Sebagai kajian bagi penelitian lebih lanjut yang berminat dalam

Pada umumnya program enrichment lebih ditekankan untuk membantu mengembangkan kemampuan kognitif yang terdapat pada siswa serta meningkatkan proses afektif yang selama ini dialami siswa. Melalui enrichment disamping dapat memberikan materi lebih, juga dapat memberi pengalaman baru bagi siswa, terutama terkait dengan penerapannya ke dalam pembelajaran yang mereka lakukan selama ini. Enrichment biasanya merupakan program penambahanpengayaan suatu disiplin tertentu atau materi pembelajaran tertentu di luar dari kurikulum secara normal dan biasanya program ini hanya diberikan di tingkat persekolahan, baik tingkat dasar maupun tingkat menengah. Enrichment dalam upaya untuk menambah pengetahuan yang dimiliki siswa sesungguhnya berdasar pada beberapa prinsip, seperti yang digagas oleh Renzulli berikut ini : 5 1. Each learner is unique, and therefore, all learning experiences must bev examined in ways that take into account the abilities, interests, and learning styles of the individual. 2. Learning is more effective when students enjoy what they are doing, and therefore, learning experiences should be constructed and assessed with as much concern for enjoyment as for other goals. 3. Learning is more meaningful and enjoyable when content i.e. knowledge and process i.e. thinking skills, methods of inquiry are learned within the context of a real and present problem; and therefore, attention should be given to opportunities to personalize student choice in problem selection, the relevance of the problem for individual students at the time the problem is being addressed, and authentic strategies for addressing the problem. 4. Some formal instruction may be used in enrichment learning and teaching, but a major goal of this approach to learning is to enhance knowledge and thinking skill acquisition that is gained through formal instruction with applications of knowledge and skills that result from students own construction of meaning 6 . 5 http:www.org.idEnrichmentRenzulli.com.html . 6 Abraham J. Tannebaum. Gifted Children Psychologi And Education Perspectives. New York: Micmillan Publishing. 2010 . Hal 368 Melihat dari kutipan di atas terdapat beberapa prinsip yang sangat diperhatikan dalam enrichment. Adanya prinsip-prinsip ini menjadi awal pemikiran perlunya enrichment diterapkan pada setiap pembelajaran yang dilakukan di setiap tingkat persekolahan. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai prinsip-prinsip di atas, diantaranya; pertama, enrichment hadir berangkat dari pemikiran bahwa setiap pelajarsiswa itu unik, artinya setiap siswa memiliki kekhasannya masing-masing. Begitu pula yang terjadi pada setiap pengalaman belajar yang telah mereka dapatkan, mereka memiliki pengalaman yang berbeda-beda secara individual. kedua, setiap pembelajaran yang dilakukan oleh siswa akan lebih efektif ketika siswa merasa nyaman dan senang dalam pembelajaran yang dilakukan, oleh karena itu setiap pengalaman belajar harus dapat memperhatikan setiap tujuan yang akan dicapai setiap siswa. ketiga, pembelajaran akan lebih bermakna ketika materi ajar dan pelaksanaannya dikaitkan dengan kejadian nyata yang sedang terjadi. Selain itu untuk lebih memberikan rasa nyaman siswa diberikan kesempatan untuk mencari setiap masalah yang menarik bagi mereka. keempat setiap pengajaran pada umumnya bisa saja dimasukan enrichment ke dalamnya. Dalam penerapan enrichment, materi-materi yang diperoleh siswa biasanya berasal dari luar kurikulum umum, yang jarang sekali didapatkan siswa dalam kehidupan pembelajaran di sekolah. Hal itu terjadi karena dalam pelaksanaannya Enrichment sering kali dilakukan berupa kegiatan-kegiatan di luar lingkup sekolah. Dengan pemberian materi melalui ―pengayaan‖ ini, tentunya akan menjadi pengalaman baru bagi setiap siswa, dan menjadi motivasi tersendiri bagi mereka karena mendapatkan materi yang tidak biasa. Penerapan enrichment merupakan sebuah aktifitas yang baik dalam meningkatkan kepekaan guru dalam melihat setiap potensi yang dimiliki oleh setiap siswa, guru harus peka terhadap kebutuhan siswa dan keunggulannya. Dengan adanya penerapan enrichment maka guru dituntut untuk menciptakan suatu keadaan yang memperlihatkan minat siswa terhadap pelajaran, serta dapat memberikan suatu tantangan baru bagi siswa, hingga akhirnya dianggap oleh siswa sebagai sebuah petualangan yang menyenangkan. Seperti pendapat yang diungkap Hildreth dalam John Mcleod dan Arthur Croplay berikut ini, 7 Educational enrichment for the exceptionally able involves giving them the opportunity to study in greater depth topics which are part of the curriculum of their actual grade ; for example, undertaking original research and solving problems which are beyond the interests and abilities a of the rest of the class, but do not necessarily require knowledge from higher grades. Enrichment has primarily been conceived of as being provided by the classroom teacher; for a teacher who exudes a zest for learning and welcomes the challenge of fostering a similar enthusiasm in an academically exceptional student, enrichment can be an exciting adventures. 8 Dalam kutipan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa enrichment yang cukup diperhitungkan dalam penerapannya adalah kreativitas yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, terutama dalam mengarahkan setiap siswa yang berbakat di sekolah. Pemahaman yang kurang dari seorang pendidik terhadap enrichment akan memperlihatkan bahwa enrichment hanya gambaran menambah sesuatu pada perkembangan anak yang sesungguhnya memiliki kemampuan cukup potensial. Renzulli has criticized overreliance or excessive reliance on programs which are based on the popular but completely unsupported belief that the gifted person in process oriented rather than product oriented this view has undoubtedly resulted in gifted education’s overreliance on cute games an situational specific training activities that purport to develop creativity and other thinking skills. Renzulli himself has developed an integrated, progressive model for providing enrichment activities which has been widely adopted. 9 Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa Tipe I dan Tipe II yaitu General Exploratory activities dan Group Training activities diarahkan pada seluruh siswa dan memberikan dasar-dasar pada seluruh siswa untuk mengembangkan segala potensinya. Pada fase ini dikembangkan berbagai strategi untuk menggali minat dan ketertarikan seluruh siswa pada suatu fokus materi tertentu serta membangun sebuah 7 :www.ed.govpubstoolsforSchoolenrichgiftschoolwide_enrich_gifted.html 8 Abraham J. Tannebaum. Gifted Children Psychologi And Education Perspectives. New York: Micmillan Publishing. 2010 . Hal 367 9 Ibid . Hal 368

Dokumen yang terkait

Penerapan variasi stimulus untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi pokok bahasan pendapatan nasional kelas X di SMA Negeri 12 Kota Tangerang Selatan

0 8 187

PENERAPAN CD PEMBELAJARAN LABORATORIUM MAYA PADA POKOK BAHASAN KELISTRIKAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA N 2 SEMARANG

0 6 60

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOFERATIFTIPEJIGSAW PADA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN POKOK BAHASAN WAKTU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 33

PENERAPAN CD PEMBELAJARAN LABORATORIUM MAYA PADA POKOK BAHASAN KELISTRIKAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA N 2 SEMARANG.

0 0 1

(ABSTRAK) EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI MATERI INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 KLIRONG KEBUMEN.

0 0 3

(ABSTRAK) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN ELEKTRONIKA SISWA SMAN 1 KUDUS.

0 0 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X-3 SMA NEGERI 1 MOJOLABAN.

0 1 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-3 PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SMA NEGERI KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 NOGOSARI TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 1 16

Penerapan Model Learning Cycle 6e Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Hidrokarbon Di Kelas X SMA Negeri 3 Pekanbaru

0 0 6