1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dianugrahi oleh Tuhan Yang Maha Esa akal budi dan nurani yang memberikan kepadanya kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk
yang akan membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku dalam menjalani kehidupannya. Dengan akal budi dan nuraninya itu maka manusia memiliki
kebebasan untuk memutuskan sendiri perilaku atau perbuatannya. Di samping itu, untuk mengimbangi kebebasan tersebut manusia memiliki kemampuan untuk
bertanggung jawab atas semua tindakan yang dilakukannya. Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut dengan hak asasi
manusia yang melekat pada manusia secara kodrati sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak ini tidak dapat diingkari. Pengingkaran terhadap hak tersebut
berarti mengingkari martabat manusia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, atau organisasi apa pun mengemban kewajiban untuk mengakui dan melindungi hak asasi
manusia tanpa terkecuali. Kewajiban menghormati hak asasi manusia tersebut, tercermin dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjiwai keseluruhan pasal dalam batang tubuhnya, terutama berkaitan dengan persamaan kedudukan dan warga negara
dalam hukum dan pemerintahan, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan
2
lisan dan tulisan, kebebasan memeluk agama dan untuk beribadat sesuai agama dan kepercayaannya itu, hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran.
1
Dalam penjelasan di atas tersirat tentang penegasan atas pemberian kebebasan hak asasi manusia di Indonesia tidak terkecuali dengan “Kebebasan PERS” yang
telah di jamin dalam pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi : “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang ”.
Dan pasal 19 Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB yang berbunyi : “Setiap orang berhak atas kebebasan memiliki dan mengeluarkan pendapat;
dalam hal ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan dan untuk mencari, menerima serta menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media
apa saja dengan tidak memandang batas .”
Maka, dalam era reformasi sekarang ini, teknologi informasi dan penyiaran berkembang sedemikian pesatnya. Berbagai temuan dan perkembangan Informasi dan
Teknologi IT yang tidak pernah terbayangkan oleh generasi manusia sebelumnya kini berada di depan mata. Kemajuan teknologi jarak jauh seperti televisi, telepon
seluler, komputer, dan kamera yang semuannya telah dapat memanfaatkan teknologi internet membuat kehidupan manusia menjadi lebih mudah sehingga, tak ada lagi
jarak pembatas di bumi ini. Semuanya dapat dijangkau tanpa harus berada di tempat yang dikehendaki.
Dalam komunikasi, ada lima jenis media massa yang biasa dikenal sebagai “The big of media massa”, yaitu : televisi, film, radio, majalah dan koran
2
. Dalam hal
1
Republik Indonesia, Penjelasan Umum atas Undang-undang, Nomor 39 Tahun 1999, Tentang Hak Asasi Manusia.
3
ini media informasi yang paling berpengaruh di masyarakat dan memiliki peran besar dalam memberikan informasi tiada lain adalah : Televisi yang merupakan Icon
pemberitaan informasi yang paling sering dijadikan oleh masyarakat selaku pemirsa untuk menghabiskan waktu yang lama baik bersama keluarga maupun sendiri
menikmati tontonan televisi yang disajikan oleh statiun televisi swasta. Pengaruh dari berbagai tayangan informasi yang dihadirkan tersebut tidak semuanya membawa
manfaat bagi para pemirsanya. Seperti stasiun Indosiar dengan menyajikan produk berita khusus kriminal dengan judul acara Patroli yang ditayangkan setiap senin-
jum’at pukul 11.30 WIB. Pengemasan tayangan kekerasan ini dibuat dengan sangat detail mengenai
penyebab suatu peristiwa yang divisualisasikan dalam bentuk gambar-gambar adegan kejadian yang diperankan oleh para tersangka dan orang yang terlibat di dalam
peristiwa kriminal tersebut.
3
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Pembangunan Nasional UPN Veteran Surabaya. Hasil penelitian itu
menyebutkan bahwa pelaku kejahatan seperti pencurian, pembunuhan dan pemerkosaan mencontek kejahatan yang dilakukan sebelumnya. Salah satunya,
melalui referensi dari tayangan tindak kriminalitas di televisi yang akhirnya membuat pola imitasi di masyarakat.
2
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar komunikasi, Jakarta : Universitas Terbuka Press, 1999, h.32.
3
Sumber dari “Penelitian Dampak Tayangan Pornografi dan Kekerasan di Televisi”, Pusat
Litbang Aptel, SKDI, Badan Litbang SDM, Depkominfo, 2006, hal.3.
4
Menurut salah satu peneliti, Catur Suratnoaji, penelitian itu dilakukan pada 13 orang narapidana yang ada di Sidoarjo dan Malang. Ke-13 narapidana itu mendapat
ilham melakukan tindak pidana dari tayangan di televisi. Mereka memodel dari apa yang ditayangkan televisi, sebut Catur dalam pemaparannya. Sebagian narapidana itu
mengaku mendapat cara menghapus jejak atau melakukan penipuan berdasarkan apa yang mereka lihat di televisi. Dalam pemaparannya lebih lanjut, ia juga menemukan
bahwa berita kriminal justru menimbulkan rasa khawatir yang berlebihan pada masyarakat. Karena itu, ia menyebut perlunya upaya untuk memperbaiki berita
kriminalitas yang ada saat ini. Penelitian yang dilakukan ini memang belum mewakili sebagian besar
masalah pertelevisian. Perlu kajian lebih jauh apakah efek buruk itu semata karena pengaruh televisi, atau juga hal lain, seperti lingkungan? Yang jelas, apapun
tayangannya, kita sendirilah yang berkemampuan untuk menyaring, mana yang baik dan buruk.
4
Kemudian juga, sebuah survei yang pernah dilakukan salah satu harian di negara bagian Amerika Serikat menyebutkan, empat dari lima orang Amerika
menganggap kekerasan di televisi mirip dengan dunia nyata. Oleh sebab itu sangat berbahaya kalau anak-anak sering menonton tayangan televisi yang mengandung
unsur kekerasan. Kekerasan di televisi membuat anak menganggap kekerasan adalah jalan untuk menyelesaikan masalah.
4
http:www.andriewongso.comawartikel-460-AW_CornerDampak_Negatif_Tayangan Televisi.Diakses pada tanggal 21 Juni 2011.
5
Sementara itu sebuah penelitian di Texas, Amerika Serikat yang dilakukan selama lebih dari tiga tahun terhadap 200 anak usia 2-7 tahun, menemukan bahwa
anak-anak yang banyak menonton program hiburan dan kartun terbukti memperoleh nilai lebih rendah dibanding anak yang sedikit menghabiskan waktunya menonton
tayangan yang sama. Dua survei itu sebenarnya bisa menjadi pelajaran. Di Indonesia suguhan tayangan kekerasan dan kriminal seperti Patroli, Buser,
TKP dan sebagainya, tetap saja dengan mudah bisa ditonton oleh anak-anak. Bahkan tayangan program yang berbau kriminal itu terkesan sengaja diblow-up untuk
menggambarkan pada masyarakat dan atasan seakan-akan aparat betul-betul bekerja dan berhasil mengungkap suatu kasus. Dan bukan rahasia lagi kalau ada kasus yang
berhasil diungkap oleh aparat, direkayasa ulang lagi seakan-akan penangkapan yang ditayangkan murni bukan rekayasa. Padahal kalau saja mau jujur, kameramen televisi
tidak akan mau mempublikasikan tetapi daripada tidak dapat berita liputan, rekayasa pun bolehlah.
5
Dengan melihat aksi kejahatan yang sudah merupakan suatu fenomena yang kompleks. Banyak aksi kejahatan yang sering kita lihat dalam kehidupan zaman
sekarang ini. Oleh sebab itu dampak dari suatu peristiwa kejahatan yang berbeda- beda, mulai dari kejahatan yang sangat kecil sekali sampai yang besar.
Akhir-akhir ini kasus pembunuhan dengan cara di mutilasi di Indonesia seolah terus meningkat. Bagian penelitian dan pengembangan Litbang koran Kompas
5
http:www.indojaya.comteknologigadget1016-dampak-negatif-tayangan-televisi.html .
Diakses pada tanggal 23 Juli 2011.
6
mencatat bahwa sejak Januari hingga November 2008 ada 13 peristiwa pembunuhan dengan mutilasi di Indonesia.
“Saya memutilasi Pak Hendra karena meniru Ryan, terutama dari tayangan televisi selain dari koran yang
saya beli di angkutan kota”. Sri Rumiyati, 48 tahun. Itulah kata-kata yang diucapkan Sri ketika diintrogasi oleh polisi berkenaan
dengan kasus pembunuhan suaminya Hendra dengan cara dipotong-potong tubuhnya mutilasi. Pelaku tanpa ragu menyebutkan bahwa perbuatannya mencontoh kasus
pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan sang algojo dari Jombang yang ditayangkan televisi. Pengakuan Sri diatas seolah memperingatkan masyarakat tentang adanya
hubungan antara tayangan kekerasan di televisi dengan prilaku kekerasan di masyarakat.
Perbuatan kekerasan yang terinspirasi oleh tayangan televisi dibenarkan baik oleh polisi maupun dokter yang memeriksa tersangka. Komisaris Jarius Saragih, dari
kepolisian Jakarta, misalkan mengakui bahwa selama memeriksa pelaku mutilasi mereka mengaku terinspirasi dan mencontoh tayangan televisi. Dokter ahli forensik
Mun’im Idris juga sepakat bahwa kasus mutilasi sudah ada sejak tahun 1970-an, namun tahun ini meningkat tajam karena seringnya peristiwa ini ditayangkan
televisi.
6
Fenomena acara televisi yang akhir-akhir ini amat sangat meresahkan dan membahayakan moral generasi bangsa ini ternyata memang haruslah diperingatkan
6
http:alinur.wordpress.com20081217tayangan-televisi-dan-kekerasan . Diakses pada
tanggal 4 april 2011.
7
agar tidak kebablasan dalam menyusun program yang menyesatkan seperti pada tayangan kekerasan yang berbau kriminalitas. Belakangan ini tayangan berita
kriminal di televisi mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat dan sebagainya, menyajikan tayangan-tayangan seaktual mungkin, tanpa disadari yang menyaksikan
adalah masyarakat luas dari berbagai usia mulai dari anak-anak sampai orang kalangan orang dewasa. Apabila dicermati tayangan berita kriminal yang ditayangkan
langsung melalui layar kaca tersebut dikemas secara rapi dan dapat menjadi salah satu rangsangan anak untuk bersikap kasar atau nakal, seperti kemungkinan ditirunya
adegan-adegan yang tidak baik dalam tayangan berita kriminal tersebut. Adanya pengaruh tayangan berita kriminal di televisi terhadap kenakalan remaja, karena
sekarang ini banyak stasiun-stasiun televisi yang menayangkan tayangan berita kriminal seperti : Patroli Indosiar, Sergap RCTI, Buser SCTV, TKP, dan lain
sebagainya. Paul De Massenner dalam buku
Here‟s the Unesco Assosiate menyatakan News atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta
minat khalayak atau pedengar. Charnley James M. Neal menuturkan berita adalah laporan tentang situasi, kondisi, interprestasi yang penting, menarik, masih baru, dan
kasus yang penting disampaikan kepada khalayak.
7
Maraknya pengetahuan dan penemuan baru ilmu teknologi telah menimbulkan kesesatan, kebimbangan, kegelisahan dan bahkan membahayakan
7
AS Haris Sumadirian, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature : Panduan Praktis Jurnalistik Profesional, Bandung, Simbioasa Rekatama Media, 2006, h. 64.
8
kehidupan manusia bila tidak dapat diimbangai dengan agama yang menuntun manusia. Kemajuan teknologi yang rumit pada abad ini merupakan aktifitas
intelektual manusia. Ketakjuban paling baru dalam peradaban manusia abad ini muncul ketika globalisasi teknologi informasi merusak keseluruhan aspek kehidupan
manusia bisa disaksikan lewat siaran televisi.
8
Dari latar belakang inilah penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini menjadi skripsi yang kemudian diberi judul
“Perspektif Hukum Islam Tentang Ekspose Berita Kriminal di Media Massa Dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2002 Tentang Penyiaran”, yang kemudian disebut dengan Undang-undang
Penyiaran.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah