Decision Making Unit DMU Konsep Dasar DEA

3.6.1. Decision Making Unit DMU

DEA adalah linear programming yang berbasis pada pengukuran tingkat kinerja suatu efisiensi dari suatu organisasi dengan menggunakan Decision Making Unit DMU. Istilah DMU dalam DEA dapat berupa bermacam-macam unit seperti bank, rumah sakit, unit dari pabrik, departemen, universitas, sekolah, pembangkit listrik, kantor polisi, kantor samsat, kantor pajak, penjara dan apa saja yang memiliki kesamaan karakteristik operasional. Ada dua faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan DMU, yaitu : 1. DMU harus merupakan unit-unit yang homogen. Unit-unit tersebut melakukan tugas task yang sama. Dan memiliki obyektif yang sama. Input dan output yang mencirikan kinerja dari DMU harus identik, kecuali berbeda hanya intensitas dan jumlahukurannya magnitude. 2. Hubungan antara jumlah DMU terhadap jumlah input dan output kadang kala ditentukan berdasarkan “rule of thumb”, yaitu jumlah DMU yang diharapkan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah input dan output dan ukuran sampel seharusnya dua atau tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan jumlah keseluruhan input dan output. Hal yang sama dikemukakan oleh Barnum dan Gleason 2008, bahwa pertimbangan dalam pemilihan sampel DMU adalah jumlah dari DMU itu sendiri.

3.6.2. Konsep Dasar DEA

DEA adalah pengembangan program linear yang didasarkan pada teknik pengukuran kinerja relatif dari sekelompok unit input dan output. Data Universitas Sumatera Utara Envelopment Analysis dapat mengatasi keterbatasan yang dimiliki analisis rasio parsial maupun regresi berganda. DEA merupakan prosedur yang dirancang secara khusus untuk mengukur efisiensi relatif suatu DMU yang menggunakan banyak input maupun output. Dalam DEA efisiensi relatif DMU didefinisikan sebagai rasio dari total output tertimbang dibagi total input tertimbangnya. Inti dari DEA adalah menentukan bobot weights atau timbangan untuk setiap input dan output DMU. Bobot tersebut memiliki sifat tidak bernilai negatif dan bersifat universal, artinya setiap DMU dalam sampel harus dapat menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya total weighted outputtotal weighted input dan rasio tersebut tidak boleh lebih dari satu total weighted outputtotal weighted input . DEA berasumsi bahwa setiap DMU akan memilih bobot yang memaksimumkan rasio efisiensinya maximize total weighted outputtotal weighted input. Karena setiap DMU menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi output yang berbeda pula, maka setiap DMU akan memilih seperangkat bobot yang mencerminkan keragaman tersebut. Bobot-bobot tersebut bukan merupakan nilai ekonomis dari input dan outputnya, melainkan sebagai penentu untuk memaksimumkan efisiensi dari suatu DMU. Cara pengukuran yang digunakan dalam DEA adalah dengan membandingkan antara output yang dihasilkan dengan input yang ada Ramanathan, 2003. Efisiensi = Output Input 3.1 Universitas Sumatera Utara Dalam kenyataannya, baik input maupun output dapat lebih dari satu. Dalam membandingkan output dan input, digunakan bobot untuk masing-masing input dan output yang ada Ramanathan, 2003. Efisiensi = total weighted output total weighted input 3.2 Analisis DEA didesain secara spesifik untuk mengukur efisiensi relatif suatu unit produksi dalam kondisi yang memiliki banyak input dan output, yang biasanya sulit disiasati secara sempurna oleh teknik analisis pengukuran efisiensi lainnya. Langkah-langkah dalam proses DEA adalah : 1. Identifikasi DMU atau unit yang akan diobservasi beserta input dan output pembentuknya. 2. Membentuk efficiency frontier dari data yang ada. 3. Menghitung efisiensi tiap DMU di luar efficiency frontier untuk mendapatkan target input dan output yang diperlukan untuk mencapainya. Ada beberapa keunggulan dan kelemahan metode DEA adalah: 1. Keunggulan DEA: a. Bisa menangani banyak input dan ouput. b. Tidak butuh asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output. c. DMU dibandingkan secara langsung dengan sesamanya input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda. 2. Keterbatasan DEA: a. Sampel yang digunakan bersifat spesifik. b. Merupakan extreme point technique maka kesalahan pengukuran bisa berakibat fatal. Universitas Sumatera Utara c. Hanya mengukur produktifitas relatif dari DMU bukan produktifitas absolut. d. Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.

3.6.3. Model CCR Charnes-Cooper-Rhodes

Dokumen yang terkait

Determinan Efisiensi BUMD RegionalSumatera Berdasarkan Data Envelopment Analysis (DEA) Studi Kasus: Bank Aceh, Bank Nagari, dan Bank Sumut

0 50 77

Stabilitas Efisiensi pada Data Envelopment Analysis dangan Variasi Lokal

0 46 52

Peningkatan Kualitas Produk Karet Dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) dan Taguchi di Pabrik Industri Karet PTPN III Kebun Sei Silau, Asahan

15 128 201

Evaluasi Kinerja Lingkungan Stokastik Menggunakan Data Envelopment Analisys

0 67 41

Penerapan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Untuk Mengukur Effisiensi Kinerja Perbankan Di Indonesia

1 23 75

Penggunaan Metode Fault Tree Analysis Untuk Menentukan Penyebab Kecelakaan Kerja Dan Cost Benefit Ratio Sebagai Pemilihan Alternatif Optimal Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada PT. Charoen Pokphand Indonesia

5 76 172

Tingkat efisiensi bank umum Syariah (bus) menggunakan metode data envelopment analysisi (dea)

0 11 166

TUGAS AKHIR PENGUKURAN EFISIENSI TERHADAP SUPPLIER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi Kasus di PT. Macanan Jaya Cemerlang Di Klaten).

0 1 11

PENGUKURAN EFISIENSI TERHADAP SUPPLIER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT PENGUKURAN EFISIENSI TERHADAP SUPPLIER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi Kasus di PT. Macanan Jaya Cemerlang Di Klaten).

0 4 7

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Pengukuran Kinerja Supplier Pada Rantai Suplai Menggunakan Metode Fuzzy - Data Envelopment Analysis (DEA) Di Pt Pusaka Prima Mandiri (PPM) Medan.

0 0 27