ILMU ANALISIS ANTAR KASUS

81 Indikator : Kapasitas sebagai nikmat semua yang datang, telah ditundukan Allah terhadap orang lain, persoalan kita terhadap orang lain seperti persoalan dengan keluarga yang sering terjadi, kita ga usah ungkit-ungkit, terserah Yang Maha Kuasa, Dia kan Maha Adil. Siapa yang benar Dia benarkan, siapa yang salah, Dia salahkan, Dia kan Maha Adil . Seperti masalah yang Kakek hadapi ini. Alhamdulillah malah ada orang dari Depok berkunjung ke Kakek dan mau membuatkan kaki palsu.” Jadi beliau tidak mempermasalahkan persoalan yang terjadi karena Allah telah mengaturnya. Dalam hal ini, beliau mengetahui kapasitas sebagai nikmat. Hj. Sa’adah Beliau berusaha untuk bersabar dalam menghadapi persoalan hidupnya terlebih dalam merawat suami beliau. Terkadang datang terpaan dari orang lain tapi beliau merasa tidak apa-apa. Menurut peneliti beliau mengetahui kapasitas sebagai nikmat yaitu mengetahui bahwa semua yang datang kepada kita telah ditundukan Allah karena beliau begitu teguh dan sabar dalam merawat suaminya. Beliau juga tidak merasa terpaan orang sebagai ancaman. Ning Sundasih Beliau rajin melaksanakan solat tahajud. Tidak ada orang yang membangunkan beliau namun beliau merasa seperti ada yang membangunkan. Beliau juga bercerita bahwa beliau menaruh uang di lemari kemudian hilang. Beliau berkata bahwa beliau mengetahui siapa yang mengambil namun beliau tidak ingin mempersalahkannya. Baginya segala urusannya langsung dengan Yang Maha Kuasa dan beliau pun tersenyum. Menurut peneliti, beliau mengetahui kapasitas sebagai nikmat karena jika tidak mengetahui bahwa semua yang terjadi padanya telah ditundukan Allah, beliau bisa saja menegur orang yang mengambil uangnya bahkan memintanya kembali karena beliau mengetahui pelakunya. Tabel.4.9 Analisis Aspek Syukur Ilmu dengan Indikator Mengenal Zat dan Sifat Allah Swt. Indikator : Mengenal Zat dan Sifat Allah selalu senang dengan apa yang didapat Nama ANALISIS Sri Handayani Nenek Sri tidak senang ketika seorang Nenek yang sedang terganggu jiwanya datang menghampiri Nenek Sri dengan ocehan yang bernada tinggi. Nur Syamsi Iya, beliau selalu terlihat senang menjalani hidup di panti. Tidak terlihat beban pada raut wajahnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kasmadi Telah dijelaskan pada poin sebelumnya bahwa beliau merasa menyesal dan sedih atas apa yang telah terjadi dalam perjalanan hidupnya. Seseorang yang telah 82 Indikator : Mengenal Zat dan Sifat Allah selalu senang dengan apa yang didapat mengenal Zat dan Sifat Allah tidak akan bersedih karena dari apa yang terjadi dan apa yang diberikan Allah terdapat makna serta manfaat untuk dirinya. Abdullah bin Karim Pada saat peneliti bertanya tentang amalan yang telah dilakukan dari materi yang disampaikan pada pengajian Kitab Nashaihul Ibad, terdapat kata-kata seprti berikut: “Kita ngasih sesuatu kepada orang lain itu kan pahala untuk kita tapi untuk pahala itu kita tidak boleh mengungkit, itu terserah kepada Yang Maha Menentukan , kita tidak boleh mengungkit pemberian kita terhadap orang lain.” Menurut peneliti, beliau berusaha melakukan yang terbaik yang bisa beliau lakukan, untuk balasan itu merupakan urusan Sang Kuasa. Untuk itu pada poin sebelumnya telah dijelsakan bahwa beliau tidak mempermasalahkan persoalan yang terjadi dalam hidupnya karena beliau yakin bahwa Allah Maha Adil. Jadi beliau mempunyai poin ini. Hj. Sa’adah Beliau tidak mengatakannya dalam wawancara namun dari perbuatannya, beliau begitu gigih dan sabar dalam merawat suaminya. Tidak tergambar beban maupun raut wajah lelah dalam mengurus suaminya. Beliau memiliki paras yang cantik dan beliau pun pernah bekerja sebagai sekretaris karena beliau merupakan lulusan Akademik Sekretaris. Jika beliau mau, beliau bisa mencari seseorang yang lebih baik untuk menjadi pendamping hidupnya namun beliau memutuskan untuk menikah dengan iparnya karena rasa kasihan yang diberikan Allah kepadanya. Kalau bukan karena Allah beliau tidak akan melakukannya. Jadi dapat dikatakan bahwa Nenek Sa’adah mendapatkan poin dalam hal ini. Ning Sundasih Pada saat peneliti bertanya tentang nikmat apa saja yang telah didapat dan alasannya, beliau menjawab sebagai berikut: “Kalau saya sih macam-macam, ga satu saja. Kalau dulu ditemani Bapak Ibu, sekarang sendirian juga nikmat.Ya nikmat, dulu dapat kasih sayang dari Bapak Ibu, sekarang dapat kesibukan menunjukan daftar nama-nama orang yang minta didoakan oleh nenek dan tersenyum.” Pada poin sebelumnya juga telah dijelaskan masalah yang pernah menimpanya namun beliau menjawab dengan tenang yaitu : “Urusannya langsung sama Yang Maha Kuasa.” Jadi, beliau dapat menikmati segala keadaan dengan hati yang tenang dan senang karena beliau mengenal Allah dan menyandarkan segalanya kepada Allah. 83

2. HAL KEADAAN

Tabel. 4.10 Analisis Aspek Syukur Hal dengan Indikator Tunduk Taat Kepada Allah Indikator : Tunduk Taat Kepada Allah Nama ANALISIS Sri Handayani Nenek Sri rajin dalam beribadah dan mengikuti pengajian. Beliau taat kepada Allah dalam beribadah. Nur Syamsi Beliau rajin beribadah seperti selalu mengikuti sholat berjamaah tepat waktu bahkan selalu datang lebih awal dan pulang lebih akhir dari jama’ah lainnya dan mengisinya dengan berdzikir. Kasmadi Peneliti melihat sosok Kakek Kasmadi begitu rajin dan konsisten dalam beribadah khususnya solat lima waktu di Masjid secara berjama’ah. Pernyataan ini juga didukung dengan informasi yang diberikan oleh pendamping lansia yaitu Bapak Akhyar. Saat peneliti bertanya tentang perilaku bersyukur yang sering ditunjukan oleh para lansia pengajian Kitab Nashaihul Ibad, Pak Akhyar menjawab: “Terutama shalatnya konsisten dari subuh sampai isya ditambah lagi dengan dzikir. Seperti yang pernah dijelaskan Pak Jufri tentang lafadz Laa ilaha illallah, yang mengikuti Kek Syamsi dan Kek Kasmadi .” Beliau begitu serius dalam mencari ilmu agama khususnya mengikuti pengajian Kitab Nashaihul Ibad ini seperti pernyataan beliau berikut ini: ““Bagus sekali, luar biasa. Bisa menerangkan dari ga ngerti jadi ngerti. Maaf ya, kalau yang lain banyak bercanda jadi saya kurang suka. Kalau Pak Jufri begini sambil mengacungkan jempol .” Beliau dapat dikatakan tunduk kepada Allah karena beliau berusaha konsisten dalam beribadah dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Abdullah bin Karim Walaupun beliau memiliki fisik yang tidak sempurna namun beliau selalu mengikuti solat lima waktu berjama’ah di Masjid. Beliau juga selalu menghadiri pengajian. Ketaatan beliau juga sudah dilakukan saat beliau masih bekerja di kapal. Berikut pernyataan beliau: “Setiap hari kan sembahyang belajar sendiri. Tapi Kakek kerja di kapal-kapal asing pun sembahyang. Kalau waktu sembahyang tiba, kapten datang ngambil alih kerjaan Kakek, Kakek sembahyang. Kalau hari Jum’at merapat ke pelabuhan mencari masjid terdekat. Sembahyang lima waktu, kalau dalam perjalanan kita ketinggalan suatu waktu kita harus ganti. Kita kalau sudah mengerti betul tentang agama takut untuk meninggalkan apa yang harus kita lakukan dalam agama itu.” Hj. Sa’adah Nenek Sa’adah memang jarang terlihat solat berjama’ah di Masjid. Pada saat peneliti menanyakan pengaruh dari materi pengajian Kitab Nashaihul Ibad bagi 84 Indikator : Tunduk Taat Kepada Allah kehidupannya, beliau menjawab: “Ya pengaruhnya itu seperti yang Pak Jufri bilang kalau sholat dzuhur 4 r akaa’at, 2 raka’at sebelum dan 2 raka’at sesudah, pahalanya itu seperti kita sholat tahajud, tapi kalau isya, 2 raka’at sebelum dan 2 raka’at sesudah, pahalanya seperti sholat lailatul qadar, jadi saya lakukan itu walaupun saya sudah tidak bisa duduk berdiri-duduk berdiri, saya lakukan itu. Saya itu kenapa saya ga sering sholat di sana juga menunjuk ke mushola, saya sudah ga kuat duduk berdiri-duduk berdiri, sholat duduk malu, makanya saya sholat saja di sana menunjuk ke kamar Kakek.” Bagaimanapun kondisi beliau, beliau tetap berusaha menjalankan kewajiban solat lima waktu sesuai dengan kemampuannya dan beliau juga tetap merawat suaminya sebagai kewajiban seorang istri. Dengan demikian, beliau dapat dikatakan tunduk taat kepada Allah. Ning Sundasih B eliau suka solat berjama’ah di Masjid. Walaupun beliau sudah tidak kuat untuk berdiri, tidak ada alas an bagi beliau meninggalkan solat lima waktu. Selain itu, beliau pun senang melaksanakan solat tahajud, karena jiwanya merasa nyaman melaksanakan tahajud seakan ada yang membangunkan dirinya walaupun sebenarnya tidak ada yang membangunkan. Tabel. 4.11 Analisis Aspek Syukur Hal dengan Indikator Tawadhu rendah hatitidak takabur Indikator : Tawadhu rendah hatitidak takabur Nama ANALISIS Sri Handayani Beliau tidak menempati point ini karena ketika sedang dilakukannya wawancara, beliau menjelekan Nenek yang berada didepannya. Seseorang yang tawadhu tidak akan berani menjelekan orang lain karena dirinya merasa jauh dari kesempurnaan Nur Syamsi Beliau merasa bahwa dirinya orang awam maka dari itu beliau merasa perlu menambah ilmu dari kegiatan-kegiatan di panti seperti pengajian Kitab Nashaihul Ibad. Beliau juga merasa dirinya bukan orang berpendidikan namun akhlaknya terlihat santun, beliau mohon maaf kepada peneliti jika tidak memahami bahasa yang diungkapkannya dalam wawancara namun peneliti merasa bahwa beliau seperti orang berpendidikan. 85 Indikator : Tawadhu rendah hatitidak takabur Kasmadi Saat peneliti bertanya kepada Kakek Kasmadi tentang perasaannya ketika mengikuti pengajian Kitab N ashaihul Ibad maka jawaban beliau adalah “Terang hatinya, namanya orang awam Mba. Dulu waktu kecil kan saya gak ngaji, gak sholat.” Peserta pengajian Kitab Nashaihul Ibad diberikan kitab secara geratis tetapi tidak setiap saat lansia membawanya ketika mengaji namun ini berbeda dengan Kakek Kasmadi, beliau selalu membawa kitabnya dan ketika peneliti bertanya kepada beliau mengapa beliau selalu membawa kitab, beliau menjawab sebagai berikut: “Maaf Mba ya, kalau yang lain mah mungkin sudah di luar kepala tapi saya mah belum.” Beliau merasa dirinya masih kurang namun tidak merendahkan orang lain. Peneliti merasa bahwa beliau memiliki poin tawadhu. Abdullah bin Karim Untuk dapat mengetahui apakah point tawadhu terdapat pada Kakek Abdullah, peneliti bertanya mengenai cara beliau bersyukur selama ini kepada Allah dan jawaban beliau sebagai berikut: ““Kita bersyukur kita tunjukan seakan-akan kita berhadapan dengan Dia, baru kita jelaskan apa yang kita perbuat, kita khilaf. Mudah-mudahan Allah terima kebaikan kita sama orang, bantuan kita terhadap orang lain, persoalan kita terhadap orang lain seperti persoalan dengan keluarga yang sering terjadi, kita ga usah ungkit-ungkit, terserah Yang Maha Kuasa, Dia kan Maha Adil.” Pada perkataannya mengandung makna bahwa dirinya adalah seorang hamba, makhluk ciptaan yang jauh dari kesempurnaan karena beliau tahu bahwa yang sempurna hanyalah Allah, hal ini ditunjukan melalui kata “kita jelaskan apa yang kita perbuat, kita khilaf. Mudah-mudahan Allah terima kebaikan kita sama oran g, …” Kalimat tersebut juga merupakan kalimat penghambaan dimana beliau berharap Allah menerima amalannya. Jadi dapat dikatakan bahwa Kakek Abdullah memiliki poin tawadhu karena beliau menyadari posisinya sebagai hamba Allah. Hj. Sa’adah Beliau merupakan lulusan Akademik Sekretaris dan beliau berparas cantik. Beliau juga mempunyai uang pensiun dari mendiang suaminya. Atas dasar rasa kemanusiaan dan rasa kasih sayang yang timbul karena melihat kondisi ipar dan istrinya, beliau rela meninggalkan kemewahan yang ada pada dirinya demi merawat ipar yang kini telah menjadi suaminya. Menurut peneliti, beliau memiliki poin tawadhu. Beliau lebih mengutamakan kemanusiaan dibandingkan dengan kemewahan yang ada pada dirinya. Ning Sundasih Saat penelitti bertanya tentang cara Nenek Ning bersyukur kepada Allah, beliau menjawab: “Berdoa sama Yang Kuasa.” Seseorang yang masih berdoa kepada penciptanya, dia menyadari bahwa dirinya tak mampu berdiri sendiri, itu menandakan bahwa dirinya bergantung kepada Allah. Seseorang yang sadar bahwa dirinya bergantung dan akan selalu bergantung dengan selalu memanjatkan doa maka seseorang tersebut dapat dinyatakan tawadhu, dia sadar bahwa dia lemah tanpa pertolongan Allah.