9 cetak saring, dan cetak datar. Dalam pengerjaan karya grafis ini penulis
menggunakan cetak tinggi.
1. Cetak tinggi
relief print
Merupakan salah satu teknik cetak yang menggunakan media acuan kayu atau lino. Media tersebut dicukil dengan pisau cukil sampai bagian yang tidak
ingin tercetak habis tercukil, hingga tersisa relief tinggi pada media yang dicukil proses pencetakannya permukaan relief di beri tinta menggunakan rol yang
kemudian dicetakkan pada kertas dengan tekanan langsung Susanto, 2002: 97. Senada dengan apa yang disampaikan Dharsono 2005: 38 bahwa cetak tinggi
adalah proses peneraan negative pada bidang datar, bidang yang dilumuri tinta adalah bidang yang tinggi sedangkan bidang yang rendah tidak terkena tinta.
Beberapa teknik yang menggunakan prinsip cetak tinggi antara lain :
a. Cetak kayu
Wood cut Hardboard cut
Teknik seni cetak grafis dengan menggunakan bahan berbasis kayu antara lain :
hardboard, softboard,
triplek dan lain-lain. Teknik ini termasuk ke dalam golongan
relief print
atau cetak tinggi Susanto 2002: 116.
b. Cetak reduksiCetak rusak
reduction print
Cetak reduksi menurut Aminudin dalam katalog pemeran seni grafis “Natural Mystic” adalah teknik cetak dengan melakukan penyusutan
permukaan plat cetak untuk menghasilkan cetakan-cetakan berwarna dengan hanya menggunakan satu plat cetak. Oleh karena itu cetakan yang
10 menggunakan metode reduksi ini tidak akan pernah bisa dicetak ulang. Hal
ini merupakan kelebihan sekaligus kekurangan dari teknik reduksi.
D. Deformasi
Menurut Dharsono 2004: 103 deformasi merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pada interpretasi karakter, dengan cara mengubah
bentuk objek dan menggambarkannya kembali hanya sebagian yang dianggap mewakili, atau pengambilan unsur tertentu yang mewakili karakter hasil
interpretasi yang sifatnya sangat mutlak. Kemudian pendapat lain mengenai pengubahan bentuk dijelaskan oleh Sumardjo 2000: 116 bahwa dalam
mewujudkan benda seninya, seorang seniman memang akan menampakkan ciri- ciri kepribadiannya yang mandiri dan khas. Bagaimana cara dia memandang objek
seninya, memperlakukan objek seninya dengan cara yang unik dan asli. Berangkat dari kesadaran pemikiran seperti itulah terkadang seorang seniman melakukan
pengubahan-pengubahan bentuk objeknya, inilah gaya kesenimannya dalam hal bentuk. Bentuk seni adalah juga isi seni itu sendiri. Bagaimana bentuknya itulah
isinya. Tidak ada seniman yang menciptakan sebuah karya seni tanpa kesadaran. Ia menciptakan karena ada sesuatu yang ingin disampaikannya kepada orang lain
entah perasaannya, suasana hatinya, pemikirannya atau sebuah pesan. Perubahan bentuk yang dilakukan seniman tersebut terhadap karya seninya merupakan
bentuk deformasi. Selanjutnya Susanto dalam bukunya Diksi Rupa 2011: 98 menyatakan
bahwa deformasi merupakan perubahan susunan bentuk yang dilakukan dengan
11 sengaja untuk kepentingan seni, yang sering terkesan sangat kuatbesar sehingga
kadang-kadang tidak lagi berwujud figur semula atau sebenarnya. Sehingga hal ini dapat memunculkan figurkarakter baru yang lain dari sebelumnya.
Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa deformasi adalah pengubahan bentuk objek baik secara
keseluruhan, maupun hanya menggambarkan sebagian yang dianggap mewakili karakter objek yang dilakukan secara sadar, bertujuan untuk memunculkan
karakter baru sehingga dapat menjadi sebuah ciri khas seorang seniman.
E. Distorsi
Distorsi menurut Susanto 2002: 33 merupakan perubahan bentuk, penyimpangan atau keadaan yang dibengkokan, pada keadaan tertentu dalam
berkarya seni distorsi dibutuhkan karena merupakan cara untuk mengeksplorasi kemungkinan suatu bentuk. Sedangkan menurut Dharsono 2004: 42 distorsi
merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pencapaian karakter dengan menyangatkan wujud-wujud tertentu pada benda atau objek yang digambar.
Jadi menurut kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa distorsi merupakan perubahan bentuk untuk mencari bentuk baru dengan membengkokan
dan menyangatkan wujud-wujud tertentu pada benda atau objek yang digambar.
F. Repetisi
Menurut Dharsono 2004: 57 menerangkan bahwa repetisi adalah pengulangan unsur-unsur pendukung karya seni, repetisi atau ulang merupakan
selisih antara dua wujud yang terletak pada ruang dan waktu yang sama, maka