72 Nenek Sri dapat dikatakan bersyukur namun secara hal keadaan dan
amal Nenek Sri belum dapat dikatakan bersyukur karena beliau tidak menerima dengan tangan terbuka ketika ada orang yang datang
memarahinya sedangkan dia mengetahui bahwa orang yang memakinya sedang ada gangguan jiwa, beliau belum bisa menerima datangnya
keadaan tersebut dan tidak dapat menjaga lisannya.
C.2. Analisis Kakek Nur Syamsi a. Hasil Observasi
Setiap kali diadakan pengajian dan selama dilakukan penelitian, Kakek Nur Syamsi terlihat selalu mengikuti pengajian. Setiap
mendekati waktu sholat, Kakek Nur Syamsi hadir lebih awal. Beliau mengawali dan mengakhiri kedatangan beliau dengan berdzikir. Beliau
peduli terhadap sesama terlebih kepada teman sekamarnya. Hal ini teramati ketika adanya acara kunjungan anak TK ke panti dan beliau
mendapatkan bingkisan dan beliau pun menanyakan apakah Kakek Tamrin mendaptkan bagian. Tak lupa pula beliau mengucapkan
hamdalah ketika menerima bingkisan. Beliau juga mau berbagi nikmat dengan menawarkan kepada peneliti untuk ikut menikmati rezeki yang
diterimanya.
73
b. Hasil Wawancara
Dari wawancara yang telah peneliti lakukan, menurut Kakek
yang akrab dipanggil Kakek Syamsi, beliau mengartikan nikmat sebagai rasa puas dengan apa yang didapatkan dan wajib disyukuri
dan sudah perintah dari Allah. Jawaban ini teramati ketika peneliti
bertanya mengapa harus disyukuri dan beliau pun menjawab: “Ya kalau gak bersyukur mau apa lagi sambil tersenyum, azab Allah kan amat
pedih dan Allah akan menambahkan nikmat bagi orang yang bersyukur mata kembali berkaca-
kaca.” Jadi, dalam hidup ini harus selalu dilandasi rasa syukur karena tanpa syukur, manusia hanya merasakan
penderitaan karena azab Allah amat pedih namun apabila mampu bersyukur maka akan selalu merasa bahagia dan puas dengan apa yang
didapat. Dapat dipahami bahwa bersyukur menurut Kakek Syamsi adalah harus selalu puas dengan yang didapat berlandaskan ingat
kepada Allah.
C.3. Analisis Kakek Kasmadi a. Hasil Observasi
Kakek Kasmadi hanya mengikuti 2 kali pengajian selama berlangsungnya penelitian yaitu pengajian pada tanggal 27 Oktober
2014 dan 10 November 2014.Setiap kali mengikuti pengajian, Kakek Kasmadi selalu membawa buku dan terlihat begitu memperhatikan Pak
74 Uatadz ketika menyampaiakan pengajian. Beliau selalu ikut solat
berjama’ah.
b. Hasil Wawancara Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, menurut Kakek
Kasmadi nikmat adalah apa-apa yang diberikan oleh Allah. Bagi
beliau hidup pun sudah termasuk nikmat dari Allah. Dalam hidup ini harus selalu bersyukur. Cara Kakek Kasmadi bersyukur yaitu dengan
bertaqwa kepada Allah. Manusia diciptakan dengan segala kekurangan dan suka berkeluh kesah karena sejatinya kesempurnaan hanya milik
Allah namun hal itu tidak boleh menutup cara kita untuk bersyukur kepada Allah karena dibalik dari apa yang diberikan Allah terdapat
manfaat untuk kita. Kejadian-kejadian yang telah terjadi dalam kehidupan penting untuk dijadikan cermin, boleh kita menyesalinya
namun kita harus tetap berusaha memperbaiki diri untuk untuk
menghadapi kehidupan yang sebenarnya yaitu di akhirat nanti. Dapat dipahami bahwa bersyukur menurut Kakek Kasmadi adalah bertaqwa
kepada Allah karena Allah telah memberikan apa yang dibutuhkan bagi hidup manusia.
C.4. Analisis Kakek Abdullah a. Hasil Observasi
Kakek Abdullah bin Karim memiliki kekurangan fisik yaitu hanya memiliki 1 kaki namun tidak terlihat raut kesedihan pada
75 wajahnya. Kekurangan pada fisiknya tidak menyurutkan niat beliau
dalam beribadah. Selama dilakukan penelitian, beliau selalu terlihat mengikuti solat berjama’ah. Beliau juga terlihat selalu mengikuti
pengajian.
b. Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara, nikmat adalah segala-galanya,
sesuatu yang bagus, indah dan suatu keuntungan yang bisa dinikmati. Menurut Kakek Abdullah, bersyukur yaitu cara seorang
hamba mempertanggungjawabkan segala amalan kepada Yang Maha Kuasa, segala yang terjadi dalam kehidupan dihadapi dan
dilaksanakan sebaik mungkin, urusan ganjaran merupakan hak Allah semata.
C.5 . Analisis Nenek Sa’adah
a. Hasil Observasi
Nenek Sa’adah merupakan salah satu lansia yang berada di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung. Beliau ditempatkan di kamar
Bougenvil. Beliau tinggal di panti bersama suaminya. Suami beliau merupakan sepupu dari suami pertama. Setelah suami pertama Nenek
Sa’adah meninggal, beliau kasihan dengan kondisi iparnya yang memiliki istri lumpuh serta perekonomian yang sulit maka Nenek
Sa’adah memutuskan untuk menikah dengannya. Setelah istri pertama suami beliau meninggal, beliau beserta suaminya dirujuk untuk tinggal
76 di panti.
Sudah satu tahun lebih Nenek Sa’adah berada di panti bersama suaminya.Walaupun terpisah kamar, Nenek Sa’adah tetap merawat
suaminya yang kini terkena stroke. Selama dilakukan penelitian, Nenek Sa’adah selalu tampak mengikuti pengajian. Beliau juga suka
berkonsultasi kepada narasumber pengajian kitab nashaihul ibad yaitu Pak Jufri jika ada permasalahan yang memberatkan batinnya.
b. Hasil Wawancara Dari wawancara yang dilakukan, nikmat menurut Nenek
Sa’adah merupakan kemampuan dirinya melakukan segala amal soleh seperti ibadah, berbuat baik terhadap orang lain serta menjaga
kesucian hati. Perilaku syukur yang beliau tunjukan kepada Allah yaitu
mengingat segala nikmat yang telah sampai kepadanya serta melakukan kebaikan yang ditunjukan Allah melalui batinnya. Banyak ujian hidup
yang sampai kepadanya seperti ditinggal mati oleh suami pertamanya, halangan keluarga besarnya untuk menikah dengan iparnya, dibohongi,
dihina sampai dengan ujian penyakit kepada suaminya kini. Beliau merasa lelah lahir batin namun beliau kembali kuat ketika semuanya
disandarkan kepada Allah. Hidup dan segala ujian yang dihadapi
dianggap olehnya sebagai bentuk kasih sayang dari Allah. Dapat dipahami bahwa bersyukur
menurut Nenek Sa’adah adalah menerima apapun yang terjadi dalam hidupnya karena itu tanda
kasih sayang Allah dan berbuat sebaik mungkin baik dalam hubungannya dengan Allah maupun terhadap makhluk ciptaan-Nya.
77
C.6. Analisi Nenek Ning a. Hasil Observasi
Nenek Ning merupakan lansia yang terbilang rajin dan aktif. Beliau aktif dalam mengikuti kegiatan yang diberikan oleh panti baik
kegiatan keterampilan maupun keagamaan. Walaupun beliau berjalan sudah dibantu tongkat namun semangat beliau tidak surut. Beliau
terlihat selalu mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad saat sedang dilakukannya penelitian. Terlihat raut wajah yang menenangkan dari
beliau. Selain itu beliau juga sangat ramah dan santun ketika berhadapan dengan orang lain. Disaat mengikuti pengajian Kitab
Nashaihul Ibad, beliau terlihat begitu khusyu. Selain itu, beliau juga senang membantu mendoakan orang-orang yang datang kepada beliau,
beliau menunjukan daftar orang-orang yang minta didoakan.
b. Hasil Wawancara
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan kepada Nenek
Ning, nikmat itu ketenangan maupun ketentraman yang dirasakan karena terimakasih yang selalu beliau haturkan kepada Sang Kuasa.
Beliau bersyukur dengan selalu berdoa kepada Allah serta selalu berterimakasih atas apa saja yang telah Allah berikan kepadanya dan
menyandarkan segala sesuatu kepada Allah karena segala urusan hanya milik Allah. Beliau memahami hakikat bersyukur yaitu beliau
mengetahui bahwa segala sesuatu datang dari Allah dan semua merupakan urusan Allah, beliau harus selalu berdoa dan berterimakasih
78 kepada Allah agar mendapatkan ketenangan yang memang diharapkan
oleh manusia. Beliau menerima keadaan beliau yang harus menjalani masa tua dipanti. Beliau ramah, santun serta rajin khususnya dalam
beribadah. Dapat dipahami bahwa bersyukur menurut Nenek Ning adalah berterimakasih kepada Allah dengan cara menyadari bahwa
dirinya bergantung kepada Allah selalu berdoa sampai datang ketenangan dalam batinnya.
D. ANALISIS ANTAR KASUS
Dibawah ini terdapat beberapa aspek dalam penilaian terhadap sampel penelitian yang diterangkan ke dalam bagan.Dalam kasus ini
juga disebutkan nama-nama sampel beserta aspek-aspek dari perilaku bersyukur yang dijelaskan sebagai berikut..
Gambar 4.1 Bagan Aspek Syukur
Sumber: Buku Terapi Sabar dan Syukur karya Imam Al-Ghazali diterjemahkan oleh Abdul Rosyad Shiddiq Jakarta: KHATULISTIWA, 2013.
79
1. ILMU
Tabel. 4.7 Analisis Aspek Syukur Ilmu dengan Indikator Subtansi
Nikmat
Indikator : Subtansi Nikmat mengetahui bahwa semua nikmat berasal dari Allah
Nama ANALISIS
Sri Handayani
Terjawab ketika peneliti menanyakan tentang nikmat, terdapat jawaban “Semua yang kita dapat, aku mensyukuri Allah.”
Nur Syamsi Poin ini terjawab melalui wawancara dengan beliau ketika peneliti menanyakan
tentang nikmat dan menurut beliau nikmat itu merasa puas dengan apa yang didapatkan dan disyukuri
. Lalu peneliti menanyakan alasan mengapa perlu disyukuri dan beliau mengemukakan bahwa kalau gak bersyukur mau apa lagi,
azab Allah kan amat pedih dan Allah akan menambahkan nikmat bagi orang yang bersyukur. Menurut peneliti, beliau mengetahui bahwa nikmat itu apa yang
didapat dan berasal dari Allah.
Kasmadi Menurut Kakek Kasmadi, nikmat itu banyak sekali bagaimana manusia
mengartikannya. Hidup pun menurut beliau termasuk nikmat dari Allah. Berdasarkan kalimat yang terungkap dari beliau, beliau mengerti substansi
nikmat.
Abdullah bin Karim
Menurut Kakek Abdullah, nikmat merupakan suatu keuntungan yang dirasakannya. Beliau tidak menjelaskan secara detail namun gambaran tentang
substansi nikmat dapat ditelaah melalui pendapat beliau tentang pengajian Kitab Nashaihul Ibad. Menurut beliau, mengikuti pengajian tersebut merupakan
keuntungan besar karena ada tambahan ilmu agama dan penjelasan petunjuk- petunjuk mencapai kehidupan di surga dimana seorang hamba dapat berjumpa
dengan Allah. Jadi, nikmat menurut beliau dapat diartikan sebagai keuntungan yang dapat menuntunnya betemu dengan penciptanya yaitu Allah. Jadi, beliau
memiliki poin dalam hal ini.
Hj. Sa’adah
Menurut peneliti, gambaran n ikmat menurut Nenek Sa’adah merupakan suatu
kemampuan dan kekuatan sebagai bentuk pertolongan yang diberikan Allah dalam menjalani kehidupannya. Walaupun kehidupannya terasa pelik namun
beliau berusaha untuk bersabar dan tetap bersyukur dalam merawat suaminya. Menurut peneliti, beliau mengetahui tentang substansi nikmat karena jika beliau
tidak mengetahuinya, beliau tak mungkin berani mengambil keputusan untuk menikah dengan saudara iparnya yang sudah mempunyai istri dimana pasangan
suami istri tersebut memiliki kondisi ekonomi dan kesehatan yang buruk.
Ning Sundasih Jawaban beliau ketika peneliti memberikan pertanyaan tentang apa itu nikmat
dan darimana memperoleh semua nikmat yaitu: “Ya, nikmat itu karena tenang.
80
Indikator : Subtansi Nikmat mengetahui bahwa semua nikmat berasal dari Allah
Tentram, ayem. Ya dari Sing Kuoso. ” Jadi, gambaran nikmat menurut peneliti
yang ditelaah dari percakapan dengan beliau merupakan suatu ketenangan dalam melakukan sesuatu yang diberikan Allah. Beliau mengetahui tentang substansi
nikmat.
Tabel. 4.8 Analisis Aspek Syukur Ilmu dengan Indikator Kapasitas
Sebagai Nikmat Indikator : Kapasitas sebagai nikmat
semua yang datang, telah ditundukan Allah Nama
ANALISIS Sri Handayani
Penelitian ini dapat diwakilkan dari jawaban beliau ketika peneliti menanyakan bagaimana cara Nenek mensyukuri nikmat yaitu “Ya kita dikasih makan, dikasih,
sehat, dikasih segala-galanya ya kita syukuri, kita terima dengan tangan terbuka. Apapun yang kita dapat, apapun yang kita hadapi.
”
Nur Syamsi Poin ini terwakilkan dengan jawaban yang telah dipaparkan pada poin
sebelumnya. Beliau harus merasa puas dan bersyukur atas apa-apa yang telah didapat karena Allah amat dekat dengan makhluk-Nya, hal itu dapat dirasakan
melalui azab atau karunia yang diberikan Allah kepada makhluk atas segala perbuatannya.
Kasmadi Saat peneliti bertanya tentang perasaan beliau dalam menjalani kehidupannya,
beliau merasa bahwa dirinya merupakan produk gagal. Kalau beliau ada biaya, beliau ingin sekolah tinggi dang a mungkin di panti namun beliau hanya seorang
nelayan. Beliau mau menyesal namun semua percuma karena sudah merasa tua. Kalau ditelaah, beliau belum memahami kapasitas sebagai nikmat karena masih
terdapat penyesalan atas apa yang Allah berikan pada perjalanan hidupnya.
Abdullah bin Karim
Beliau memiliki permasalahan dengan keluarganya. Keluarga dari istri beliau tidak bisa menyetujui menjual rumah warisan untuk membeli kaki palsu.
Keluarga istrinya selalu mencemooh dirinya. Menurut beliau, mertuanya telah memberikan rumah yang menjadi sengketa tersebut kepadanya namun keluarga
dari istri beliau tidak percaya. Untuk alasan itulah beliau memtuskan tinggal di panti supaya tidak terjadi keributan dalam rumahtangganya dan beliau tetap
mengunjungi keluarga. Saat peneliti bertanya mengenai cara beliau bersyukur. Jawaban beliau adalah sebagai berikut: “Kita bersyukur kita tunjukan seakan-
akan kita berhadapan dengan Dia, baru kita jelaskan apa yang kita perbuat, kita khilaf. Mudah-mudahan Allah terima kebaikan kita sama orang, bantuan kita