Penanganan KLB Keracunan Pangan

28

5.3 Isi Kuesioner Keterangan Mengenai Pengambilan Contoh Makanan

KLB Keracunan Pangan 5.3.1 Pengetahuan Responden tentang Definisi KLB Keracunan Pangan Semua petugas puskesmas yang menjadi objek wawancara memberikan jawaban yang hampir sama secara keseluruhan tentang definisi KLB keracunan pangan. Akan tetapi, definisi KLB keracunan pangan menurut petugas puskesmas sangat beragam, dan bahkan definisi KLB keracunan pangan yang mereka ketahui masih belum detail dan terlalu luas cakupannya. Definisi singkat menurut masing-masing petugas puskesmas dapat dilihat pada Tabel 13. Petugas puskesmas harus mengetahui definisi KLB keracunan pangan sebelum mereka bertugas langsung menangani KLB keracunan pangan agar mereka paham dengan KLB keracunan pangan. KLB sering disalah artikan karena kejadian ini hampir sama dengan wabah. Akan tetapi tentu terlihat jelas apa perbedaan antara KLB dengan wabah. Menurut UU RI tahun 1984, wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Sedangkan KLB keracunan pangan menurut WHO 2007 diacu dalam BPOM 2009 adalah suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir bersamaan setelah mengkonsumsi bahan makanan yang secara analisis epidemiologi terbukti sebagai sumber keracunan. Kesimpulan dari pengertian KLB dan wabah di atas adalah jumlah korban atau penderitanya. Hasil uraian singkat petugas puskesmas menunjukkan bahwa KLB keracunan pangan disebabkan oleh makanan yang tercemar atau terkontaminasi. Akan tetapi, setiap puskesmas memberikan definisi KLB keracunan pangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari jawaban mereka seperti yang dipaparkan pada Lampiran 6. Pengertian KLB keracunan pangan yang dijelaskan oleh petugas puskesmas belum seluruhnya sama dengan pengertian KLB keracunan pangan yang dijelaskan dalam peraturan kepala Badan POM tahun 2009. Beberapa puskesmas hanya menyebutkan definisi adalah suatu kejadian yang membahayakan, disebabkan oleh keracunan makanan, dan menyebabkan banyak korban. Contohnya, Puskesmas Cariu menyebutkan definisi KLB keracunan pangan mengenai gejala KLB keracunan pangan saja, dan Puskesmas Jasinga menyebutkan definisi KLB keracunan pangan adalah seseorang yang terpapar zat toksin. Definisi KLB keracunan pangan yang disebutkan oleh kedua puskesmas tersebut masih sangat kurang lengkap dari definisi KLB keracunan pangan sesungguhnya. Hasil di atas menunjukkan hanya dua puskesmas yang mengetahui definisi KLB keracunan pangan secara lengkap seperti yang disebutkan dalam peraturan kepala Badan POM tahun 2009.

5.3.2 Penanganan KLB Keracunan Pangan

Wilayah kerja puskesmas ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk di satu kecamatan, kepadatan, dan mobilitasnya. Pada satu wilayah kecamatan dapat didirikan dua- tiga puskesmas. Pada umumnya, satu puskesmas mempunyai penduduk binaan antara 29 30.000-50.000 jiwa. Berdasarkan hasil penelitian, 96 puskesmas pernah menangani KLB keracunan pangan dan hanya 4 puskesmas yang tidak pernah menangani KLB keracunan pangan di wilayah kerjanya Tabel 7. Puskesmas yang tidak pernah menangani KLB keracunan pangan di wilayah kerjanya adalah Puskesmas Jasinga. Pada saat terjadi KLB keracunan pangan di Kecamatan Jasinga, bukan Puskesmas Jasinga yang menangani KLB keracunan pangan, tetapi ditangani oleh Puskesmas Curug yang berada di Desa Curug, Kecamatan Jasinga, karena lokasi kejadian berada di wilayah Desa Curug. Hasil ini menunjukkan bahwa puskesmas menangani KLB keracunan pangan di wilayah kerjanya. Tabel 7. Hasil puskesmas yang menangani KLB keracunan pangan di wilayah kerjanya Pernah menangani KLB keracunan pangan Jumlah Puskesmas n=23 Presentase Ya 22 96 Tidak 1 4 5.3.3 Tim Penyelidikan dan Penanggulangan KLB Keracunan Pangan Tim penyelidikan KLB keracunan pangan adalah suatu tim yang dibentuk pada tingkat kabupaten atau kota, provinsi, ataupun pusat untuk menyelidiki kasus-kasus terkait KLB keracunan pangan. Tim penyelidikan tingkat kabupaten atau kota terdiri dari: dinas kesehatan kabupaten atau kota, pusat kesehatan masyarakat puskesmas atau rumah sakit rujukan, laboratorium kesehatan daerah labkesda kabupaten atau kota dan pihak terkait lainnya. Dari data yang diperoleh, 83 puskesmas memiliki tim penyelidik dan penanggulangan KLB keracunan pangan dan 17 puskesmas yang tidak memiliki Tim penyelidik dan penanggulangan KLB keracunan pangan Tabel 8. Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Puraseda, Puskesmas Cigudeg, Puskesmas Gunung Sindur, dan Puskesmas Curug. Hasil ini menunjukkan bahwa puskesmas di Kabupaten Bogor memiliki kesiapan dalam menangani KLB keracunan pangan jika dilihat dari adanya Tim Penyelidik dan Penanggulangan KLB keracunan pangan Lampiran 7. Tabel 8. Hasil puskesmas yang memiliki Tim Penyelidik dan Penanggulangan KLB keracunan pangan Tim Penyelidik dan Penanggulangan KLB keracunan pangan Jumlah Puskesmas n=23 Persentase Ada 19 83 Tidak Ada 4 17

5.3.4 Pengambilan Contoh Makanan KLB Keracunan Pangan