ditantang untuk menyelasaikan masalah tersebut
dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, peserta didikdengan
ditugaskan untuk menemukan cara menendang bola agar bola mengarah ke atas atau melambungpanduan dari guru dapat
berbentuk LKS
. 3 Pada satu sesi permainan
bola besar bola
voli, salah satu tim mengalami kesulitan untuk mendapatkan atau mencetak angka,
sehingga mengalami kekalahan. Untuk mengatasi masalah tersebut maka tim yang kalah harus menerapkan strategi penyerangan
tertentu. Strategi apa yang harus diterapkan agar tim tersebut mendapatkan kemenangan.
Atau dapat juga diberi penugasan melakukan strategi pertahanan permainan olahraga.
4 Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik
student- centered. Guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta
didik untuk agar
secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya. Pembelajaran berbasis masalah juga bercirikan adanya
kolaborasi antar peserta didik untuk mengeksplorasi masalah nyata dan menyelesaikannya.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah diawali dengan aktivitas peserta didik secara individual maupun kelompok dalam menyelesaikan masalah nyata
dengan menggunakan strategi atau pengetahuan yang telah dimiliki. Proses penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada terbentuknya
keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan baru. Secara umum,
poses tersebut dilakukan melalui sintaks atau langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan Nur 2011 sebagaimana disajikan pada
Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap Aktivitas Guru dan Peserta didik
Tahap 1 Mengorientasikan
peserta didik terhadap masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran Guru menyiapkan sarana dan sarana atau logistik
yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah nyata yang dipilih atau ditentukan
Tahap 2 Mengorganisasi peserta
didik untuk belajar Guru membantu peserta didik mendefinisikan
dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah
diorientasikan pada tahap sebelumnya.
Tahap 3 Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah.
Tahap 4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya Guru membantu peserta didik untuk berbagi
tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan
Tahap Aktivitas Guru dan Peserta didik
masalah dalam bentuk laporan, video, atau model.
Tahap 5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses
pemecahan masalah yang dilakukan
31. Model Pembelajaran Penemuan
Discovery Learning a. Pengertian Pembelajaran Penemuan
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai
proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri.
Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “ Discovery Learning can be defined
as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him
self” Lefancois dalam Emetembun, 1986:103. Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif
dalam belajar di kelas. Bruner memakai metode yang disebutnya
Discovery Learning, di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir
Dalyono, 1996:41. Metode Discovery Learning adalah memahami konsep,
arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan Budiningsih, 2005:43.
Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan
beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi,
klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut
disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental
process of assimilatig conceps and principles in the mind Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219.
Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama
dengan inkuiri inquiry dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang
prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan
pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan
discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru,
sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk
mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian.
Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan
masalah. Akan tetapi prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery
Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik
didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau
membentuk konstruktif apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.