Kendala-Kendala dalam Penyelidikan KLB Keracunan Pangan

18 Menurut Arnold dan Munce 2000 diacu dalam Krisnovitha 2004, epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran kejadian penyakit pada populasi penduduk dan faktor-faktor yang berpengaruh atau berhubungan dengan penyebaran penyakit tersebut. Analisis epidemiologi didasarkan pada tiga variabel, yaitu tempat, waktu, dan orang jenis kelamin, umur, dll.. Tujuan utama analisis epidemiologi adalah untuk mengetahui agen penyebab keracunan. Semula epidemiologi berasal dari berbagai pengalaman yang berhubungan dengan kejadian wabah penyakit yang besar, tetapi kemudian diterapkan juga pada berbagai penyakit dan masalah kesehatan lainnya, termasuk keracunan pangan Imari, 2002. Kegiatan yang berfungsi mengumpulkan informasi yang lengkap dalam penyelidikan KLB keracunan pangan adalah surveilan. Surveilan merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi tersebut kepada pihak-pihak terkait yang membutuhkan untuk kemudian ditindaklanjuti Sparringa, 2002. Kegiatan yang dilakukan bersifat komprehensif, sehingga diharapkan dapat menyediakan segala informasi yang diperlukan dalam menghadapi suatu masalah keamanan pangan Rahayu, 2011. Tujuan surveilan keamanan pangan secara umum adalah mendeteksi masalah keamanan pangan, termasuk KLB, faktor-faktor risiko keracunan pangan, dan memantau kecenderungan masalah pangan, agar dapat mengambil suatu tindakan atau mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan Sparringa, 2002. Secara lebih spesifik, tujuan surveilan KLB keracunan pangan, yaitu: 1 menentukan besarnya masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh KLB keracunan pangan, 2 memantau kecenderungannya, 3 mengidentifikasi KLB sedini mungkin agar dapat menetapkan tindakan tepat pada waktunya, 4 menentukan sejauh mana makanan berperan sebagai pembawa patogen tertentu, 5 mengidentifikasi makanan berisiko, populasi yang rentan, 6 mengkaji efektivitas program peningkatan keamanan pangan yang ada, dan 7 memberikan informasi untuk menyusun formulasi kebijakan kesehatan tentang keracunan pangan BPOM, 2001. Kegiatan surveilan harus dilakukan terus menerus dan berkesinambungan dengan tujuan untuk mengetahui tren, tindak lanjut kebijakan, dan evaluasi kebijakan sehingga dengan demikian dapat dilakukan tindakan pencegahan maupun penanggulangan KLB yang tepat. Sumber informasi penting dalam surveilan keamanan pangan berasal dari surveilan KLB keracunan pangan dan surveilan pada rantai pangan Rahayu dan Sparringa, 2011. Hasil kegiatan surveilan dituliskan dalam sebuah laporan yang merupakan data KLB keracunan pangan. Data ini kemudian digunakan sebagai dasar dalam membuat dan menetapkan suatu kebijakan tentang keamanan pangan. Data ilmiah tersebut sangat tergantung pada keberhasilan menghimpun informasi dari hasil surveilan KLB keracunan pangan. Menurut Arnold dan Munce 2000 diacu dalam Krisnovitha 2004, keberhasilan surveilan KLB keracunan pangan sangat ditentukan oleh 3 hal, yaitu: ketepatan waktu, kesiapan sumberdaya, dan koordinasi antara semua pihak yang terlibat.

3.8 Kendala-Kendala dalam Penyelidikan KLB Keracunan Pangan

Manajemen penyelidikan dan penanggulangan KLB keracunan pangan masih kurang baik, sehingga menimbulkan akibat menjadi beberapa kendala, diantaranya yaitu sebagai berikut: 1 lemahnya koordinasi antara lembaga atau pihak terkait, 2 kesalahan penanganan sampel, 3 ketidakjelasan mekanisme penyelidikan dan penanggulangan KLB keracunan pangan, 4 keterbatasan sumberdaya manusia, 5 keterbatasan laboratorium dalam analisis, dan 6 keterbatasan akses ke laboratorium rujukan Sparringa, 2002. 19 Kesalahan yang sering terjadi adalah keterlambatan pengamanan dan ketidaktepatan sampel yang dicurigai sebagai penyebab keracunan pangan. Selama ini, umumnya sampel yang diterima oleh laboratorium kurang memadai, akibatnya laboratorium tidak mampu menganalisis dengan baik. Hal ini sangat berkaitan dengan penanganan sampel saat di lapangan, sehingga pengambilan sampel harus diperhatikan. Sampel yang tidak memadai diantaranya, yaitu sebagai berikut: 1 sampel tidak cukup mewakili representatif, 2 jumlah sampel, 3 kondisi sampel tidak sesuai untuk dianalisis, 4 pengiriman sampel sering terlambat dan dalam kondisi yang tidak tepat, 5 informasi sampel dan penderita keracunan tidak ada, 6 sarana pengujian laboratorium tidak lengkap Tahir et al., 2002. Kendala lain dalam penyelidikan KLB keracunan pangan adalah kurangnya kesadaran pemerintah daerah terhadap tanggung jawabnya menangani KLB keracunan pangan. Dalam era otonomi daerah, pihak yang bertanggung jawab melaksanakan penyelidikan dan penanggulangan KLB keracunan pangan di wilayah kabupaten atau kota yang bersangkutan adalah pemerintah daerah kabupaten atau kota. Menurut Peraturan Pemerintah No.40 tahun 1991, tentang “Penanggulangan Wabah Penyakit Menular”, bupati atau walikota adalah penanggung jawab operasional pelaksanaan penanggulangan wabah, termasuk KLB keracunan pangan Depkes, 2003. Begitu pula dengan sumberdaya dan dana untuk penyelidikan dan penanggulangan yang juga merupakan tanggung jawab kepala daerah setempat. Salah satu unit kesehatan yang ditanggung oleh tiap daerah adalah puskesmas. Oleh karena itu, setiap puskesmas di daerah berhak mendapatkan alokasi dana yang memadai untuk menjalankan tugasnya. Hal ini telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 008 MENKES SKI 2012 Menkes, 2012.

3.9 Puskesmas