37
BAB III PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN DALAM PRESPEKTIF UNDANG-
UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DAN HUKUM ISLAM
A. Pedoman Perilaku Penyiaran dalam Undang-Undang Penyiaran
Media massa secara teoritis memiliki fungsi sebagai saluran informasi, saluran pendidikan dan saluran hiburan, namun kenyataannya media massa memberi
efek lain di luar fungsinya itu. Efek media massa tidak saja memengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa cepat dapat memengaruhi
sistem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat. Efek media massa dapat pula memengaruhi seseorang dalam waktu pendek
sehingga dengan cepat memengaruhi mereka, namun juga memberi efek dalam waktu yang lama, sehingga memberi dampak pada perubahan-perubahan dalam waktu yang
lama. Hal tersebut karena efek media massa terjadi secara disengaja, namun juga ada efek media yang diterima masyarakat tanpa disengaja.
1
Maraknya tayangan kekerasan melalui media televisi, baik dengan berita kriminal maupun dari sinetron-sinetron yang tidak mendidik, dianggap telah memberi
dampak negatif kepada pemirsanya. Berbagai berita kriminal, dianggap justru menginspirasi dan mendorong makin maraknya tindakan kriminal lain di masyarakat.
Sementara, tontonan yang mengandung unsur kekerasan, juga ditengarai mendorong orang berbuat yang sama.
1
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi “ Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat” Jakarta : KENCANA, 2008, Edisi Pertama, Cet. Ke-3,h. 317.
38
Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan
spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima
siaran Pasal 1 Ayat 4.
2
Peraturan pedoman perilaku penyiaran yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut penyiaran dan regulasinya siaran sudah tercantum dalam Undang-
Undang Penyiaran di Pasal 48 Ayat 1 sampai dengan 5, namun secara spesifik terdapat dalam Ayat 2 dan 4. Seperti :
2 Pedoman perilaku penyiaran sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 disusun
dan bersumber pada : a. nilai-nilai norma agama, moral, dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku; dan b. norma-norma lain yang berlaku dan diterima oleh masyarakat umum dan
lembaga penyiaran. 4
Pedoman perilaku penyiaran menentukan standar isi siaran yang sekurang- kurangnya berkaitan dengan :
a. rasa hormat terahadap pendangan keagamaan; b. rasa hormat terhadap hal pribadi;
c. kesopan dan kesusilaan; d. pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme;
e. perlindungan terhadap anak-anak, remaja, dan perempuan; f. penggolongan program dilakukan menurut usia khalayak;
g. penyiaran program dalam bahasa asing; h. ketepatan dan kenetralan program berita;
i. siaran langsung; dan j. siaran iklan.
3
2
Undang-undang Penyiaran, nomor. 32 tahun 2002.
3
Undang-Undang Penyiaran, nomor 32 tahun 2002.
39
Begitu juga yang di atur dalam peraturan Komisi Penyiaran Indonesia KPI sebagaimana yang di amanatkan dalam undang-undang penyiaran pasal 48 ayat 1.
Bahwa “pedoman perilaku penyiaran bagi penyeleggaraan siaran ditetapkan oleh KPI”.
Dalam pasal 1 ayat 13 peraturan KPI yang berbunyi : “Yang dimaksud dengan program yang mengandung muatan kekerasan adalah
program yang dalam penyajiannya memunculkan efek suara berupa hujatan, kemarahan yang berlebihan, pertengkaran dengan suara seolah orang membanting
atau memukul sesuatu, dan atau visualisasi gambar yang nyata-nyata menampilkan tindakan seperti pemukulan, pengerusakan secara ekplisit dan vulgar”.
Dalam pasal 5 ayat poin d peraturan KPI yang berbunyi : “Pelarangan dan pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme”;
Dalam pasal 10 ayat 1 sampai 5 peraturan KPI yang berbunyi : 1 Program dikatakan mengandung muatan kekerasan secara dominan apabila
sepanjang tayangan sejak awal sampai akhir, unsur kekerasan muncul mendominasi program dibandingkan unsur-unsur yang lain, antara lain yang menampilkan secara
terus-menerus sepanjang acara adegan tembak-menembak, perkelahian dengan menggunakan senjata tajam, darah, korban dalam kondisi mengenaskan,
penganiayaan, pemukulan, baik untuk tujuan hiburan maupun kepentingan pemberitaan informasi.
2 Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan program dan promo program yang mengandung adegan di luar prikemanusiaan atau sadistis.
40
3 Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program yang dapat dipersepsikan sebagai mengagung-agungkan kekerasan atau menjustifikasi kekerasan sebagai hal
yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari. 4 Lembaga penyiaran dilarang menyajikan lagu-lagu atau klip video musik yang
mengandung muatan pesan menggelorakan atau mendorong kekerasan. 5 Program atau promo program yang mengandung mautan kekerasan secara
dominan dan jelas, dibatasi waktu penayangannya.
4
B. Pemberitaan Pers dan Kebebasan Pers Menurut Undang-Undang Penyiaran.