AKTIVITAS ANAK-ANAK SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS DENGAN CETAK TINGGI.

(1)

i

KARYA SENI GRAFIS DENGAN CETAK TINGGI

TUGAS AKHIR KARYA SENI (TAKS)

Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

DIDIK SUHENDRI NIM : 08206244035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MEI 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

v

“mendengarkan nasehat-nasehat terbaik untuk menggapai impian”

(Penulis)

“kreatifitas itu tidak ada batasnya meskipun kita dalam batasan”


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir Karya Seni ini penulis persembahkan secara khusus kepada :

Kedua orang tua tercinta, Sunarna dan Ari Suparningsih yang telah memberikan segalanya serta istri penulis tercinta, Tri Pratiwi Septianingtiyas dan teman-teman


(7)

vii

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Karya Seni untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana.

Penulisan TAKS (Tugas Akhir Karya Seni) ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih secara tulus kepada Rektor UNY, Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd.M.A, Dekan FBS UNY, Prof. Dr. Zamzani, M.Pd dan Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Drs. Mardiyatmo, M.Pd, serta kepada pembimbing TAKS penulis, Drs. I Wayan Suardana, M.Sn, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan yang tiada henti-hentinya dengan penuh kesabaran, dan kebijaksanaan disela-sela kesibukan beliau-beliau kepada penulis.

Terimakasih juga penulis ucapkan kepada kedua orang tua, istri serta teman terdekat yang telah memberikan dukungan, baik secara spiritual, moral maupun materi, hingga penulis dapat menyelesaikan studi dan TAKS ini dengan baik. Tidak lupa ucapan terimakasih penulis juga ucapkan kepada semua teman-teman pendidikan seni rupa dan seni kerajinan Universitas Negeri Yogyakarta yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.

Semoga segala bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang berlipat-lipat dari Allah SWT. Penulis juga berharap dengan sepenuh hati, semoga tulisan yang jauh dari kata sempurna ini serta karya yang telah dibuat bermanfaat bagi penulis pribadi khususnya dan teman-teman mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta pada umumnya.

Yogyakarta, 24 Maret 2015 Penulis,


(8)

viii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan ... 5

F. Manfaat ... 5

BAB II KAJIAN SUMBER DAN METODE PENCIPTAAN ... 6

A.Tinjauan tentang Aktivitas dan Anak-anak ... 6

B. Tinjauan tentang Seni Grafis ... 6

C. Tinjauan tentang Cetak Tinggi ... 8

D. Deformasi ... 10

E. Distorsi ... 11

F. Repetisi ... 11

G. Stilasi ... 12

H. Pengertian Ilustrasi ... 12

I. Pengertian Dekoratif ... 13


(9)

ix

1. Garis ... 15

2. Bidang ... 16

3. Warna ... 17

4. Ruang ... 18

5. Tekstur ... 19

L. Dasar-dasar Penyusunan (Prinsip-prinsip Desain) ... 19

1. Proporsi ... 19

2. Irama ... 20

3. Keseimbangan ... 21

4. Kesatuan ... 21

5. Harmoni ... 22

6. Kontras ... 23

M. Konsep, Tema, Bentuk, Alat, Bahan dan Teknik ... 23

1. Konsep ... 23

2. Tema ... 25

3. Bentuk ... 25

4. Alat dan Bahan ... 26

5. Teknik ... 26

N. Metode Penciptaan ... 27

1. Eksplorasi Bentuk dan Tema ... 27

2. Eksperimen ... 28

3. Visualisasi ... 29

BAB III PEMBAHASAN ... 31

A.Konsep Penciptaan ... 31

B. Tema ... 32

C. Proses Visualisasi ... 32

1. Alat ... 33

2. Bahan ... 37


(10)

x

1. Sketsa ... 40

2. Pemindahan Sketsa ... 40

3. Pembuatan Klise ... 40

4. Proses Cetak ... 41

5. Finishing ... 41

E. Bentuk Karya ... 43

1. Mari Tetap Bermain ... 43

2. Mari Bermain!!! ... 48

3. Guru Akan Datang? ... 51

4. Wujudkan Mimpimu!!! ... 54

5. Sedikit lagi ... 57

6. Apa Kata Mereka? ... 60

7. Ingin Seperti Ayah ... 64

8. Mencari Jalan di Langit ... 67

9. Musuhpun Memiliki Musuh ... 71

10. Mama Tolong!!! ... 75

BAB IV PENUTUP ... 79

Kesimpulan ... 79


(11)

xi

Halaman Gambar I : Contoh karya grafis karya Andre Tanama yang

memberikan inspirasi kepada penulis……….. 15

Gambar II : Pensil 2B, pensil warna dan spidol………... 33

Gambar III : Pisau cukil……… 34

Gambar IV : Roller………... 34

Gambar V : Palet………. 35

Gambar VI : Pisau palet……… 35

Gambar VII : Sendok, botol dan alat gosok buatan berbahan kayu………... 36

Gambar VIII : Kertas koran dan kain lap……… 36

Gambar IX : Karya Didik Mari Tetap Bermain………..43

Gambar X : Karya Didik Mari Bermain!!!... 48

Gambar XI : Karya Didik Guru Akan Datang………51

Gambar XII : Karya Didik Wujudkan Mimpimu………..54

Gambar XIII : Karya Didik Sedikit Lagi……….57

Gambar XIV : Karya Didik Apa Kata Mereka?... 60

Gambar XV : Karya Didik Ingin Seperti Ayah……….64

Gambar XVI : Karya Didik Mencari Jalan di Langit………...67

Gambar XVII : Karya Didik Musuhpun Memiliki Musuh……….71


(12)

xii

SENI GRAFIS DENGAN CETAK TINGGI Oleh :

Didik Suhendri 08206244035

ABSTRAK

Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan konsep, tema, bentuk, dan teknik penciptaan karya seni grafis dengan judul Aktivitas Anak-anak Sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Seni Grafis dengan Cetak Tinggi.

Metode yang digunakan adalah eksplorasi untuk menemukan ide-ide serta gagasan mengenai bentuk dan tema dengan melakukan observasi secara langsung terhadap aktivitas anak-anak maupun tidak langsung dengan melihat katalog, komik, film animasi serta dengan internet, kemudian dilanjutkan dengan eksperimen dengan membuat sketsa-sketsa, sketsa selain digunakan untuk menemukan bentuk-bentuk juga sebagai panduan dalam perencanaan cetak rusak, eksperimen juga dilakukan dengan mencoba mencetak karya seni grafis. Selanjutnya divisualisasikan pada karya seni grafis dengan teknik hardboard cut dan cetak rusak, kedua teknik tersebut merupakan bagian dari cetak tinggi.

Hasil dari pembahasannya adalah sebagai berikut : 1. Konsep karya seni grafis ini adalah melakukan perubahan bentuk anak-anak dan objek pendukung lainnya secara deformasi, distorsi, stilasi dan repetisi untuk ditampilkan dalam karya seni grafis dengan corak atau gaya ilustrasi dekoratif. 2. Tema yang diangkat dari karya seni grafis ini adalah tentang aktivitas dan perilaku anak-anak dalam interaksinya terhadap lingkungan. 3. Visualisai karya seni grafis ini menggunakan prinsip cetak tinggi diantaranya : hardboard cut dan cetak rusak. 4. Bentuk karya grafis digambarkan secara ilustrasi dekoratif dengan melalui proses deformasi, stilasi, dan repetisi. Warna-warna yang ada dalam sebagian karya grafis menggunakan warna-warna cerah untuk memberikan kesan ceria sesuai dengan karakteristik anak-anak, sebagian karya lainnya menggunakan warna monokrom untuk menciptakan kesan lugas dan tegas. Karya yang dihasilkan sebanyak sepuluh karya dengan berbagai ukuran antara lain : 1) Mari Tetap Bermain (70,5 x 96), 2) Mari Bermain!!! (80 x 110), 3) Guru Akan Datang? (70,5 x 96), 4) Wujudkan Mimpimu!!! (73 x 98), 5) Sedikit Lagi (84 x 113), 6) Apa Kata Mereka? (72 x 90), 7) Ingin Seperti Ayah (72 x 90), 8) Mencari Jalan di Langit (70 x 95), 9) Musuhpun Memiliki Musuh (73 x 90), 10) Mama Tolong!!! (70 x 86).


(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam kehidupannya manusia selalu melakukan aktivitas, aktivitas yang dilakukan tentu berbeda-beda tergantung pada tahapan usianya. Manusia dewasa memiliki aktivitas yang lebih banyak daripada anak-anak, karena manusia dewasa memiliki tuntutan yang lebih banyak seperti : membiayai hidup, memenuhi kebutuhan serta menafkahi keluarga. Sedangkan anak-anak belum memiliki banyak tuntutan sehingga aktivitas yang dilakukan belum seberat manusia dewasa.

Meski belum seberat aktivitas manusia dewasa anak-anak dalam kehidupannya memiliki aktivitas yang beraneka ragam, ada banyak hal yang mempengaruhi aktivitas anak-anak. Salah satunya adalah lingkungan, karena pada dasarnya anak-anak tumbuh dengan merespon dan berinteraksi terhadap apa yang ada pada lingkungannya, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulannya. didalam berinteraksi terhadap lingkungannya anak-anak melakukan beberapa aktivitas diantaranya : bermain, menjelajah, memanjat pohon, berkhayal, bertingkah lucu, terkadang berbuat hal yang tidak masuk akal. anak-anak juga senang membayangkan dirinya menjadi sesuatu yang di idolai. aktivitas anak-anak tersebut menarik ketika dieksplorasi kemudian ditampilkan dalam karya seni dua dimensi. Oleh karena itu penulis bermaksud menggunakan aktivitas anak-anak sebagai inspirasi penciptaan karya seni grafis dengan


(14)

menggunakan prinsip dasar cetak tinggi. Dalam berkarya seni seorang seniman memiliki berbagai cara untuk melakukan studi dan mengembangkan karyanya, salah satunya dengan melihat karya seniman lainnya. A.C Andre Tanama merupakan salah satu seniman yang menggunakan anak-anak sebagai objek karya seni grafisnya. Oleh karena itu penulis menjadikannya salah satu seniman yang menjadi inspirasi dalam berkarya seni grafis.

Ketertarikan penulis terhadap aktivitas anak-anak, menghasilkan rasa ingin tahu bagaimana aktivitas anak-anak dalam interaksinya terhadap lingkungan. Anak-anak melakukan interaksi terhadap lingkungannya dengan melakukan aktivitas daintaranya : bermain bersama teman, berkhayal menjadi sesuatu yang di idolai, saling membantu sesama teman, juga membentuk kelompok. Hal tersebut kemudian penulis wujudkan kedalam karya seni grafis, melalui proses deformasi, distorsi, stilasi, dan repetisi dengan menggunakan cetak tinggi kemudian di wujudkan dengan ilustrasi dekoratif.

Dalam berkarya seni rupa, bentuk merupakan hal yang utama. Karena dengan bentuk, ide, inspirasi serta gagasan dapat disampaikan. Penyampaian tersebut bisa menggunakan berbagai cara, salah satunya dengan perubahan bentuk atau biasa disebut deformasi. Dengan pertimbangan estetis penulis merubah bentuk dengan menyederhanakan objek anak-anak dan objek pendukung lainnya, kemudian di tampilkan secara ilustrasi dekoratif. Bentuk dekoratif memiliki ciri khas sebagai berikut : memiliki sifat menghias untuk menghasilkan keindahan dan tidak memiliki dimensi ruang, sedangkan ilustrasi memiliki fungsi untuk mengutarakan maksud penulis dalam penggunaan anak-anak sebagai objek utama.


(15)

Penciptaan suatu karya grafis tidak bisa lepas dari teknik yang digunakan karena teknik menentukan karakteristik hasil dari sebuah karya grafis. Teknik yang digunakan dalam visualisai karya grafis adalah teknik cetak dengan prinsip cetak tinggi diantaranya adalah teknik hardboard cut dan cetak reduksi atau sama dengan cetak rusak. Penggunaan teknik hardboard cut dan cetak rusak karena bahan yang digunakan mudah untuk didapatkan. Selain itu kedua teknik tersebut mudah diaplikasikan karena tidak menggunakan mesin press untuk mencetaknya. Teknik cetak hardboard cut dan cetak rusak menggunakan bahan hardboard sebagai klise cetaknya, untuk membentuknya dengan dicukil menggunakan pisau cukil sesuai dengan sketsa yang telah dibuat sebelumnya untuk kemudian dicetak pada kanvas atau vinyl. Untuk menciptakan karya dengan satu warna digunakan teknik hardboard cut sedangkan dalam pembuatan karya grafis untuk menghasilkan warna yang variatif dalam satu karya grafis menggunakan teknik cetak rusak.

B. Identifikasi masalah

Dari latar belakang tersebut di atas, dapat diambil beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai identifikasi masalah antara lain :

1. Bagaimanakah aktivitas yang dilakukan manusia.

2. Anak-anak belum memiliki aktivitas seberat manusia dewasa.

3. Bagaimanakah aktivitas yang dilakukan anak-anak dalam interaksinya dengan lingkungan.


(16)

5. Bagaimanakah tema dengan inspirasi aktivitas anak-anak dalam interaksinya dengan lingkungan.

6. Bagaimanakah proses deformasi, stilasi, dan distorsi dari anak-anak dan objek pendukung lainnya.

7. Bagaimanakah visualisasi bentuk ilustrasi dekoratif dalam kaitannya dengan aktivitas anak-anak.

8. Bagaimanakah teknik pembuatan karya dengan cetak tinggi berkaitan dengan aktivitas anak-anak sebagai inspirasi.

C. Pembatasan masalah

Berdasarkan uraian di atas masalah dibatasi untuk lebih memfokuskan masalah yang akan dikaji, maka penulis memberikan batasan permasalahan sebagai berikut : Konsep, tema, teknik, serta visualisasi penciptaan karya seni grafis menggunakan aktivitas anak-anak sebagai inspirasi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep penciptaan karya grafis dengan inspirasi aktivitas anak-anak?

2. Bagaimana tema penciptaan karya grafis dengan inspirasi aktivitas anak-anak? 3. Bagaimana teknik visualisasi karya grafis dengan inspirasi aktivitas anak-anak? 4. Bagaimana bentuk karya grafis dengan inspirasi aktivitas anak-anak?


(17)

E. Tujuan

Tujuan penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan konsep penciptaan karya grafis dengan aktivitas anak-anak sebagai inspirasi penciptaan karya seni grafis.

2. Mendeskripsikan mengenai tema, dengan aktivitas anak-anak sebagai inspirasi penciptaan karya seni grafis.

3. Mendeskripsikan teknik dengan penggunaan aktivitas anak-anak sebagai inspirasi penciptaan karya seni garfis.

4. Mendeskripsikan bentuk karya grafis dengan penggunaan aktivitas anak-anak sebagai inspirasi penciptaan karya seni grafis.

F. Manfaat

Manfaat dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis : Dapat menambah referensi baru yang berguna bagi mahasiswa maupun dosen jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Manfaat praktis : Memberikan sumbangan referensi penciptaan seni grafis dengan teknik cetak tinggi bagi yang akan menciptakan karya seni grafis dengan teknik cetak tinggi.


(18)

6 BAB II

KAJIAN SUMBER DAN METODE PENCIPTAAN

A. Tinjauan tentang Aktivitas dan Anak-anak

Aktivitas menurut kamus besar bahasa Indonesia (2008: 32) adalah kegiatan, kesibukan maupun keaktifan yang dilakukan. Sedangkan anak-anak dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008: 60) adalah manusia kecil atau belum dewasa. kemudian menurut Khairini (2013: 60) periode anak dimulai dari usia dua tahun sampai dua belas tahun. Aktivitas anak-anak tentunya berbeda dengan manusia dewasa dimana belum ada kegiatan berat seperti bekerja. Aktivitas anak-anak adalah berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksudkan disini adalah lingkungan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Menurut Kathryn dan david (2012: 99) dalam lingkungan keluarga perubahan perkembangan keluarga mempengaruhi pikiran, perilaku dan persepsi anak. sedangkan menurut Khairini (2013: 129) bahwa lingkungan sekitar akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi dan pribadi anak. Jadi menurut beberapa sumber diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas Anak-anak adalah kegiatan, kesibukan maupun keaktifan manusia yang belum dewasa dengan rentang usia dua sampai dua belas tahun dengan lingkungan menjadi hal yang mempengaruhinya.

B. Tinjauan tentang Seni Grafis

Grafis berasal dari bahasa Yunani graphein yang memiliki arti menulis atau menggambar. Sedangkan Seni grafis memiliki pengertian penggubahan gambar bebas menjadi cetakan, yang melalui proses manual dan menggunakan


(19)

material tertentu, dengan tujuan membuat duplikat karya dengan jumlah tertentu (Susanto, 2002: 47). Sedangkan menurut Dharsono (2004: 37-38) Seni grafis pada dasarnya menitikberatkan pada teknik cetak mencetak suatu gambar maupun tulisan untuk mendapatkan salinan dalam jumlah tertentu. Seni grafis murni sama dengan seni murni lainnya seperti seni lukis dan seni patung. Seni grafis merupakan suatu proses kreatif dalam mengungkapkan pengalaman artistiknya melalui media cetak mencetak untuk mencapai rasa keindahan.

Aktivitas cetak mencetak sendiri di asia telah ada sejak 1000 tahun yang lalu, terutama di china dan korea. Teks dan gambar ditorehkan dalam pelat logam atau tanah liat. Pelat tersebut digunakan sebagai klise yang dilumuri tinta dan tahap terakhir kertas ditempelkan pada klise yang telah dilumuri tinta kemudian ditekan sampai tinta yang ada pada klise berpindah pada kertas. Hal tersebut merupakan awal dari seni cetak yang berkembang sampai sekarang (Ensiklopedia indonesia, 2000: 293).

Dalam disiplin ilmu seni grafis, memiliki aturan penomoran seri karya yang disebut dengan edisi. edisi sendiri memiliki pengertian ukuran yang identik pada cetakan, terkadang menggunakan nomor atau tanda tangan. Ditulis berdasarkan ketentuan yang dibuat seniman. Dua nomor tertentu biasanya ditulis di bawah tepi hasil cetakan. Sebagai contoh 1/5, memiliki pangertian cetakan pertama dari lima edisi (Susanto, 2011: 114). Menurut pernyataan Mochtar Apin yang disampaikan oleh Hendro Wiyanto selaku kurator dalam katalog pameran seni grafis “Rimba Senjakala” bahwa masing-masing eksemplar karya seni grafis


(20)

bahkan dapat disebut sebagai karya seni rupa yang orisinil, sanggup berdiri sendiri, dibedakan dengan karya cetakan yang dibuat dengan reproduksi yang sempurna. Hal ini hampir sama dengan apa yang diutarakan Bahari (2008: 83) bahwa seni grafis termasuk bagian dari seni murni yang memiliki wujud dua dimensional dihasilkan dengan melalui proses cetak. Kelebihan dari seni grafis adalah karyanya dapat dilipatgandakan tanpa mengurangi nilai orisinalitasnya. Pendapat senada diungkapkan oleh Herry Wibowo dalam katalog pameran seni grafis 1992 bahwa karya grafis itu terbilang orisinal sebanyak karya yang dicetak. Jadi menurut beberapa sumber yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa Seni grafis pada intinya adalah suatu karya Seni dengan menekankan proses pembuatan karya menggunakan teknik cetak. Teknik yang digunakan beraneka ragam, akan tetapi konsep utamanya adalah mencetak dengan media. Dalam prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak. Meskipun dicetak dalam jumlah banyak, akan tetapi tidak mengurangi nilai orisinalitas dari setiap hasil cetakan. Setiap edisi cetakan merupakan karya orisinal yang berdiri sendiri. Teknik cetak seni grafis telah ada dari 1000 tahun lalu dan terus mengalami perkembangan sampai sekarang.

C. Tinjauan tentang Cetak Tinggi

Teknik cetak mengalami perkembangan seiring dengan waktu. Akan tetapi menurut Dharsono (2004: 38) pada intinya seni cetak grafis memiliki prinsip-prinsip dasar dalam proses cetak mencetak, antara lain : cetak tinggi, cetak dalam,


(21)

cetak saring, dan cetak datar. Dalam pengerjaan karya grafis ini penulis menggunakan cetak tinggi.

1. Cetak tinggi (relief print)

Merupakan salah satu teknik cetak yang menggunakan media acuan kayu atau lino. Media tersebut dicukil dengan pisau cukil sampai bagian yang tidak ingin tercetak habis tercukil, hingga tersisa relief tinggi pada media yang dicukil proses pencetakannya permukaan relief di beri tinta menggunakan rol yang kemudian dicetakkan pada kertas dengan tekanan langsung (Susanto, 2002: 97). Senada dengan apa yang disampaikan Dharsono (2005: 38) bahwa cetak tinggi adalah proses peneraan negative pada bidang datar, bidang yang dilumuri tinta adalah bidang yang tinggi sedangkan bidang yang rendah tidak terkena tinta.

Beberapa teknik yang menggunakan prinsip cetak tinggi antara lain : a. Cetak kayu (Wood cut / Hardboard cut)

Teknik seni cetak grafis dengan menggunakan bahan berbasis kayu antara lain : hardboard, softboard, triplek dan lain-lain. Teknik ini termasuk ke dalam golongan relief print atau cetak tinggi (Susanto 2002: 116).

b. Cetak reduksi/Cetak rusak (reduction print)

Cetak reduksi menurut Aminudin dalam katalog pemeran seni grafis “Natural Mystic” adalah teknik cetak dengan melakukan penyusutan permukaan plat cetak untuk menghasilkan cetakan-cetakan berwarna dengan hanya menggunakan satu plat cetak. Oleh karena itu cetakan yang


(22)

menggunakan metode reduksi ini tidak akan pernah bisa dicetak ulang. Hal ini merupakan kelebihan sekaligus kekurangan dari teknik reduksi.

D. Deformasi

Menurut Dharsono (2004: 103) deformasi merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pada interpretasi karakter, dengan cara mengubah bentuk objek dan menggambarkannya kembali hanya sebagian yang dianggap mewakili, atau pengambilan unsur tertentu yang mewakili karakter hasil interpretasi yang sifatnya sangat mutlak. Kemudian pendapat lain mengenai pengubahan bentuk dijelaskan oleh Sumardjo (2000: 116) bahwa dalam mewujudkan benda seninya, seorang seniman memang akan menampakkan ciri-ciri kepribadiannya yang mandiri dan khas. Bagaimana cara dia memandang objek seninya, memperlakukan objek seninya dengan cara yang unik dan asli. Berangkat dari kesadaran pemikiran seperti itulah terkadang seorang seniman melakukan pengubahan-pengubahan bentuk objeknya, inilah gaya kesenimannya dalam hal bentuk. Bentuk seni adalah juga isi seni itu sendiri. Bagaimana bentuknya itulah isinya. Tidak ada seniman yang menciptakan sebuah karya seni tanpa kesadaran. Ia menciptakan karena ada sesuatu yang ingin disampaikannya kepada orang lain entah perasaannya, suasana hatinya, pemikirannya atau sebuah pesan. Perubahan bentuk yang dilakukan seniman tersebut terhadap karya seninya merupakan bentuk deformasi.

Selanjutnya Susanto dalam bukunya Diksi Rupa (2011: 98) menyatakan bahwa deformasi merupakan perubahan susunan bentuk yang dilakukan dengan


(23)

sengaja untuk kepentingan seni, yang sering terkesan sangat kuat/besar sehingga kadang-kadang tidak lagi berwujud figur semula atau sebenarnya. Sehingga hal ini dapat memunculkan figur/karakter baru yang lain dari sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa deformasi adalah pengubahan bentuk objek baik secara keseluruhan, maupun hanya menggambarkan sebagian yang dianggap mewakili karakter objek yang dilakukan secara sadar, bertujuan untuk memunculkan karakter baru sehingga dapat menjadi sebuah ciri khas seorang seniman.

E. Distorsi

Distorsi menurut Susanto (2002: 33) merupakan perubahan bentuk, penyimpangan atau keadaan yang dibengkokan, pada keadaan tertentu dalam berkarya seni distorsi dibutuhkan karena merupakan cara untuk mengeksplorasi kemungkinan suatu bentuk. Sedangkan menurut Dharsono (2004: 42) distorsi merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pencapaian karakter dengan menyangatkan wujud-wujud tertentu pada benda atau objek yang digambar.

Jadi menurut kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa distorsi merupakan perubahan bentuk untuk mencari bentuk baru dengan membengkokan dan menyangatkan wujud-wujud tertentu pada benda atau objek yang digambar. F. Repetisi

Menurut Dharsono (2004: 57) menerangkan bahwa repetisi adalah pengulangan unsur-unsur pendukung karya seni, repetisi atau ulang merupakan selisih antara dua wujud yang terletak pada ruang dan waktu yang sama, maka


(24)

sifat paduannya bersifat satu matra yang dapat diukur dengan interval ruang. Hal yang sama disampaikan oleh Susanto (2011: 332) bahwa repetisi adalah pengulangan bentuk-bentuk, teknik ataupun objek dalam karya seni.

Jadi menurut kedua pendapat diatas repetisi merupakan pengulangan unsure-unsur, bentuk, teknik maupun objek dalam karya seni yang bersifat satu matra dan dapat diukur dengan interval ruang.

G. Stilasi

Stilasi merupakan pengubahan bentuk-bentuk di alam dalam seni untuk disesuaikan dengan suatu bentuk yang artistik atau gaya tertentu, merujuk pada gaya, biasanya stilasi disebut dengan penggayaan (Soedarso, 2006: 82). Kemudian pendapat yang sama disampaikan oleh Dharsono (2004: 42) bahwa stilasi merupakan suatu cara penggambaran untuk mencapai bentuk keindahan dengan cara menggayakan objek atau benda yang digambar.

Menurut kedua pendapat diatas stilasi adalah pengubahan bentuk di alam dengan penggayaan untuk mencapai bentuk keindahan.

H. Pengertian Ilustrasi

Menurut Susanto (2011: 190) Ilustrasi memiliki pengertian seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan suatu maksud atau tujuan secara visual. Ilustrasi mencakup gambar-gambar yang dibuat untuk mencerminkan narasi yang ada dalam teks itu sendiri. Ilustrasi dalam konteks ini dapat memberi arti dan simbol tertentu sampai hanya bertujuan artistik semata. Ilustrasi dalam perkembangannya tidak hanya digunakan sebagai sarana pendukung cerita, namun


(25)

dapat pula mengisi ruang kosong. Sebagai contoh dalam majalah, koran, tabloid dan lain-lain bentuknya beraneka ragam antara lain: karya seni sketsa, lukis, grafis, desain kartun dan lain sebagainya. Pendapat yang hampir sama disampaikan oleh Riyanto (2000: 24) bahwa ilustrasi dapat dikatakan sebagai aktivitas kreatif untuk menciptakan bentuk-bentuk atau gambaran visual yang memiliki sifat keindahan yang berfungsi menjelaskan atau menerangkan suatu maksud.

Jadi menurut kedua pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ilustrasi adalah seni gambar yang memiliki nilai keindahan serta memiliki fungsi untuk menjelaskan, menerangkan suatu maksud. Dan dalam karya grafis ini penulis bermaksud menjelaskan, menerangkan suatu peristiwa dengan anak-anak sebagai objek utama dalam aktivitas dengan lingkunganya.

I. Pengertian Dekoratif

Dekoratif merupakan salah satu gaya untuk menampilkan karya seni, secara fisik memiliki sifat menghias. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 335) bahwa dekoratif memiliki sifat menghias, kemudian menurut Susanto (2011: 100) dekoratif adalah karya seni yang memiliki unsur hias yang dominan serta tidak menampakkan adanya volume keruangan maupun perspektif, semua dibuat datar atau tidak menunjukkan sifat tiga dimensi. Hal yang sama diungkapkan oleh Soedarso (2006: 84) bahwa karya dekoratif tidak begitu menghiraukan dimensi ketiga.


(26)

Jadi dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dekoratif adalah karya seni yang memiliki unsur atau sifat menghias dengan mengesampingkan dimensi keruangan.

J. Karya Inspirasi

Di dalam berkarya seni seorang seniman memiliki berbagai cara untuk melakukan studi untuk mengembangkan karyanya, salah satunya dengan melakukan pengamatan terhadap karya-karya seniman lain. Pengamatan tidak berhenti pada bentuk visual dari karya, akan tetapi sampai pada penggalian ide serta gagasannya. Hal tersebut digunakan bukan semata-mata untuk meniru namun, berfungsi sebagai perbendaharaan wawasan di dalam proses berkarya seni. Seorang seniman akan terus mengembangkan ide, konsep serta gagasannya di dalam berkarya seni, oleh karena itu dibutuhkan wawasan yang luas terhadap proses berkarya seni. Tidak terkecuali penulis, penulis memiliki karya inspirasi dari salah satu seniman grafis yaitu:

1. A.C Andre Tanama

Andre tanama lahir di Yogyakarta, 1982 memiliki dua karakter ikonik yaitu wayang monyong yang terinspirasi dari pergaulannya dengan orang-orang yang hanya omong besar tentang konsep tetapi tidak mewujudkannya ke dalam karya. Yang kedua adalah Gwen Silent yaitu karakter yang terinspirasi dari anak perempuannya. (sumber: http//www.contemporaryartindonesia.com).

Karakter Gwen Silent yang ada pada karya berjudul “Ocean Cry” ini lah yang menginspirasi penulis dalam beberapa karya yang dibuat. Penulis


(27)

menggunakan pengolahan objek anak-anak seperti yang dilakukan Andre Tanama pada karya-karyanya. dan tidak membatasi dengan satu karakter anak-anak.

berikut merupakan salah satu karya grafis A.C Andre Tanama dengan menggunakan karakter yang terinspirasi dari anak perempuannya.

Gambar I : karya A.C. Andre Tanama berjudul “Ocean cry” Sumber :

http//www.contemporaryartindonesia.com/wp- content/uploads/A.C.-ANDRE-TANAMAOcean-Cry-2010-woodcut-print-charcoal+acrylic-0n-canvas-145-x-180-cm.jpg

K. Unsur-Unsur Rupa

Dalam sebuah karya seni terdapat unsur-unsur rupa yang membentuk karya seni, tak terkecuali di dalam karya seni grafis. Unsur-unsur ini meliputi : Garis, Bidang, Warna, Ruang, Tekstur.

Adapun pejelasan tentang pengertian dan penggunaan unsur-unsur rupa pada karya seni adalah sebagai berikut:

1. Garis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 417) garis memiliki pengertian coretan panjang berbentuk lurus, bengkok atau lengkung. Pendapat lain


(28)

dari Susanto (2002: 45) Garis merupakan hal yang dominan di dalam karya seni. Garis adalah perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar, memiliki dimensi memanjang serta mempunyai arah, bisa pendek, panjang, halus, tebal, berombak, melengkung, lurus dan lain-lain. Dengan penggunaan garis secara matang dan benar dapat pula membentuk kesan tekstur, nada dan nuansa ruang serta volume. Garis memiliki peranan untuk menggambarkan sesuatu secara representatif, seperti yang terdapat pada gambar ilustrasi dimana garis merupakan medium untuk menerangkan kepada orang lain. Garis bisa digunakan sebagai simbol ekspresi dari ungkapan seniman (Dharsono, 2004: 40-41)

Jadi menurut beberapa pendapat diatas garis merupakan coretan maupun perpaduan sejumlah titik-titik yang memiliki dimensi panjang dan memiliki arah, bentuknya bervariasi bisa pendek, panjang, halus, tebal, berombak lurus dan lain-lain. Garis juga dapat digunakan sebagai ungkapan simbol ekspresi seniman. Dalam penerapannya pada karya seni, garis dapat digunakan untuk membentuk objek, membuat arsiran, dan lain sebagainya.

2. Bidang

Bidang merupakan suatu bentuk yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur. di dalam karya seni bidang digunakan sebaga simbol perasaan seniman di dalam menggambarkan objek. Oleh jarena itu bidang dapat mengalami perubahan di dalam penampilannya yang sesuai dengan gaya dan cara mengungkapkan secara pribadi seniman (Dharsono, 2004: 41).


(29)

Pendapat yang sama disampaikan oleh Susanto (2011: 55) bidang adalah area yang terbentuk karena ada dua atau lebih garis yang bertemu. Dengan kata lain bidang merupakan sebuah area yang dibatasi oleh garis, baik oleh garis formal maupun garis yang sifatnya ilusif, ekspresif atau sugestif.

Dari dua pendapat yang telah diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bidang merupakan suatu area yang terbentuk karena dibatasi oleh garis atau warna yang berbeda. Dalam karya seni, bidang dapat terbentuk dengan garis maupun warna yang berbeda. Berikut contoh bidang dalam sebuah karya seni. 3. Warna

Menurut Susanto (2002: 113) warna memiliki pengertian kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan benda-benda yang dikenainya. Peranan warna sangat dominan terhadap karya seni rupa, hal ini dapat dikaitkan dengan upaya menyatakan gerak, jarak, tegangan (tension), deskripsi alam(naturalisme), ruang, bentuk, ekspresi atau makna simbolik dan justru dalam kaitan yang beraneka ragam ini akan terlihat kedudukan warna di dalam seni rupa Hal tersebut senada dengan yang disampaikan Soegeng dalam Dharsono (2004: 48)

Mengapa suatu benda dapat dikenali dengan berbagai warna seperti merah, hijau, kuning, dan sebagainya, karena secara alami mata kita dapat menangkap cahaya yang dipantulkan dari permukaan benda tersebut. Benda yang berwarna merah, sebenarnya karena ia memantulkan warna merah yang ditangkap oleh mata melalui retina menembus kesadaran kita, untuk selanjutnya benda yang tampak tersebut sebagai benda yang berwarna merah. Demikian pula terhadap benda yang berwarna kuning, hijau , biru dan sebagainya. Namun apabila kita amati secara teliti, warna pada benda-benda tersebut tidak mutlak, melainkan setiap warna akan dipengaruhi oleh lingkungannya. Misalnya warna “merah” akan


(30)

mempunyai intensitas berbeda apabila dikelilingi warna kuning dan akan berbeda apabila dikelilingi warna hijau dan sebaliknya. Warna putih akan semakin putih apabila didekatnya ada warna gelap. Sehingga dapat kita mengerti bahwa warna merupakan kesan yang ditimbulkan cahaya pada mata.

Menurut kedua pendapat diatas jelas bahwa warna merupakan kesan yang ditangkap oleh mata pada permukaan yang memantulkan cahaya.

4. Ruang

Menurut Susanto (2011: 338) Ruang merupakan istilah yang dikaitkan dengan bidang dan keluasan yang memiliki batas atau limit, akan tetapi terkadang ruang bersifat tidak terbatas dan tidak terjamah. Sedangkan menurut Dharsono (2007: 53) ruang diartikan sebagai wujud tiga matra yang memiliki panjang, lebar, tinggi atau dengan kata lain memiliki volume. Ruang di dalam seni rupa dibagi menjadi dua macam yaitu : ruang nyata dan ruang semu. Ruang nyata adalah bentuk dan ruang yang benar-benar dapat dibuktikan dengan indera peraba. Sedangkan ruang semu adalah kesan yang ditangkap indera penglihatan menangkap bentuk dan ruang sebagai gambaran sesungguhnya yang tampak dalam bidang dua dimensi.

Menurut kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang memunculkan dimensi keluasan, kedalaman secara tidak terbatas dan tidak terjamah nyata maupun semu.

5. Tekstur

Tekstur atau barik adalah nilai raba atau kualitas permukaan yang dapat dimunculkan dengan memanfaatkan kanvas, cat atau bahan-bahan lain seperti


(31)

pasir, semen, kerikil, zinc white, dan lain-lain (Susanto, 2002: 20). Ada tiga jenis tekstur. 1. Tekstur semu yaitu tekstur yang dibuat pada media terlihat bertekstur namun jika dirasakan dengan indera peraba secara fisik tidak ada kesan kasar. 2. Tekstur nyata yaitu tekstur yang secara fisik terasa seperti kesan yang ditimbulkan. 3. Tekstur palsu yaitu pengembangan dari tekstur semu yakni lukisan yang meniru gaya lukisan perupa tertentu namun dilukiskan secara realistik. Susanto (2011: 49).

Jadi menurut penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tekstur merupakan unsur seni rupa yang memunculkan karakter pada permukaan secara visual maupun dalam nilai raba.

L. Dasar-Dasar Penyusunan (Prinsip-prinsip Desain)

Pada dasarnya penciptaan karya seni tak terkecuali karya seni grafis menggunakan prinsip-prinsip penyusunan untuk menyusun unsur seni dalam sebuah komposisi. Prinsip penyusunan yang digunakan antara lain :

1. Proporsi

Proporsi dan skala mengacu kepada hubungan antara bagian dari suatu desain dan hubungan antara bagian dengan keseluruhan. Warna, tekstur, dan garis memiliki peranan penting dalam menentukan proporsi. (Dharsono 2004: 64-65). Senada dengan yang diutarakan Susanto (2011: 320) bahwa proporsi merupakan hubungan ukuran antar bagian dan bagian dan kesatuan keseluruhannya. Proporsi memiliki kaitan erat dengan balance (keseimbangan), rhytim (irama, harmoni) dan


(32)

unity. Proporsi dipakai juga untuk mengukur dan menilai keindahan suatu karya seni.

Menurut kedua pendapat diatas proporsi merupakan hubungan antara objek di dalam karya seni, satu bagian dengan bagian lain serta dengan kesatuan keseluruhannya. Selain warna, garis dan tekstur proporsi memiliki kaitan erat dengan keseimbangan, irama, harmoni dan unity.

2. Irama

Menurut Dharsono (2004: 57) irama atau repetisi merupakan pengulangan unsur-unsur pendukung dalam karya seni. Repetisi atu pengulangan adalah selisih antara dua wujud yang terletak pada ruang dan waktu sehingga paduannya bersifat satu matra dan dapat diukur dengan interval ruang. Sedangkan menurut Susanto (2011: 334) menyebut irama sama dengan rhythm, dalam seni rupa menyangkut persoalan warna, komposisi, garis, maupun lainnya dan menurut E.B. Feldman dalam Susanto menyatakan bahwa rhythm atau irama adalah urutan atau perulangan yang teratur dari sebuah elemen atau atau unsur-unsur dalam karya lainnya. Rhythm terdiri dari bermacam-macam jenis, seperti repetitif, alternatif, progresif, dan flowing (ritme yang memperlihatkan gerak berkelanjutan.

Menurut pendapat yang diuraikan diatas, meski terdapat perbedaan penyebutan, namun pada intinya irama memiliki pengertian pengulangan unsur-unsur dalam karya seni yang disusun secara teratur.


(33)

3. Keseimbangan

Keseimbangan dalam penyusunan adalah keadaan atau kesamaan kekuatan antara kekuatan yang salin berhadapan dan menimbulkan adanya kesan seimbang secara visual maupun secara intensitas karya. Bobot visual ditentukan oleh ukuran, wujud, warna, tekstur, dan kehadiran semua unsur dipertimbangkan serta memperhatikan keseimbangan. Ada dua macam keseimbangan yang diperhatikan dalam penyusunan, yaitu : 1. Formal balance (keseimbangan formal), 2. Informal balance (keseimbangan informal) (Dharsono 2004: 60-61). Pendapat lainnya disampaikan oleh Susanto (2011: 20) bahwa kesimbangan atau balance merupakan persesuaian materi-materi dari ukuran berat dan memberikan tekanan pada stabilitas pada suatu komposisi dalam karya seni. Balance dikelompokkan menjadi hidden balance (keseimbangan tertutup), symmetrical balance (keseimbangan simetris), asymmetrical balance (keseimbangan asimetris), balance by contrast (perbedaan atau adanya oposisi).

Jadi menurut kedua pendapat di atas keseimbangan merupakan keadaan dimana materi-materi dalam suatu karya memiliki kesamaan kekuatan dan mengalami persesuaian serta memberikan tekanan pada komposisi karya seni. 4. Kesatuan

Menurut Susanto (2002: 110) kesatuan diciptakan melalui sub azaz dominasi dan subordinasi (yang utama dan kurang utama). Dan koheren dalam komposisi suatu karya seni. Kesatuan adalah kohesi, konsistensi, ketunggalan atau keutuhan, yang merupakan isi pokok dari komposisi. Kesatuan merupakan efek


(34)

yang dicapai dalam suatu susunan atau komposisi di antara hubungan unsur pendukung karya, sehingga secara keseluruhan menampilkan kesan tanggapan yang utuh (Dharsono 2004: 59). Kesatuan adalah penyusunan atau pengirganisasian dai elemen-elemen seni sedemikiain rupa sehingga menjadi kesatuan, organik, ada harmoni antara bagian-bagian dengan keseluruhannya (Sidik dan Prayitno, 1981: 47).

Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa kesatuan merupakan keutuhan suatu komposisi di dalam karya seni yang diciptakan dari hubungan antara pendukung karya yang utama maupun yang kurang utama serta memiliki harmoni antara bagian-bagian dengan keseluruhannya.

5. Harmoni

Harmoni merupakan paduan unsur yang berbeda dekat. Jika unsur-unsur estetika dipadu secara berdampingan maka akan timbul kombinasi tertentu dan timbul keserasian. Namun harmonis bukan berarti merupakan syarat komposisi yang baik (Dharsono 2004: 54). Sedangkan menurut Susanto (2011: 175) harmoni memiliki pengertian tatanan atau proporsi yang dianggap seimbang dan memiliki keserasian.

Menurut dua pendapat diatas harmoni adalah tatanan atau paduan unsur-unsur secara berdampingan serta menimbulkan keserasian.


(35)

6. Kontras

Kontras merupakan perbedaan yang mencolok dan tegas antara elemen-elemen dalam sebuah tanda yang ada pada sebuah komposisi. Kontras dapat dimunculkan dengan menggunakan warna, bentuk, tekstur, ukuran dan ketajaman. Kontras digunakan untuk memberi ketegasan dan mengandung oposisi-oposisi seperti gelap-terang, halus-kasar, cerah-buram, besar-kecil dan lain-lain. Kontras dapat pula memberi peluang munculnya tanda-tanda yang dipakai sebagai tampilan utama maupun pendukung dalam sebuah karya (Susanto 2011: 227-228). Hal yang sama disampaikan oleh Dharsono (2004: 55) bahwa kontras merupakan paduan unsur-unsur yang berbeda tajam. Kontras merangsang minat dan menghidupkan desain, kontras digunakan sebagai bumbu pada komposisi dalam pencapaian bentuk.

Sesuai dengan kedua pendapat yang telah dijelaskan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kontras merupakan perbedaan yang mencolok antara unsur-unsur di dalam komposisi karya. Kontras dapat merangsang minat dan menghidupkan sebuah komposisi dalam pencapaian bentuk karya.

M. Konsep, Tema, Bentuk, Alat, Bahan dan Teknik 1. Konsep

Setiap seniman tentu memiliki suatu konsep dalam penciptaan karya seni, Menurut Susanto (2012: 227) konsep adalah pokok pertama atau utama yang mendasari keseluruhan pemikiran. Konsep biasanya hanya ada dalam pikiran atau terkadang ditulis secara singkat. Pembentukan konsep merupakan konkretisasi


(36)

indera, suatu proses pelik yang mencakuo metode, pengenalan sepeeti perbandingan, analisis, abstraksi, idealisasi dan bentuk-bentuk deduksi yang pelik. Konsep sangat berarti dalam karya seni. Konsep dapat lahir sebelum, bersamaan, atau bahkan setelah pengerjaankarya seni selesai. Konsep berfungsi sebagai pembatas berpikir kreator maupun penikmat dalam melihat dan mengapresiasi suatu karya seni. Sehingga kreator dan penikmat memiliki persepsi dan kerangka berpikir yang sejajar.

Konsep merupakan konkretisasi dari indera dimana peran panca indera berhubungan tentang rasa nikmat atau indah yang terjadi pada manusia. Rasa tersebut timbul karena peran panca indera yang memiliki kemampuan untuk menangkap rangsangan dari luar dan meneruskannya kedalam. Rangsangan tersebut diolah menjadi kesan yang kemudian dilanjutkan pada perasaan sehingga menusia dapat menikmatinya, dalam hal ini panca indera yang dimaksud adalah kesan visual yang pada akhirnya konkretisasi indera diperoleh dari perwujudan suatu pemikiran untuk divisualisasaikan ke dalam suatu karya (A. A. M. Djelantik, 2004: 2).

Jadi menurut kedua pendapat diatas konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan pemikiran yang diperoleh dari konkretisasi indera, melalui pemikiran kemudian divisualisasikan ke dalam sebuah karya. Serta dapat pula dijadikan batasan pemikiran bagi pencipta karya seni maupun penikmatnya.


(37)

2. Tema

Tema dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1482) memiliki pengertian pokok pikiran atau dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak, dsb.). Sedangkan pendapat yang lain disampaikan oleh Susanto (2003: 22) bahwa tema atau pokok isi adalah hal-hal yang perlu dan akan diketengahkan dalam karya seni, tema dapat berasal dari berbagai masalah, mulai dari kehidupan perasaan atau emosi, kisah atau cerita, kehidupan keagamaan, sejarah, pengalaman intelektual, perlambangan-perlambangan, atau peristiwa metafisik lainnya.

Jadi dalam penerapannya pada karya seni tema adalah pokok pikiran yang menjadi acuan untuk membuat karya seni, yang dapat berasal dari berbagai masalah.

3. Bentuk

Soedarso Sp (2006: 129) menyebutkan bahwa seni memang selalu memiliki bentuk. Bentuk adalah yang memiliki sifat inderawi yang dapat terlihat oleh mata. Pendapat lain menyatakan, bentuk pada dasarnya adalah totalitas dari pada karya seni. Bentuk merupakan organisasi atau satu kesatuan atau komposisi dari unsur-unsur pendukung karya. Ada dua macam bentuk : pertama visual form, yaitu bentuk fisik dari sebuah karya seni. Kedua special form, yaitu bentuk yang tercipta karena adanya hubungan timbal balik antara nilai-nilai yang dipancarkan fenomena bentuk fisiknya terhadap tanggapan kesadaran emosionalnya (Dharsono, 2004: 30).


(38)

Dari kedua pendapat yang telah diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk merupakan satu kesatuan dari unsur-unsur pendukung karya yang dapat dilihat oleh mata. Oleh karena itu bentuk adalah hal pertama yang diperhatikan dalam suatu karya seni.

4. Alat dan Bahan

Setiap pengerjaan sebuah karya seni membutuhkan alat untuk proses pengerjaannya. Alat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 37) merupakan barang yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu dan untuk mencapai maksud tertentu.

Alat yang digunakan seniman untuk mengerjakan karya seni tidak bisa lepas dari bahan yang digunakan. alat yang digunakan disesuaikan dengan bahan yang akan dipergunakan. Bahan sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 118) merupakan barang yang dipergunakan untuk membuat bahan lain. Pemilihan bahan yang digunakan dipengaruhi oleh kemampuan dan penguasaan seniman.

5. Teknik

Teknik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1473) merupakan cara atau kepandaian yang dipergunakan seniman untuk membuat atau melakukan sesuatu kaitannya dengan karya seni.

Mengenal seluk-beluk teknik dan menguasai teknik penting dalam penciptaan karya seni hal tersebut mendukung kemungkinan seorang seniman menuangkan gagasan seninya secara tepat seperti yang dirasakan. Semakin


(39)

mengenal dan menguasai teknik seni, makin bebas pula seorang seniman menuangkan segala aspek gagasan seninya. Akan tetapi harus diingat bahwa teknik memiliki keterbatasan dalam kaitannya dengan material seninya. Oleh karena itu penguasaan teknik seni yang membaku hanya dapat merampungkan isi gagasan seni yang dibatasi oleh tekniknya (Sumardjo, 2000: 96-98).

Dari uraian yang telah dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik merupakan hal yang penting dalam penciptaan karya seni. Penguasaan teknik dalam hubungannya dengan penciptaan karya seni adalah semakin menguasai teknik semakin bebas seorang seniman untuk menuangkan segala aspek gagasannya. Teknik disesuaikan dengan material yang akan dipergunakan untuk menciptakan karya seni. Di dalam seni grafis sendiri terdapat banyak teknik yang bisa dipergunakan sesuai dengan material yang akan dipakai.

N. Metode penciptaan

Dalam proses penciptaan karya seni grafis metode yang digunakan meliputi eksplorasi bentuk dan tema, eksperimen, dan visualisai (eksekusi).

1. Eksplorasi bentuk dan tema

Eksplorasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 379) memiliki pengertian penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak. Penerapannya dalam berkarya seni adalah dengan mencari berbagai kemungkinan bentuk dan, sehingga ditemukan bentuk yang artistik dan sesuai dengan keinginan penulis.


(40)

a. Eksplorasi bentuk : dalam pencarian bentuk penulis melakukan observasi secara langsung dengan mengamati perilaku anak-anak, hal ini bertujuan untuk mendapatkan ide, bayangan serta pengalaman estetis mengenai bentuk Aktivitas anak-anak yang akan ditampilkan dalam karya seni, maupun secara tidak langsung melalui majalah, komik, film Animasi, katalog dan internet hal ini dilakukan berkaitan dengan bentuk-bentuk tubuh anak-anak serta objek lain yang akan dipergunakan sebagai objek dalam proses berkarya seni.

b. Eksplorasi tema : sedangkan dalam eksplorasi tema penulis mengamati apa saja yang dilakukan anak-anak kemudian menjadikannya tema dalam penciptaan karya seni.

2. Eksperimen

Eksperimen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 379) memiliki pengertian percobaan yang sistematis dan berencana. Dalam penerapannya pada proses berkarya seni grafis, eksperiman digunakan untuk menemukan sesuatu yang baru misalkan karakter, komposisi, maupun warna yang digunakan. eksperiman ini melalui sketsa yang dilakukan dengan mengolah bentuk dengan karakter serta komposisi yang sesuai keinginan. Dalam penciptaan karya seni grafis eksperimen tidak berhenti pada sketsa saja. namun, eksperimen dapat dilakukan dengan mencoba mencetak plat yang sudah dicukil, plat yang telah dicukil dicetak beberapa kali untuk mencari bentuk yang sempurna, atau pun


(41)

kalau dalam cetak rusak hal ini dilakukan untuk mencari warna yang sesuai dengan keinginan.

3. Visualisasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Idonesia (2008: 1609) visualisasi merupakan pemberian maupun penjelasan gambaran tentang sesuatu menggunakan alat peraga sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa visualisasi adalah pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan bentuk gambar, tulisan (kata dan angka), petagrafik, dan lain sebagainya. Atau proses penggubahan konsep menjadi gambar untuk disajikan melalui karya seni (Susanto, 2002: 112).

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa visualisasi merupakan pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan alat peraga bisa berbentuk gambar, tulisan (kata dan angka), petagrafik, dan lain sebagainya.

Visualisasi merupakan bagian yang penting dalam proses berkarya seni. Karena dengan visualisasi gagasan dan gambaran diwujudkan. Dalam berkarya seni grafis penulis memvisualisasikan ide, gagasan dan imajinasi pada saat memahami Aktivitas anak-anak kedalam karya grafis dengan melakukan deformasi untuk menghasilkan bentuk baru. Pada prosesnya penulis membuat sketsa terlebih dahulu pada kertas kemudian dipindahkan ke papan hardboard untuk selanjutnya dicukil. Karena hasil cetakan papan hardboard berkebalikan dengan sket yang dibuat, maka penulis ketika membuat sket membalik logika


(42)

berpikir. Misal ketika pada sketsa, tangan kanan memegang tali yang ingin ditampilkan pada karya, maka pada sketsa di papan kayu digambar berkebalikan, dengan kata lain tangan kanan digambar sebagai tangan kiri. Begitu juga dengan objek lainnya. Pada akhirnya setelah papan hardboard selesai dicukil sesuai dengan gambar yang diinginkan dilanjutkan dengan proses cetak. Proses cetak dimulai dengan menyiapkan media yang akan digunakan untuk mencetak klise cetak, dalam hal ini penulis menggunakan kertas, kanvas serta vinyl.


(43)

31 BAB III

PEMBAHASAN DAN HASIL PENCIPTAAN

A.Konsep penciptaan

Dalam setiap penciptaan sebuah karya tidak lepas dari ide yang mendasarinya. Akan tetapi ide yang didapat tidak serta-merta langsung divisualisaikan ke dalam bentuk karya, ide tersebut diolah dengan melibatkan emosi, pemikiran, perenungan, kepekaan naluri terhadap hal-hal yang terjadi di lingkungan kehidupan serta dengan pengalaman estetis yang ada dalam diri. Sehingga apa yang dirasakan dan menjadi tujuan dapat tersampaikan melalui karya yang diciptakan.

Penciptaan karya seni grafis ini berawal dari ketertarikan terhadap aktivitas anak-anak. Dengan mengamati aktivitas anak-anak yang bermacam-macam seperti bermain dengan teman, membayangkan menjadi sesuatu yang diidolakan, menghayalkan sesuatu serta pemikiran-pemikiran anak-anak yang imajinatif, kemudian timbul rasa penasaran, kagum sekaligus rindu dengan apa yang dilakukan anak-anak. Hal tersebut menjadi sumber yang tidak ada habisnya untuk di olah ke dalam bentuk karya seni grafis dengan cetak tinggi dengan merubah bentuk secara deformasi, distorsi, stilasi dan repetisi.

Objek utama merupakan olahan objek anak-anak dengan perpaduan unsur-unsur rupa diantaranya : garis, warna, bentuk, tekstur, ruang dan gelap terang, serta mempertimbangkan prinsip-prinsip penyusunan untuk menghasilkan komposisi yang diinginkan. Objek yang digunakan merupakan hasil dari


(44)

deformasi bentuk anak-anak serta objek pendukung lainnya, yang di tampilkan secara ilustrasi dekoratif. Warna-warna yang digunakan pada karya grafis ini menggunakan warna cerah untuk sebagian karya, hal ini bermaksud untuk memberikan asumsi tentang kesan yang melekat pada anak-anak dimana cenderung menyukai warna-warna cerah. untuk sebagian karya yang lain menggunakan warna monokrom hal ini bertujuan untuk menampilkan karya yang lugas dan tegas.

B.Tema

Dalam penciptaan karya seni tidak lepas dari tema yang ingin ditampilkan tema memiliki peran yang sangat penting, karena tema merupakan hal-hal yang ingin diketengahkan dalam karya seni. Tema dalam karya seni grafis ini adalah aktivitas dan perilaku yang dilakukan anak-anak dalam interaksi terhadap lingkungannya, Seperti, bermain bersama teman, berimajinasi dalam bermain, berkhayal menjadi pahlawan, bekerja sama untuk mendapatkan sesuatu.

C.Proses visualisasi

Dalam proses visualisasi dari sebuah ide dan gagasan menjadi bentuk karya seni memerlukan alat dan bahan sebagai media untuk menyalurkan ide dan gagasan tersebut. Alat dan bahan yang digunakan tentu tergantung dari setiap individu, hal ini berkaitan dengan teknik serta penguasaan media, yang pada akhirnya menentukan hasil terhadap karya seni yang diciptakan. Adapun alat, bahan serta teknik yang digunakan dalam proses visualisai dijabarkan sebagai berikut :


(45)

1. Alat

Alat-alat yang dipergunakan dalam proses visualisai antara lain : a. Pensil dan Spidol

Pensil dipergunakan untuk membuat sketsa pada kertas serta pada hardboard sedangkan spidol dipergunakan untuk menebalkan sket pensil pada hardboard. Pensil yang dipergunakan antara lain: pensil 2b, pensil warna.

Gambar II : Pensil 2B, pensil warna dan spidol Sumber: Dokumentasi pribadi

b. Pisau cukil

Pisau cukil dipergunakan untuk melukai hardboard yang dijadikan sebagai klise cetak dengan teknik cetak tinggi. Hardboad dilukai sesuai dengan sket yang telah dipindahkan sebelumnya. Pisau cukil mempunyai varian bentuk, yang dipakai penulis diantaranya pisau cukil bentuk U, pisau cukil bentuk V, pisau cukil bentuk datar dan pisau cukil bentuk lancip. Masing-masing pisau cukil memiliki karakteristik tersendiri.


(46)

Gambar III: Pisau cukil Sumber: dokumentasi pribadi

c. Roller

Roll dipergunakan untuk menghaluskan cat dan mengisi cat dari palet ke papan hardboard (klise).

Gambar IV: Roller Sumber: dokumentasi pribadi

d. Palet

Palet dipergunakan untuk mencampur tinta cetak yang dinginkan. Palet yang dipergunakan berbahan keramik agar mudah dibersihkan. Ada dua palet


(47)

yang digunakan pertama untuk tinta cetak warna dan kedua untuk tinta cetak hitam.

Gambar V: Palet Sumber: dokumentasi pribadi e. Pisau palet

Pisau palet dipergunakan untuk mengambil tinta cetak kemudian dicampur pada palet.

Gambar VI: Pisau palet Sumber: dokumentasi pribadi

f. Alat gosok

Alat gosok dipergunakan untuk memindahkan tinta cetak pada pernukaan hardboard (klise) menuju permukaan bahan cetak. Dalam prosesnya bahan cetak digosok agar tinta cetak yang ada pada papan hardboard berpindah pada bahan cetak. Alat gosok yang digunakan adalah sendok, botol, serta alat gosok buatan berbahan kayu.


(48)

Gambar VII: Sendok, Botol, Alat gosok buatan berbahan kayu Sumber: dokumentasi pribadi

g. Kertas Koran dan Kain lap

Kertas koran dan kain lap dipergunakan untuk membersihkan sisa tinta cetak yang ada pada papan hardboard, hal ini dilakukan untuk menjaga papan hardboard agar tetap bersih dan bisa digunakan lagi. serta dipergunakan untuk membersihkan sisa tinta cetak pada palet agar sisa tinta cetak tidak mengganggu campuran tinta cetak berikutnya.

Gambar VIII: Kertas Koran dan Kain Lap Sumber: dokumentasi pribadi


(49)

2. Bahan

Bahan yang dipergunakan dalam proses visualisasi penciptaan karya grafis antara lain:

a. Hardboard

Hardboard dipergunakan sebagai klise cetak dalam teknik cetak hardboard cut maupun cetak habis. Hardboard merupakan serbuk kayu yang dipadatkan.

b. Kanvas, Vinyl dan Kertas.

Kanvas, vinyl, dan kertas dipergunakan untuk mencetak klise. Kanvas yang dipergunakan merupakan kanvas mentah. Pemberian lapisan pada kanvas dilakukan dengan menggunakan cat tembok dan lem kayu. Pada prosesnya kanvas mentah dibentangkan pada spanram, kemudian diberikan lapisan menggunakan cat tembok dan lem kayu yang telah dilarutkan dengan air hangat. Lapisan dilakukan dua sampai tiga kali sampai pori-pori pada kain menutup sempurna. Setelah kering kanvas diamplas hingga mencapai tingkat kehalusan yang diinginkan.

Vinyl yang dipergunakan merupakan vinyl yang permukaannya halus. Vinyl tidak memerlukan lapisan seperti layaknya pada kanvas. Proses mencetak pada vinyl memiliki efisiensi yang lebih baik, hal ini dikarenakan proses pemindahan tinta cetak tidak memerlukan tekanan yang kuat karena permukaan vinyl yang halus dan rata.


(50)

Kertas yang dipergunakan antara lain: manila, samson, dan artpaper. Kertas selain untuk mencetak edisi juga dipergunakan untuk percobaan cetak hal ini dilakukan untuk efisiensi waktu karena kertas tidak perlu dibentangkan pada spanram maupun harus dilapisi.

c. Tinta cetak

Tinta cetak dipergunakan untuk mengisi permukaan cetak pada klise. Tinta cetak yang digunakan adalah tinta cetak offset dengan warna primer: procces magenta, procces cyan, procces yellow, serta tinta cetak untuk menambah serta mengurangi intensitas warna yaitu black dan white.

d. Pelarut cat

Pelarut cat dipergunakan untuk mengencerkan tinta cetak agar tidak terlalu pekat. Hal ini dilakukan karena karakter tinta cetak yang pekat.

3. Teknik

Dalam penciptaan karya seni teknik harus dikuasai untuk memberikan hasil yang sesuai dengan keinginan. Selain penguasaan teknik, pemahaman karakter bahan dan alat diperlukan untuk menunjang proses penciptaan.

Dalam penciptaan karya seni grafis dipergunakan teknik cetak tinggi, hardboard cut, cetak habis dan stensil. Pada teknik hardboard cut proses awal dimulai dengan sketsa kertas yang kemudian dipindahkan pada media hardboard menggunakan pensil dan spidol, langkah selanjutnya adalah melukai permukaan hardboard menggunakan pisau cukil untuk membuat klise sesuai dengan sketsa yang telah dibuat, setelah klise selesai dibuat, dilanjutkan pada langkah terakhir


(51)

yaitu proses cetak, dengan menggunakan tinta cetak yang dirollkan pada permukaan klise yang kemudian dicetak pada kertas untuk keperluan percobaan cetak sebelum dilanjutkan pada pencetakan edisi. Proses pemindahan tinta menggunakan sendok yang digosokkan pada kertas sampai tinta cetak berpindah dari permukaan klise menuju kertas.

Selanjutnya karya dengan teknik cetak rusak diawali dengan sketsa warna pada kertas, sketsa warna dipergunakan sebagai acuan dan perancangan warna yang dipergunakan dalam proses cetak. Sketsa pada kertas kemudian dipindahkan pada hardboard, pemindahan sketsa dilakukan dengan pensil 2B yang kemudian ditebalkan menggunakan spidol, pada sketsa hardboard tidak menggunakan warna karena acuan warna sudah ada pada sketsa pada kertas. Setelah sketsa selesai, langkah berikutnya adalah melukai permukaan hardboard sesuai dengan sketsa dan rancangan warna yang akan dicetak lebih dulu. proses cetak pada cetak rusak sama dengan proses cetak pada hardboard cut, yaitu menggunakan sendok untuk memindahkan tinta cetak pada permukaan hardboard menuju media cetak. Setelah proses cetak selasai hardboard dibersihkan dari sisa tinta cetak, untuk selanjutnya dilukai kembali sesuai dengan rancangan warna yang akan dicetak berikutnya. Langkah ini diulangi sampai pada rancangan cetakan warna yang terakhir.

D.Tahap visualisasi

Tahap visualisasi merupakan tahap-tahap dalam penciptaan karya seni grafis, dari mulai ide sampai dengan proses terciptanya karya dalam media yang digunakan. adapun tahap-tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut:


(52)

1. Sketsa

Pembuatan sketsa dengan menggunakan pensil 2B dan juga spidol, sketsa dibuat setelah selesai melakukan observasi atau bersamaan dengan observasi. Sketsa dibuat untuk mengeksplorasi bentuk-bentuk yang akan ditampilkan dalam karya sesuai dengan ide. Sketsa juga dipergunakan sebagai acuan pewarnaan pada cetak habis. Pembuatan sketsa dalam karya grafis menggunakan pola berpikir yang berkebalikan terhadap bentuk visual yang akan ditampilkan, hal ini dikarenakan hasil cetakan yang dihasilkan menggunakan klise cetak bersifat kebalikan seperti pada bayangan cermin. Sehingga untuk mensiasatinya sketsa dibuat terbalik terhadap bentuk visual yang akan ditampilkan pada karya grafis. 2. Pemindahan sketsa

Pemindahan sketsa ke permukaan klise dalam hal ini yang dimaksudkan adalah hardboard dilakukan setelah selesai membuat sketsa. Sketsa pada permukaan hardboard terkadang sedikit berbeda dari sketsa yang dibuat pada kertas, karena pada karya seni grafis sketsa pada hardboard merupakan setengah dari hasil karya seni grafis itu sendiri, sketsa pada hardboard merupakan gambar jadi yang menjadi acuan utama dalam proses penciptaan karya seni grafis.

3. Pembuatan klise

Pembuatan klise dilakukan setelah sketsa selesai dibuat sesuai dengan ide dan gagasan yang akan diutarakan. Pembuatan klise dilakukan dengan cara melukai hardboard dengan pisau cukil sesuai dengan sketsa yang telah dibuat sebelumnya. Dalam prosesnya permukaan hardboard yang tidak dibutuhkan


(53)

dihilangkan dengan cara dicukil dan disisakan bagian yang akan dikenai tinta cetak. Untuk teknik hardboard cut proses pembuatan klise hanya satu kali proses, sedangkan untuk cetak habis proses pembuatan klise melalui beberapa proses sesuai dengan warna yang akan digunakan akan tetapi hanya dengan satu klise. 4. Proses cetak

Proses cetak merupakan proses untuk menghasilkan karya dengan klise yang di cetak pada kertas, kanvas, vinyl maupun bahan-bahan yang bisa digunakan untuk mencetak lainnya. Pada proses cetak dengan teknik harboard cut klise dilumuri tinta cetak menggunakan roll sampai rata kemudian dicetak pada kertas untuk percobaan. Hal ini dilakukan untuk evaluasi awal karya sebelum masuk pada tahap cetak edisi. Evaluasi dilakukan utntuk mencari bentuk-bentuk yang belum sempurna maupun untuk melihat apakah ada kesalahan pada waktu pembuatan klise. Pada pembuatan karya dengan teknik hardboard cut untuk cetakan awal untuk mencoba bahan yang digunakan untuk mencetak adalah kertas. Dan untuk cetak edisi menggunakan kertas dan kanvas atau menggunakan vinyl. Sedangkan proses cetak dengan teknik cetak habis hampir sama dengan proses cetak teknik hardboard cut. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah proses cetak yang dilakukan secara berulang kali sesuai dengan rencana bentuk dan warna yang akan digunakan dalam karya grafis.

5. Finishing

Proses finishing pada karya grafis ini dengan membersihkan pinggiran kanvas dan vinyl yang terkena tinta cetak. Setelah selesai dibersihkan karya


(54)

dipasang pada pigura, bahan pigura menggunakan kayu yanga disesuaikan dengan karya grafis sehingga tercipta kesatuan karya. Kayu yang digunakan adalah kayu yang memiliki garis kayu pendek dan tidak teratur sehingga sesuai dengan bentuk karya yang menggunakan variasi garis. Warna pigura merupakan warna vernis hal ini dilakukan agar warna terlihat alami dan tidak mencolok sehingga pigura menyatu dengan karya.


(55)

E.Bentuk karya

1. Karya berjudul: “Mari Tetap Bermain”

Gambar IX: “Mari Tetap Bermain”

Teknik cetak habis, edisi 2/2, ukuran 70,5 x 96 cm, tahun 2014

Karya grafis yang berjudul “Mari Tetap Bermain” ini berukuran 70,5 x 96 cm. Dicetak menggunakan teknik cetak rusak diatas vinyl dengan posisi horisontal. Karya ini dicetak sebanyak dua edisi, edisi pertama dicetak pada kertas dan edisi kedua pada vinyl. Dalam karya grafis ini menampilkan beberapa objek, yaitu lima objek anak-anak yang sedang bermain di tanah lapang berumput,sebuah pohon dan gedung-gedung rusak yang mengeluarkan asap. Objek anak-anak dan pohon diletakkan di depan objek bangunan, menggunakan warna yang cerah, hal ini untuk menjadikan komposisi objek manusia dan pohon terlihat lebih menonjol dibandingkan dengan objek bangunan.


(56)

Karya grafis yang berjudul “Mari Tetap Bermain” ini, terinspirasi dari aktivitas anak-anak yang sedang bermain meski berada dalam lingkungan yang kurang aman. hal ini ditampilkan dengan penggambaran anak-anak yang sedang asyik bermain dibawah pohon yang rindang dan di area yang masih hijau, meski di belakang mereka terdapat gedung-gedung yang roboh. bermain merupakan hal yang menyenangkan bagi anak-anak, di manapun tempatnya. Penulis mewujudkannya secara ilustratif untuk mendapatkan wujud visual yang sesuai dengan hal yang ingin disampaikan. Dalam prosesnya penulis mendeformasi bentuk anak-anak serta objek pendukung lainnya. Penggambaran asap melalui proses stilasi untuk membuat bentuk baru yang sederhana namun tetap memiliki unsur keindahan. Pada penggambaran rumput dan tanah mengalami proses deformasi dan repetisi untuk menghasilkan bentuk-bentuk yang memiliki nilai hias.

Objek utama pada karya grafis ini adalah penggambaran anak-anak, dengan berbagai objek pendukung. Warna-warna yang digunakan pada penggambaran Anak-anak diantaranya adalah : kuning muda, oranye kekuningan, coklat muda dan coklat tua. Warna kuning muda digunakan sebagai highlight dan warna oranye kekuningan, coklat muda dan coklat tua digunakan sebagai gelap terang pada warna kulit, dan warna rambut sehingga penggambaran anak-anak terlihat memiliki volume. Kemudian, hijau muda, hijau tua, ungu muda, ungu tua, merah muda, merah tua digunakan pada baju dengan pengolahan gelap terang agar menghasilkan bentuk lipatan-lipatan sehingga terlihat menarik.


(57)

Pada penggambaran tanah lapang berumput dan pohon menggunakan warna-warna yang hampir sama, hanya saja dengan komposisi yang berbeda. Warna kuning muda digunakan sebagai warna dasar tanah serta digunakan sebagai highlight dengan warna oranye kekuningan, warna coklat muda dan coklat tua sebagai gelap terang sehingga terlihat permukaan tanah lapang yang bertekstur. Olahan warna kuning muda, hijau muda dan hijau digunakan untuk membentuk rumput agar terlihat sedikit lebih menonjol dari objek tanah lapang. Pada penggambaran pohon digunakan warna kuning muda, oranye, coklat muda dan coklat tua. Pengolahan warna dengan memberikan efek goresan dilakukan untuk menghasilkan guratan kayu pada pohon sehingga terlihat memiliki tekstur. Untuk warna daun digunakan warna kuning muda, hijau muda, hijau dan hijau tua. Warna kuning muda digunakan sebagai highlight dan warna hijau muda, hijau dan hijau tua sebagai gradasi warna untuk membentuk gelap terang agar terlihat memiliki volume.

Penggambaran bangunan menggunakan warna dominan abu-abu, yaitu abu-abu muda dan abu-abu tua, warna putih bukan merupakan warna tinta akan tetapi warna dari media cetak. Warna putih digunakan sebagai highlight untuk menunjukkan arah pencahayaan. Sedangkan warna abu-abu muda dan abu-abu tua diolah dengan memberikan efek-efek goresan untuk membentuk gelap terang pada gedung-gedung agar terlihat bervolume.

Proses visualisasi karya grafis ini menggunakan prinsip cetak tinggi dengan teknik cetak rusak, langkah pertama yang dilakukan adalah membuat


(58)

sketsa pada kertas. Setelah sketsa selesai, sketsa dipindah pada hardboard untuk kemudian dicukil sesuai dengan sketsa yang telah dibuat menggunakan pisau cukil. Warna-warna yang digunakan merupakan warna-warna primer dan hasil campuran dari warna-warna primer diantaranya : merah muda, merah tua, kuning muda, kuning tua, hijau muda, hijau tua, oranye kekuningan, coklat muda, coklat tua, ungu muda, ungu tua, abu-abu muda dan abu-abu tua.

Dalam proses cetak menggunakan teknik cetak rusak, penggunaan warna telah direncanakan urutan mencetaknya, urutan cetaknya dari warna yang lebih muda menuju warna yang lebih tua hal ini dilakukan karena karakter tinta cetak yang sulit menutup pada warna yang lebih tua. Warna pertama yang digunakan adalah warna kuning muda untuk membentuk dasar dari beberapa objek diantaranya : warna kulit anak-anak, sebagai warna dasar tanah, warna dasar rumput, warna dasar daun, serta digunakan untuk membentuk warna dasar dari pohon. Dilanjutkan ke warna kedua yaitu warna oranye kekuningan. Warna ini digunakan sebagai gradasi warna kulit anak-anak serta gradasi dari warna tanah dan juga gradasi dari warna pohon. Pembentukan gradasi bertujuan untuk membuat kesan volume pada objek-objek pada karya ini. Warna berikutnya adalah warna hijau muda, warna hijau muda digunakan untuk membuat gradasi warna daun, warna dasar baju, warna dasar celana serta gradasi warna pada pembentukan rumput. Kemudian warna hijau tua, warna ini digunakan untuk membuat gradasi warna pada objek daun, rumput, baju dan juga celana. Warna ungu muda digunakan sebagai dasar warna baju satu objek anak-anak dan warna


(59)

rok, sedangkan warna merah muda digunakan sebagai dasar warna baju dua objek anak-anak dan warna dasar celana satu objek anak-anak, dilanjutkan dengan memberikan gradasi dengan menggunakan warna ungu tua dan merah tua. Warna selanjutnya adalah warna coklat muda, warna ini digunakan untuk membuat gradasi pada batang pohon, tanah serta rambut dari objek anak-anak, kemudian dilanjutkan dengan warna coklat tua, warna ini digunakan untuk gradasi pada batang pohon, rambut dan keseluruhan dari objek anak-anak serta untuk memberikan efek gelap pada tanah. Pewarnaan dilanjutkan pada objek bangunan-bangunan sebagai background, warna yang digunakan adalah abu-abu dan dilanjutkan dengan abu-abu tua sebagai gradasi warna.

Komposisi objek anak-anak, rumput dan pohon diletakkan di depan objek bangunan-bangunan berwarna abu-abu dimana objek bangunan digunakan sebagai background. Hal ini dilakukan untuk menonjolkan objek anak-anak. Objek pohon diletakkan pada bagian sisi dan dibuat besar dengan warna gradasi dari kuning ke hijau pada daun dan warna gradasi kuning ke coklat tua pada batang pohon, pengolahan ini memiliki tujuan sebagai center of interest. Pengolahan komposisi semua bentuk objek pada karya grafis ini menggunakan prinsip symetrical balance dengan fokus objek ada pada bagian depan sehingga tercipta harmonisasi juga karya grafis terlihat lebih dinamis. melihat ciri yang ada pada karya grafis ini yaitu penggambaran objek secara ilustratif dengan proses deformasi serta memiliki daya hias dan mengesampingkan ruang tiga dimensi, karya grafis ini termasuk dalam kategori karya ilustrasi dekoratif.


(60)

2. Karya berjudul: “Mari Bermain !!!”

Gambar X: “Mari Bermain !!!”

Teknik hardboard cut, edisi 2/2 ukuran 80 x 110 tahun 2014

Karya grafis berjudul “Mari Bermain !!!” ini diproses menggunakan teknik cetak tinggi hardboard cut dengan bentuk ilustrasi berukuran 80 x 110 dengan posisi horisontal dicetak pada vinyl. Karya ini dicetak sebanyak dua edisi, cetakan pertama dicetak pada kanvas yang kedua pada vinyl. Objek yang ada pada karya grafis ini antara lain, tiga anak-anak yang digambarkan sedang menaiki kendaraan sebagai objek utama. Kemudian terdapat objek awan, air juga jalan sebagai jalur kendaraan sebagai objek pendukung.

Karya grafis berjudul “Mari Bermain!!!” Ini terinspirasi dari anak-anak yang sedang bermain dengan imajinasinya, anak-anak memainkan perahu kertas di atas air dengan membayangkan dirinya sedang menaikinya, menaiki mobil mainan dan bergaya seperti menyetir juga memainkan pesawat. Penulis


(61)

mewujudkannya secara ilustratif dengan menggambarkan aktivitas anak-anak yang sedang berimajinasi kedalam karya seni grafis. Dalam prosesnya penulis menggayakan bentuk-bentuk awan, jalan dan ombak secara stilasi dan repetisi sehingga tercipta bentuk-bentuk dekoratif serta memiliki irama. Kemudian mendeformasi bentuk tubuh dari penggambaran anak-anak sehingga terlihat lebih sederhana dari bentuk aslinya.

Penggambaran anak-anak pada karya grafis ini ditampilkan secara ilustratif untuk mendapatkan bentuk yang menjelaskan tentang maksud dari hal yang ingin disampaikan. Karya grafis ini dicetak menggunakan teknik hardboard cut. Dengan hanya menggunakan satu warna, maka efek-efek goresan dioptimalkan untuk membentuk objek-objek yang diinginkan. Pemberian efek-efek goresan dilakukan pada setiap objek. Pada wajah, tangan, dan rambut dibentuk bagian highlight dengan warna dari media cetak dan goresan-goresan warna gelap sebagai gradasi gelap terang sehingga bagian wajah, tangan dan rambut terlihat memiliki volume. Kemudian pada bagian baju anak-anak dibentuk goresan menyerupai lipatan-lipatan agar terlihat seperti bentuk baju yamg sebenarnya dan terlihat menarik. Pada bagian kendaraan dilakukan hal yang sama untuk menghasilkan bentuk yang memiliki volume. Untuk objek awan dibuat dengan menggunakan garis-garis lengkung sehingga tercipta bentuk yang sederhana dan menghasilkan irama. Kemudian pada objek air dibuat dengan menstilasi bentuk ombak menjadi garis-garis lengkung tidak beraturan dengan


(62)

blok warna gelap dan highlight dari warna media cetak dan garis lengkung untuk membentuk ombak sehingga terlihat dinamis.

Proses visualisasi karya grafis ini menggunakan teknik cetak tinggi hardboard cut. Proses ini diawali dengan sketsa pada kertas yang kemudian dipindah pada papan hardboard untuk selanjutnya dicukil menggunakan pisau cukil. Setelah selesai dilanjutkan dengan proses cetak.

Komposisi objek diatur sedemikian rupa untuk menghasilkan komposisi yang harmonis dan disusun secara symmetrical balance, penggambaran anak-anak menggunakan pesawat diletakkan paling atas dengan ukuran lebih kecil dari kedua objek dibawahnya. Penggambaran anak-anak menggunakan mobil diletakkan ditengah, sedangkan penggambaran anak-anak menggunakan perahu diletakkan di kiri bawah dan memiliki ukuran yang paling besar bertujuan sebagai center of interest. dan sebagai keseimbangan dibuat objek pendukung berupa jalan yang meninggi di bagian kanan tengah. Dengan penggambaran objek utama secara ilustratif dan mengolah objek pendukung dengan bentuk-bentuk dekoratif yang telah melalui proses deformasi, stilasi serta repetisi karya grafis ini memiliki bentuk ilustrasi dekoratif.


(63)

3. Karya berjudul: “Guru Akan Datang?”

Gambar XI: “Guru Akan Datang?”

Teknik hardboard cut edisi 2/2, ukuran 70,5 x 96 tahun 2014

Karya grafis berjudul “Guru Akan Datang?” dikerjakan menggunakan teknik hardboard cut dengan ukuran 70,5 x 96 dengan posisi horisontal. karya grafis ini dicetak sebanyak dua edisi, edisi pertama dicetak pada kertas dan edisi kedua dicetak pada kanvas. Objek yang terdapat pada karya grafis ini antara lain: sembilan objek manusia yang sedang bermain, bayangan dan sebagian dari objek manusia, dua meja, satu kursi, papan tulis, bendera, jendela serta papan absen.

Karya grafis berjudul “Guru Akan Datang?” ini terinspirasi dari Aktivitas anak-anak ketika di dalam kelas belum ada Guru. Karya grafis ini menceritakan tentang situasi kelas yang gaduh ketika Guru tidak ada di dalam kelas. Situasi gaduh di dalam kelas ketika guru belum datang merupakan hal yang biasa dilakukan oleh anak-anak, karena pada dasarnya anak-anak senang bermain. Pada prosesnya penulis menampilkannya secara ilustratif dengan melalui proses


(64)

deformasi terhadap bentuk anak-anak serta objek pendukung lainnya. Objek ubin melalui proses stilasi untuk menciptakan bentuk dekoratif.

Karya grafis ini menampilkan penggambaran anak-anak yang sedang bermain di dalam kelas sebagai objek utama. Objek bendera, papan tulis, papan absen, meja dan kursi digunakan sebagai objek pendukung untuk membuat situasi yang menyerupai suasana kelas. Situasi kelas menggambarkan anak-anak yang sedang bermain ketika kelas kosong dan Guru sedang akan berjalan masuk menuju kelas. Untuk memberikan kesan gerak pada objek dibuat goresan-goresan yang menghasilkan efek gradasi sehingga objek terlihat memiliki irama. Pada penggambaran anak-anak untuk membentuk wajah, tangan dan kaki dibuat dengan kombinasi garis-garis halus dengan garis tebal untuk membentuk gradasi gelap terang. Pada penggambaran anak-anak juga dibuat highlight dengan memanfaatkan warna media cetak. Hal ini dilakukan dengan cara menghilangkan bagian dari hardboard untuk menghasilkan highlight. Bagian yang dihilangkan tidak akan terkena tinta cetak sehingga menghasilkan cetakan yang diinginkan. Pada objek meja, jendela, pintu dan kursi dibuat goresan membentuk guratan kayu sehingga objek meja, jendela, pintu dan kursi terlihat memiliki tekstur. Untuk memberikan efek kaca pada jendela dibuat goresan halus yang menghasilkan efek blur. Sehingga terlihat seperti permukaan kaca. Kemudian pada objek ubin dibuat highlight dengan menghilangkan bagian yang akan dibuat sebagai highlight dengan mencukil menggunakan pisau cukil dan bagian yang dilukai tidak terkena tinta cetak sehingga menghasilkan cetakan yang diinginkan pada sisi yang lain


(1)

78 mencapai bentuk yang diinginkan atau belum, ketika bentuk yang diinginkan belum tercapai klise cetak diolah kembali sehingga menghasilkan bentuk yang diinginkan. Setelah percobaan cetak selesai dilakukan dilanjutkan dengan proses cetak edisi, pada karya grafis ini karya dicetak pada vinyl.

Komposisi objek disusun menggunakan prinsip symmetrical balance dimana tercipta keseimbangan pada susunannya. Penggambaran manusia diletakkan di tengah dengan ukuran paling besar sebagai center of interest, kemudian penggambaran sulur disusun disisi kiri manusia. Penggambaran batu runcing disusun di depan sebelah bawah objek manusia. Pada bagian belakang objek anak-anak dibuat garis-garis bergelombang untuk menonjolkan penggambaran manusia dan memberikan kesan dinamis. dari bentuk-bentuk yang ada dalam karya grafis ini dapat disimpulkan bahwa karya grafis ini termasuk dalam karya ilustrasi dekoratif. Yaitu bentuk-bentuk yang memiliki nilai hias, mengesampingkan ruang dan digambarkan secara ilustratif.


(2)

79 BAB IV PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Konsep dalam penciptaan karya seni grafis ini adalah penggambaran aktivitas anak-anak secara ilustrasi dekoratif dengan melalui proses deformasi, distorsi, stilasi dan repetisi. dalam hal ini penulis terlibat secara langsung dengan ikut dalam aktivitas yang dilakukan anak-anak, dan secara tidak langsung dengan mengamati bagaimana aktivitas anak-anak dalam interaksinya terhadap lingkungan hidupnya untuk mendapatkan ide, gagasan dan imajinasi.

2. Tema dalam penciptaan karya seni grafis ini mengenai aktivitas dan perilaku anak-anak ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Yaitu seperti bermain bersama teman, menyusuri jalan yang belum pernah dilewati, saling menolong sesama teman, bahkan juga berkelahi dengan teman.

3. Proses visualisasi karya seni grafis dimulai dengan tahapan eksplorasi bentuk serta tema aktivitas anak-anak dengan melakukan observasi terhadap aktivitas anak-anak terhadap lingkungannya, kemudian dilanjutkan dengan eksperimen dengan membuat sketsa pada kertas maupun eksperimen dalam mencetak karya seni grafis. Teknik yang digunakan dalam pengerjaan karya seni grafis ini adalah teknik dengan prinsip cetak tinggi, yaitu diantaranya : hardboard cut dan cetak rusak. Teknik ini menggunakan bahan hardboard sebagai klise


(3)

80 cetaknya, untuk membentuk gambar sesuai dengan sketsa yang telah dibuat menggunakan pisau cukil dengan bentuk U,V, lancip serta datar. Masing-masing pisau cukil memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Untuk membentuk arsiran dengan garis halus menggunakan pisau cukil berbentuk V, untuk membentuk cukilan-cukilan yang cenderung lebar menggunakan pisau cukil berbentuk U, dan untuk pengolahan detail kecil menggunakan pisau cukil berbentuk lancip, kemudian untuk mencukil area secara luas menggunakan pisau cukil berbentuk datar. Teknik hardboard cut menghasilkan karya monokrom sedangkan karya cetak rusak menghasilkan karya dengan variasi warna. Komposisi yang ditampilkan dalam karya grafis ini berbeda-beda tergantung dari ide dan gagasan yang ingin disampaikan.

4. Bentuk karya dalam karya seni grafis ini memiliki ciri-ciri sebagi berikut : 1) menggunakan penggambaran anak-anak sebagai objek utama secara ilustratif. 2) menggunakan cetak tinggi dengan dua variasi teknik yaitu teknik Hardboard cut dan cetak rusak, 3) menggunakan bentuk-bentuk yang telah mengalami perubahan atau deformasi, 4) penggambaran keseluruhan objek menggunakan bentuk ilustratif, 5) menggunakan warna-warna cerah pada karya cetak rusak, 6) menggunakan warna monokrom pada karya hardboard cut. 7) karya tidak memiliki dimensi ruang, 8) karya memiliki nilai hias pada objek pendukungnya. Dari ciri-ciri yang disebutkan karya grafis ini memiliki bentuk ilustrasi dekoratif.

Karya yang dihasilkan dalam Tugas Akhir Karya Seni ini berjumlah sepuluh karya, yaitu sebagai berikut : 1) Mari Tetap Bermain (70,5 x 96), 2) Mari


(4)

81 Bermain!!! (80 x 110), 3) Guru Akan Datang? (70,5 x 96), 4) Wujudkan Mimpimu!!! (73 x 98), 5) Sedikit Lagi (84 x 113), 6) Apa Kata Mereka? (72 x 90), 7) Ingin Seperti Ayah (72 x 90), 8) Mencari Jalan di Langit (70 x 95), 9) Musuhpun Memiliki Musuh (73 x 90), 10) Mama Tolong!!! (70 x 86).


(5)

82

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Bahari, Nooryan. 2008. Kritik Seni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen Pendidikan Nasional 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi 4. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Djelantik, A.A.M. 2004. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Geldard, Kathryn & David Geldard. 2012. Konseling Anak-anak, Sebuah Pengantar Praktis, Edisi Ketiga. Jakarta: Indeks

Khairini, Makmun. 2013. Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Riyanto, Bedjo. 2000. Iklan Surat Kabar dan Perubahan Masyarakat di Jawa Masa Kolonial (1820-1915). Yogyakarta: Tarawang Press.

Sidik, Fajar dan Aming Prajitno. 1981. Desain Elementer : Jurusan Seni Lukis Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia ”ASRI”.

Soedarso, Sp. 2006. Trilogi Seni Penciptaan, Eksistensi dan Kegunaan Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI DIY.

Sony Kartika, Dharsono. 2004, Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains. Sumarjo, Jakob. 2000, Filsafat Seni. Bandung: ITB.

Susanto, Mikke. 2002. Diksi Rupa Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa. Yogyakarta dan Bali: DictiArt Lab dan Djagad Art House.

_______________ 2003. Membongkar seni rupa. Yogyakarta: Jendela

_______________ 2011 Diksi Rupa Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa. Yogyakarta dan Bali: DictiArt Lab dan Djagad Art House.

Tim Redaksi. 1997. Ensiklopedia Indonesia cetakan III. Jakarta: Delta Pamungkas.


(6)

83 KATALOG

PAMERAN SENI GRAFIS. Katalog Pameran Bersama. 1992

RIMBA SENJAKALA. Katalog Pameran Tunggal Winarso Taufik. 2010 NATURAL MYSTIC. Katalog Pameran Tunggal Agung Prabowo. 2012

INTERNET

http//www.contemporaryartindonesia.com (diakses tanggal 04 agustus 2014). http//www.contemporaryartindonesia.com/wp-content/uploads/A.C.-ANDRE- TANAMAOcean-Cry-2010-woodcut-print-charcoal+acrylic-0n-canvas-145-x-180-cm.jpg (diakses tanggal 04 agustus 2014).