22. Kriteria penilaian kreativitas.
23. Nilai 4 jika melakukan:
24. perubahan formasi barisan,
25. perubahan arah gerak dasar,
26. melakukan variasi intensitas gerak,
27. melakukan variasi gerak lengan.
28. Nilai 3 jika hanya melakukan 3 unsur.
29. Nilai 2 jika hanya melakukan 2 unsur
30. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Problem Based Learning a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah Problem-Based Learning mula-mula
dikembangkan pada sekolah kedokteran di Ontario Kanada pada 1960-an Barrows, 1996. Pendekatan ini dikembangkan sebagai respon atas fakta
bahwa para dokter muda yang baru lulus dari sekolah kedokteran itu memiliki pengetahuan yang sangat kaya, tetapi kurang memiliki
keterampilan memadai untuk memanfaatkan pengetahuan tersebut dalam praktik sehari-hari. Perkembangan selanjutnya,
Pembelajaran pembelajaran Berbasis berbasis Masalah masalah
secara lebih luas diterapkan di berbagai mata kuliah di perguruan tinggi dan di berbagai
mata pelajaran di sekolah. Pembelajaran
Berbasis berbasis Masalah masalah adalah pembelajaran
yang menggunakan masalah nyata yang tidak terstruktur ill-structured
dan bersifat terbuka open-ended sebagai konteks atau sarana bagi
peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta membangun pengetahuan baru. Berbeda
dengan pembelajaran konvensional yang menjadikan masalah nyata, dalam bentuk soal cerita, sebagai penerapan dari konsep atau
pengetahuan yang telah dipelajari,
Pembelajaran pembelajaran Berbasis berbasis Masalah masalah
menggunakan masalah nyata di awal tahap pembelajaran sebagai sarana bagi peserta didik untuk membangun
pengetahuannya. Dalam
Pembelajaran pembelajaran Berbasis berbasis Masalahmasalah ,
peserta didik, secara individual maupun berkelompok, menyelesaikan masalah nyata tersebut dengan menggunakan strategi atau pengetahuan
yang telah dimiliki. Secara kritis, peserta didik menginterpretasikan masalah, mengidentifikasi informasi dan strategi yang diperlukan,
menemukan dan mengidentifikasi solusi yang mungkin, mengevaluasi kesesuaian strategi dan solusi, dan mengkomunikasikan simpulan. Proses
tersebut memungkinkan peserta didik berlatih mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan menyelesaikan masalah serta
membangun konsep, pengetahuan, atau strategi tertentu. Proses pembelajaran demikian sejalan dengan paham konstruktivisme yang
menekankan peserta didik untuk secara aktif membangun