Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan bisnis handphone akhir-akhir ini telah menunjukkan suatu gejala, yaitu semakin banyak dan beragamnya produk handphone yang ditawarkan oleh perusahaan dan pengembangan produk handphone yang semakin cepat. Pengembangan produk handphone yang cepat tersebut terutama terletak pada bentuk, ukuran dan fasilitasnya, kehandalan serta fitur-fiturnya terus ditingkatkan untuk memanjakan pemiliknya. Sebagai sebuah produk teknologi maka setiap produsen handphone tidak pernah akan berhenti untuk terus meningkatkan kemampuannya, karena berhenti berinovasi berarti mati dan pasar akan direbut oleh produsen merek lain. Persaingan di bidang teknologi mengakibatkan terjadinya proses percepatan keusangan teknologi Technological absolesence baik yang direncanakan maupun tidak, demikian pula hargapun relatif semakin murah dibandingkan dengan teknologi yang ada didalamnya. Dengan demikian siklus kehidupan produk product life cycle untuk setiap tipe produk semakin pendek seiring dengan percepatan teknologi dan persaingan diantara para produsen handphone. Bervariasinya merek, jenis dan model handphone memberikan banyak pilihan kepada pengguna. Namun demikian market leader adalah provider handphone yang memiliki keunggulan teknologi serta mampu memberikan variasi produk pada berbagai segmen pasar potensial. Setiap tipe handphone sering juga ditujukan khusus untuk kalangan tertentu dengan status sosial dan jenis pekerjaannya. Saat ini merek handphone yang sudah masuk ke Indonesia sudah sangat beragam antara lain Nokia, Sony Ericsson, Blackberry, Siemens, Samsung, LG, Philip, Motorola, Panasonic, GSL, Handspring, Sendo, Asus, Mitsubishi, dan tiap merek meluncurkan banyak model atau seri yang bervariasi. Dan dengan adanya pemberlakuan Asean-China FTA ACFTA makin membuka peluang bagi telepon seluler murah asal China menyerbu pasar Indonesia. Belakangan ini, beberapa commit to user merek telepon seluler asal China, seperti Nexian, D-One, HT Mobile, Imo, Beyond, Lexus, dan puluhan merek lainnya diburu pembeli, khususnya kalangan menengah bawah. Ponsel China kini semakin diburu oleh banyak orang. Selain fitur yang terbilang lengkap, telepon seluler China diburu lantaran harganya murah. Maraknya situs jejaring sosial seperti facebook , twitter dan perubahan selera konsumen yang kini beralih ke format qwerty mendongkrak penjualan telepon seluler China www.kompas.com . Strategi pengembangan produk tersebut merupakan tujuan pemasar untuk menciptakan perilaku variety seeking pada diri konsumen. Variety seeking adalah perilaku konsumen yang berusaha mencari keberagaman merek di luar kebiasaannya karena tingkat keterlibatan beberapa produk rendah Purwanto WaluyoAgus Pamungkas, www.freejournalkonsultasi.com . Beberapa literatur menyebutkan bahwa perilaku variety seeking ini akan menimbulkan perilaku brand switching konsumen. Perilaku brand switching yang timbul akibat adanya perilaku variety seeking perlu mendapat perhatian dari pemasar. Perilaku ini tidak hanya cenderung terjadi pada produk yang memerlukan tingkat keterlibatan yang rendah, akan tetapi terjadi juga pada produk dengan tingkat keterlibatan tinggi high involvement . Perilaku perpindahan merek pada pelanggan merupakan suatu fenomena yang kompleks yang dipengaruhi oleh faktor-faktor keperilakuan, persaingan, dan waktu Srinivasan dalam Fajarwati dan Wahyuddin, 2006. ” Brand switching is when a consumer or group of consumers switches their allegiance from one brand of a certain type of product to another ” Sticky-Marketing.com monthly magazine dalam Ribhan, 2006:38. Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa brand switching adalah saat dimana seorang pelanggan atau sekelompok pelanggan berpindah kesetiaan dari satu merek sebuah produk tertentu ke merek produk lainnya. Menurut Freddy Rangkuti 2008 menyatakan bahwa merek merupakan nama merek suatu produk. Strategi dan penggunaan yang tepat dapat menjadikan merek alat yang sangat ampuh dalam kegiatan pemasaran. Pelanggan selalu menginginkan nama merek yang sudah dikenal dan memiliki produk. Kecenderungan yang terjadi saat ini adalah menghubungkan emosi pelanggan commit to user dengan nama merek. Contohnya Volvo dengan keamanan, Kijang dengan mobil keluarga, McDonald’s dengan makanan cepat saji untuk keluarga, Pepsodent pencegah gigi berlubang, dan sebagainya. Menurut Akari Mutyalestari 2009 menyatakan bahwa sebuah produk idealnya tidak hanya menjanjikan manfaat fungsi melainkan juga harus dapat mengkomunikasikan dan menawarkan manfaat produk pada tingkatan yang lebih, yakni menyentuh sisi emosional konsumen. Membangun hubungan dengan konsumen dengan cara menembus kebutuhan emosi konsumen secara tepat merupakan cara terbaik untuk melakukan differensiasi untuk jangka panjang. Emotional branding merupakan sarana dan metodologi untuk menghubungkan produk kepada konsumen secara emosional mendalam Mehdi Raza, www.trcb.com . Berdasarkan teori perilaku emosi Ajzen dalam Morrison Crane sebagaimana yang dikutip oleh Akari Mutyalestari 2009:126, membuat kriteria untuk memahami bagaimana konsumen melihat produk dan jasa saat proses keputusan pembelian, yaitu: 1. Technical criteria , meliputi desain produk, atmosfir toko, perlengkapan toko. 2. Economicsacrifice criteria , yang berarti manfaat yang diterima dibandingkan pengeluaran biaya dan pemakaian uang. 3. Legalistic criteria , meliputi pemenuhan produk dan jasa terhadap keinginan dan permintaan konsumen. 4. Integrative criteria , meliputi kepercayaan sosial, status, visi, fashion produk atau jasa dalam satu lingkungan. 5. Adaptive criteria , yang diartikan sesuatu yang meminimalisir resiko seperti kekhawatiran, ketidakpastian atau penyesalan saat membeli produkjasa. 6. Intrinsic criteria , meliputi bentuk produk, perasaan, wangibau, dan musik. Kepuasan konsumen merupakan hal yang penting dalam menentukan produk atau merek yang sesuai dan yang terbaik bagi konsumen. Strategi pemasaran yang dilancarkan oleh perusahaan-perusahaan pada saat ini menciptakan suatu perilaku perpindahan merek pada konsumen yang dipengaruhi oleh berbagai hal yang berkaitan dengan kepuasan dari emosi konsumen. Handphone merupakan alat komunikasi yang secara terus-menerus mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan commit to user teknologi. Berbagai macam bentuk, desain, fitur yang lengkap selalu disuguhkan untuk menarik perhatian konsumen. Bukan suatu hal yang mengherankan jika terjadi fenomena perilaku brand switching perpindahan merek konsumen yang mencari produk handphone yang paling sesuai dimana konsumen dapat memperoleh kepuasan dari produk tersebut. Nokia merupakan salah satu merek handphone yang terkenal di Indonesia dan patut diperhitungkan oleh para kompetitor. Nokia Corporation adalah produsen peralatan telekomunikasi terbesar di dunia serta merupakan perusahaan terbesar di Finlandia yang memproduksi produk handphone untuk seluruh pasar dan protokol utama, termasuk GSM, CDMA, and W- CDMA UMTS www.wikipedia.com, 29 Januari 2010. Dalam pasar global, Nokia telah menunjukkan diri bahwa Nokia adalah produk unggulan, produk yang memudahkan segala kebutuhan dan keinginan baik secara materiil maupun emosional konsumen. Hal tersebut terbukti dari pencapaian penjualan produk Nokia yang belum dapat digoyahkan oleh vendor handphone merek lain. Pada tanggal 29 Januari 2010 dalam www.tempointeraktif.com, Nokia merilis laporan keuangan dan penjualan untuk kuartal keempat tahun 2009 dan sekaligus sepanjang tahun 2009 yang menyatakan bahwa pangsa pasar Nokia diperkirakan sebesar 39, naik 1 dari tahun 2008 yang lalu. Untuk dapat bertahan dalam persaingan industri telekomunikasi Nokia selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan kepada konsumen dengan memberikan produk yang selalu inovatif baik dari model, fitur, aksesories yang telah dirancang dengan matang guna membangun hubungan emosional yang mendalam antara produk Nokia dengan konsumennya. Bertitik tolak dari hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH EMOTIONAL BRANDING TERHADAP PERILAKU BRAND SWITCHING KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK HANDPHONE MEREK NOKIA Studi pada Mahasiswa Angkatan 2007 Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS” commit to user

B. Perumusan Masalah