Jenis-jenis Perilaku Gambaran Perilaku Bersyukur

29 menggunakan kata ini syukur untuk kuda yang gemuk namun hanya membutuhkan sedikit rumput. Peribahasa juga memperkenalkan ungkapan Asykar min barwaqah Lebih bersyukur dari tumbuhan barwaqah. Barwaqah adalah sejenis tumbuhan yang tumbuh subur, walau dengan awan mendung tanpa hujan. 2 Kepenuhan dan kelebatan. Pohon yang tumbuh subur dilukiskan dengan kalimat syakarat asy-syajarat. 3 Sesuatu yang tumbuh di tangkai pohon parasit. 4 Pernikahan, atau alat kelamin. 12 Agaknya kedua makna terakhir ini dapat dikembalikan dasar pengertiannya kepada kedua makna terdahulu. Makna ketiga sejalan dengan makna pertama yang menggambarkan kepuasan dengan yang sedikit sekalipun, sedang makna keempat dengan makna kedua, karena dengan pernikahan alat kelamin dapat melahirkan banyak anak. Makna-makna dasar tersebut dapat juga diartikan sebagai penyebab dan dampaknya, sehingga kata “syukur” mengisyaratkan: “Siapa yang merasa puas dengan yang sedikit, maka ia akan memperoleh banyak, lebat, dan subur.” Ar-Raghib al-Ishafani salah seorang yang dikenal sebagai pakar bahasa al- Qur’an menulis dalam al-Mufradat fi Gharib al- Qur’an, bahwa kata “syukur” mengandung arti “gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan”. Sementara 12 Dr. M. Quraish Shihab, M.A., Wawasan al- Qur’an: Tafsir Maudhu’I Atas Pelbagai Persoalan Umat Bandung: Mizan, 1996, h. 215. 30 menurut ulama berasal dari kata “kasyara” yang berarti “membuka”, sehingga ia merupakan lawan dari kata “kafara” kufur yang berarti menutup, melupakan nikmat dan menutup-nutupinya. 13 Sementara itu menurut beberapa tokoh psikologi mendefinisikan syukur dalam bahasa Inggris disebut gratitude Seligman dan Peterson: 2004 is a sense of thanksfulness and joy in response to receiving a gift, whether the gift be a tangible benefit from a specific other or a moment of peaceful bliss evoked by natural bersyukur adalah suatu perasaan terimakasih dan menyenangkan atas respon penerimaan hadiah, dimana hadiah itu memberikan manfaat dari seseorang atau suatu kejadian yang memberikan kedamaian. 14 Bagi Ibn Ajibah, syukur adalah: “Rasa senangnya hati ketika mendapatkan nikmat sembari menggunakan segenap anggota badan untuk selalu berlaku taat kepada-Nya dan mengakui sepenuh hati dengan ketundukan hati atas nikmat- Nya.” Menurut Ibn ‘Alan al- Shiddiqi, syukur adalah: “Mengakui terhadap segenap nikmat Allah dan berkhidmat kepada- Nya.” 15 Di dalam buku yang berjudul Terapi Sabar dan Syukur karya Imam al-Ghazali penerjemah Abdul Rosyad Siddiq, syukur itu terdiri dari ilmu, hal keadaan, dan amal. Ilmu adalah pokok yang 13 Shihab, Wawasan al- Qur’an: Tafsir Maudhu’I Atas Pelbagai Persoalan Umat, h. 215- 216. 14 Wenny Hikmah Syahputri, “Hubungan Syukur dan Sabar dengan Kebahagiaan pada Remaja Panti Asuhan,” Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010, h. 31-32. 15 Syeikh Abdul Qadir Isa, Cetak Biru TasawufCiputat: Ciputat Press, 2007, h. 247. 31 membuahkan keadaan, dan keadaanlah yang membuahkan amal. Ilmu adalah mengenali nikmat dari yang memberikan nikmat. Keadaan adalah kesenangan yang timbul karena kenikmatan tersebut. Amal adalah melaksanakan sesuatu yang menjadi tujuan Sang Pemberi nikmat dan yang disukai-Nya. 16 Pokok pertama ; ilmu, yaitu mengetahui tiga perkara, yaitu: 1 substansi nikmat, 2 kapasitasnya memang sebagai nikmat, dan 3 Zat yang telah memberi nikmat berikut sifat-sifat-Nya yang karenanya nikmat menjadi sempurna dan akan membuahkan nikmat-nikmat berikutnya. 17 Ini artinya harus ada nikmat, yang memberi nikmat, dan yang menerima nikmat. Jadi, untuk bersyukur seseorang harus mengetahui bahwa segalanya berasal dari Allah. Jika seseorang masih diliputi keraguan terhadap hal ini, berarti orang tersebut tidak mengetahui nikmat dan yang memberi nikmat. Ini berarti seseorang tidak merasa gembira terhadap yang memberi nikmat Yang Maha Esa saja. Maka, dengan kurangnya makrifat pengenalan, pengetahuan seseorang, kurang pula keadaan senang orang itu. Karena berkurang kesenangan seseorang, maka amal orang tersebut pun berkurang. 18 Maksud dari pokok yang pertama ilmu yaitu: 1 subtansi nikmat: semua yang ada di alam ini hanya berasal dari Allah Yang Maha Esa saja; 2 kapasitasnya sebagai nikmat: semua yang datang 16 Imam Al-Ghazali, Terapi Sabar dan Syukur. Penerjemah Abdul Rosyad Shiddiq Jakarta: Khatulistiwa Press, 2012, h. 84. 17 Ibid, h. 84. 18 Al-Ghazali, Terapi Sabar dan Syukur, h. 89. 32 dari Allah itu disebut nikmat karena telah ditundukan Allah untuk datang kepada kita; 3 Zat yang telah memberi nikmat berikut sifa- sifat-Nya yang karenanya nikmat menjadi sempurna dan akan membuahkan nikmat-nikmat berikut: setelah kita mengetahui bahwa semua yang ada dari Allah dan semua yang datang dari Allah itu nikmat berarti kita telah mengenal Zat dan sifat-sifat-Nya yang sempurna sehingga apapun yang datang kepada kita menimbulkan rasa senang dan dari senang itu semua terasa nikmat. Pokok kedua ; keadaan yang muncul dari pokok makrifat pengetahuan, yakni merasa gembira terhadap yang memberi nikmat dalam keadaan tunduk dan tawadhu rendah hati. 19 Hal ini bisa disebut syukur asal mengandung syaratnya, yakni bahwa seseorang merasa senang terhadap yang memberi nikmat mengenal Allah secara sempurna sehingga ingin selalu dekat dengan Allah, bukan terhadap nikmatnya hanya pada kelezatan benda yang datang padanya dan bukan pula terhadap pemberian nikmat baru mengenal Allah sebatas Maha Pengasih-Nya sehingga mengharapkan mendapat nikmat yang lain pada masa mendatang. Pokok ketiga ; beramal sebagai konsekuensi rasa gembira yang muncul dari mengenal Sang Pemberi Nikmat. Amal berarti melibatkan hati, lisan, dan anggota-anggota tubuh. Amal yang melibatkan hati adalah niat untuk melakukan kebajikan dengan cara 19 Al-Ghazali, Terapi Sabar dan Syukur, h. 89. 33 menyembunyikannya dari orang lain. Amal yang melibatkan lisan adalah menyatakan rasa syukur kepada Allah Ta’ala dengan cara memanjatkan kalimat-kalimat pujian kepada-Nya. Sedangkan amal yang melibatkan anggota-anggota tubuh adalah dengan menggunakan nikmat-nikmat Allah untuk ketaatan kepada-Nya, dan menahan diri untuk tidak menggunakan nikmat-nikmat Allah tersebut untuk durhaka kepada-Nya seperti mengeluh kepada selain-Nya. Bahkan sepasang mata pun bisa bersyukur dengan cara menutupi aib yang kita lihat pada seorang Muslim. Sepasang telinga bisa bersyukur dengan cara kita menutupi aib yang kita dengar pada seorang Muslim. 20 Bersyukur al-Shukru yaitu suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.kepadanya, baik yang bersifat pisik maupun non-pisik lalu disertai dengan peningkatan pendekatan diri kepada Yang memberi nikmat yaitu Allah SWT. Dalam al- Qur’an, banyak diterangkan masalah syukur, antara lain pada surah al-Baqarah ayat 52, 56, 152, 158, 172, 185; an-Nisa ayat 146; Ali Imran ayat 123, 144; an-Nahl ayat 14, 114 dan al-Ankabut ayat 18. Begitu juga dalam hadits yang artinya sebagai berikut: “Aku Nabi terpesona terhadap orang-orang mu’min, karena setiap perbuatannya mengandung kebaikan. Tiada orang lain yang bisa mendapatkannya, kecuali hanya orang-orang mu’min saja; yaitu apabila mendapatkan kebaikan lalu bersyukur, maka ia mendapatkan pahala kebaikan. Dan apabila ditimpa cobaan lalu bersabar, maka ia mendapatkan juga pahala 20 Al-Ghazali, Terapi Sabar dan Syukur, h. 93-94. 34 kebaikan ”. HR. Muslim 21 Secara umum, syukur dapat dibagi dalam tiga bagian: 1 syukur yang bersifat keduniaan, seperti kesehatan, keselamatan, dan rejeki yang halal; 2 syukur yang bersifat keagamaan, seperti aktifitas, ilmu, taqwa, dan ma’rifat kepada Allah; 3 syukur yang bersifat keakhiratan, seperti misalnya, pahala atas amal baiknya yang remeh dengan pahala yang berlimpah. 22 Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat memahami bahwa perilaku syukur adalah reaksi seseorang yang mengakui dan menggunakan nikmat Allah baik secara ilmu, hal keadaan, dan amal terhadap nikmat yang bersifat keduniaan, keagamaan dan keakhiratan yang datang kepadanya sesuai dengan apa yang diinginkan Allahsehingga tidak ada penolakan dalam qalbunya yang ditandai dengan timbulnya perasaan senang dan cukup dalam setiap keadaan. b Ciri-ciri Perilaku Bersyukur Menurut Akhmad Zainuddin dikutip dari Suara Duafa Edisi Mei 2012, seseorang bisa dikatakan memiliki perilaku bersyukur bisa dilihat dari ciri-ciri bersyukur sebagai berikut: Pertama, Yahmadullah ‘ala Kulli Halin, yaitu selalu memuji kebesaran Allah SWT dalam segala keadaan.Bisa jadi kalimat ini sederhana, tapi bila dijalani tidaklah mudah. Umumnya kita memuji 21 Drs. Mahjuddin M. Pd. I., Akhlak TasawufI Jakarta: KALAM MULIA, 2009, h. 12- 13. 22 Isa, Cetak Biru Tasawuf, h. 247. 35 tatkala merasa gembira seperti ketika lulus interview, naik jabatan, dan sebagainya. Namun ketika susah, seperti kehilangan mobil, ditinggal oleh orangtua, memiliki kekurangan dan lain sebagainya sama sekali tidak memuji Allah SWT, inilah sikap yang perlu kita perbaiki. Kedua, Al Amalu Fi Tha’atillah amalnya selalu dalam ketaatan kepada Allah SWT. Tidak dikatakan bersyukur apabila antara ucapan dan tindakan tidak sesuai. Misal: lisannya pandai berucap Alhamdulillah, tapi perbuatannya fasik rusak seperti suka berjudi, meramal, atau dia meninggalkan kewajiban sholat, zakat, puasa, dan lain sebagainya. Seseorang baru disebut bersyukur apabila perbuatannya bernilai ibadah lillahi ta’ala. Ketiga, Takdimunikmah Walau Qalilan menganggap nikmat Allah SWT itu selalu besar walaupun sedikit. Prinsip ini mengajari kita supaya tidak mementingkan ukuran besar kecilnya nikmat karena kalau bicara ukuran pasti relatif tetapi fokuslah pada kasih sayang Sang Pemberi yaitu Allah SWT, sehingga hati senantiasa merasa terpesona pada sifat pemurah-Nya. Dengan cara demikian insya Allah kita akan lebih mudah bersyukur. 23 Dikatakan seseorang itu berperilaku bersyukur kepada Tuhan- Nya apabila ia mensyukuri pada setiap saat atas nikmat penciptaan, nikmat Islam, nikmat iman, nikmat tauhid, nikmat anggota badan dan atas segala nikmat yang tampak maupun yang tersembunyi serta 23 Marlinton, “Gambaran Perilaku Bersyukur Pada Tunanetra Peserta Shalat Tahajjud Study Di Yayasan Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pisangan Ciputat ”, h. 26-27. 36 menyadari kelemahannya dalam bersyukur kepada Tuhan-Nya dengan sebenar-benarnya syukur serta berdoa siang dan malam kepada-Nya. 24 Shihab juga menyatakan bahwa ciri seseorang dikatakan memiliki perilaku bersyukur kepada Allah SWT apabila seseorang itu melakukannya dengan cara berikut:  Bersyukur dengan hati yaitu mengakui dan menyadari sepenuhnya bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal dari Allah SWT dan tidak ada seorangpun selain Allah SWT yang dapat memberikan nikmat.  Bersyukur dengan lidah, yaitu mengucapkan secara ikhlas ungkapan Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT.  Bersyukur dengan amal perbuatan yaitu mengamalkan anggota tubuh untuk hal baik dan memanfaatkan nikmat itu sesuai dengan ajaran agama. Syukur kepada Allah SWT bisa dilakukan pula dengan cara sujud syukur setelah seseorang mendapat nikmat dalam bentuk apapun atau lolos dari musibah dan bencana. Sujud ini hanya dilakukan sekali dan di luar shalat. 25 24 Sayyid, Menggapai NikmatNya Beribadah dalam Konsep Pendidikan Islam, h. 567. 25 Moh. Sholeh, Terapi Shalat Tahajjud Jakarta: Mizan Publika, 2006, h. 10. 37 Dalam skripsi Wenny Hikmah Syahputri dari Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010, syukur mempunyai indikator sebagai berikut 26 : Tabel 2.1 Aspek Syukur Aspek Syukur Indikator Syukur dengan hati dan perasaan 1. Merasakan pemberian didapat sangat berharga sehingga meningkatkan motivasi untuk menjalankan perintah pemberi nikmat dan menjauhi larangannya. 2. Selalu ingat kepada pemberi nikmat, sehingga merasa dekat denganNya. Syukur dengan lisan ucapan 1. Menyampaikan terimakasih pujian atas kebaikan Allah SWT atau orang lain. 2. Mendoakan orang yang telah berbuat baik. 3. Menceritakan nikmat yang diperoleh kepada orang lain. Syukur dengan perbuatan 1. Menggunakan nikmat sesuai kehendak yang memberi. 2. Berbagi kenikmatan dengan orang lain. c Manfaat Syukur Secara individu dapat kita rasakan nikmatnya bersyukur dalam hidup ini, di antara manfaat syukur menurut al-Jilani antara lain: 1 Dengan bersyukur maka nikmat akan semakin bertambah. Sebagaimana al- Jilani mengatakan: “Syukur dapat menambah nikmatmu dan mendekatkanmu kepada Allah.” 26 Syahputri, “Hubungan Syukur dan Sabar dengan Kebahagiaan pada Remaja Panti Asuhan ”, h. 54-55. 38 2 Dengan syukur dapat menentramkan hati, karena orang yang bersyukur dapat melihat bahwa segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Manusia hanya bisa berharap dan berusaha tapi Allah- lah yang menghendaki. 3 Syukur menjadikan seseorang penuh dengan keridhaan. Orang yang bersyukur tidak memandang besar kecilnya nikmat, ia akan terus berharap dan berusaha mendapatkan yang terbaik, apapun keputusan Allah merupakan anugerah yang harus ia terima. 27

B. Lanjut Usia LANSIA

1. Pengertian Lanjut Usia LANSIA

Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukan kemunduran sejalan dengan waktu.Menurut Elizabet Hurlock dalam bukunya “Psikologi Perkembangan” masa lansia adalah masa dimana seseorang mengalami peerubahan fisik dan psikologis. Bahkan ketika masa tua disebut sebagai masa yang dihinggapi segala penyakit dan akan mengalami kemunduran mental seperti menurunnya 27 Lati fah Fidiyanti, “Sabar dan Syukur Menurut Syaikh ‘Abd al-Qadir al-Jilani,” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008, h. 45. 39 daya ingat, dan pikiran. 28 Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ikut andil dalam meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata usia harapan hidup bangsa Indonesia makin meningkat. Keadaan ini menyebabkan jumlah populasi lanjut usia lansia semakin besar, bahkan cenderung bertambah lebih cepat dan pesat. Data Badan Pusat Statistik menunjukan jumlah lanjut usia tahun 1990 sebanyak 12,7 juta 6, 56, meningkat menjadi 17,8 juta 7,97 tahun 2000. Sepuluh tahun kemudian tahun 2010 diproyeksikan menjadi 23,9 juta 9,77 dan tahun 2020 meningkat menjadi 28,8 juta 11,34. 29 Sebagaimana dikutip dalam buku Wahyudi Nugroho meningkatnya usia harapan hidup dipengaruhi oleh : 1 Majunya pelayanan kesehatan 2 Menurunnya angka kematian bayi dan anak 3 Adanya perbaikan gizi dan sanitasi. 4 Adanya peningkatan pengawasan terhadap penyakit menular. 30 Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia. Usia tahap ini dimulai 60-an sampai akhir kehidupan. Periode ini digambarkan dalam al-Hadis sebagai berikut: 28 Nur Aprianti, “Metode Bimbingan Islam Bagi Lanjut Usia dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar,” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011, h. 34-35. 29 Wahyudi Nugroho, Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik Jakarta: EGC, 2009, h. 1. 30 An drian Saputra, “Peran Pembimbing dalam Membantu Lansia Menemukan Makna Hidup Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng,” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah ,Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013, h. 38. 40 “Masa penuaan umur ummatku adalah enam puluh hingga tujuh puluh tahun” HR Muslim dan Nasa’i. 31 Dalam Undang-undang tentang Kesejahteraan Sosial pasal 1 ayat 2 diterangkan bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 enam puluh tahun ke atas. Sedangkan menurut WHO, klasifikasi lansia adalah usia pertengahan middle age 45-59 tahun, lansia elderl 60-74 tahun, lansia tua old 75-90 tahun, dan lansia sangat tua very old di atas 90 tahun. 32 Birren dan Jenner mengusulkan untuk membedakan usia antara usia biologis, usia psikologis, dan usia sosial. Usia biologis adalah usia yang menunjukan pada jangka waktu seseorang sejak lahirnya, berada dalam keadaan hidup, tidak mati. Usia psikologis adalah usia yang menunjukan pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya. Sedangkan usia sosial adalah usia yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang dengan usianya. 33 Menurut Bernice Neugarten dan James C. Chalhoun masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa 31 Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008, h. 117. 32 Nugroho, Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik, h. 5. 33 Ferry Efendi dan Makhfudli, Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan Jakarta: Salemba Medika, 2009, h. 243.