuknya.

2. Membentuk efficiency frontier dari data yang ada.

3. Menghitung efisiensi tiap DMU di luar efficiency frontier untuk mendapatkan target input dan output yang diperlukan untuk mencapainya.

Ada beberapa keunggulan dan kelemahan metode DEA adalah: 1. Keunggulan DEA:

a. Bisa menangani banyak input dan ouput.

b. Tidak butuh asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output. c. DMU dibandingkan secara langsung dengan sesamanya input dan output

dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda. 2. Keterbatasan DEA:

a. Sampel yang digunakan bersifat spesifik.

b. Merupakan extreme point technique maka kesalahan pengukuran bisa berakibat fatal.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Determinan Efisiensi BUMD RegionalSumatera Berdasarkan Data Envelopment Analysis (DEA) Studi Kasus: Bank Aceh, Bank Nagari, dan Bank Sumut

0 50 77

Stabilitas Efisiensi pada Data Envelopment Analysis dangan Variasi Lokal

0 46 52

Peningkatan Kualitas Produk Karet Dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) dan Taguchi di Pabrik Industri Karet PTPN III Kebun Sei Silau, Asahan

15 128 201

Evaluasi Kinerja Lingkungan Stokastik Menggunakan Data Envelopment Analisys

0 67 41

Penerapan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Untuk Mengukur Effisiensi Kinerja Perbankan Di Indonesia

1 23 75

Penggunaan Metode Fault Tree Analysis Untuk Menentukan Penyebab Kecelakaan Kerja Dan Cost Benefit Ratio Sebagai Pemilihan Alternatif Optimal Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada PT. Charoen Pokphand Indonesia

5 76 172

Tingkat efisiensi bank umum Syariah (bus) menggunakan metode data envelopment analysisi (dea)

0 11 166

TUGAS AKHIR PENGUKURAN EFISIENSI TERHADAP SUPPLIER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi Kasus di PT. Macanan Jaya Cemerlang Di Klaten).

0 1 11

PENGUKURAN EFISIENSI TERHADAP SUPPLIER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT PENGUKURAN EFISIENSI TERHADAP SUPPLIER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi Kasus di PT. Macanan Jaya Cemerlang Di Klaten).

0 4 7

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Pengukuran Kinerja Supplier Pada Rantai Suplai Menggunakan Metode Fuzzy - Data Envelopment Analysis (DEA) Di Pt Pusaka Prima Mandiri (PPM) Medan.

0 0 27