58
4.12. Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku
Metode yang telah dilakukan oleh perusahaan secara aktual dapat dibandingkan dengan metode EOQ. Dengan mengetahui hasil perbandingan,
perusahaan akan mengetahui metode mana yang akan menghasilkan biaya paling minimum, yang berarti merupakan metode persediaan yang lebih efektif
bagi perusahaan yang bila diterapkan akan menghasilkan keuntungan yang terbesar. Perbandingan tersebut disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku antara Kondisi Aktual Perusahaan dan Metode EOQ
Uraian Tepung Terigu
Tepung Tapioka Total
RpTahun RpTahun
RpTahun I. Aktual Perusahaan
1. Biaya Pemesanan
8.411.988 17
452.568 12
2. Biaya Penyimpanan
40.897.628 83
3.300.417 88
3. Biaya Persediaan
1+2 49.309.616
100 3.752.985
100
Total Biaya Persediaan 53.062.601
II. Metode EOQ 4. Biaya
Pemesanan 11.916.983
31 791.994
23 5. Biaya
Penyimpanan 26.462.136
69 2.608.980
77 6. Biaya
Persediaan 4+5
38.379.119 100
3.400.974 100
Total Biaya Persediaan 41.780.093
III. Penghematan 7. Biaya
Pemesanan 1- 4
-3.504.995 32
-339.426 46
8. Biaya Penyimpanan
2-5 14.435.492
68 691.437
54 9. Biaya
Persediaan 7+8
10.930.497 100
352.011 100
Total Penghematan 11.282.508
59
Pada Tabel 12 ditunjukkan bahwa perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp 11.282.508
per tahun secara keseluruhan atau 21 lebih rendah dari biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan jika perusahaan
menggunakan metode EOQ. Untuk kedua bahan baku yaitu tepung terigu dan tepung tapioka, penghematan terbesar terjadi pada biaya penyimpanan. Pada
tepung terigu, penghematan terjadi sebanyak Rp 10.930.497 per tahun,
sedangkan pada tepung tapioka terjadi penghematan sebanyak Rp 352.011 per tahun. Pada kedua bahan baku, biaya pemesanan dengan metode EOQ
menghasilkan biaya pemesanan yang lebih besar, hal ini disebabkan oleh karena frekuensi pemesanan yang dilakukan untuk memesan tepung terigu dan
tepung tapioka dengan metode EOQ lebih sering dibandingkan dengan metode yang telah digunakan oleh perusahaan selama ini.
Perusahaan menetapkan frekuensi pemesanan yang relatif sedikit, yaitu 12 kali selama satu tahun untuk tepung terigu dan 8 kali untuk tepung tapioka,
sedangkan metode EOQ mengharuskan perusahaan melakukan pemesanan sebanyak 17 kali untuk tepung terigu dan 14 kali untuk tepung tapioka. Hal ini
disebabkan oleh karena perusahaan tidak mau mengambil risiko kehabisan persediaan bahan baku dan ingin mempertahankan tingkat persediaan yang
tinggi guna menjamin proses produksi dapat terus berlangsung. Dalam hal ini, risiko keusangan bahan baku tidak terlalu mempengaruhi perusahaan oleh
karena sifat bahan baku yang tidak mudah rusak atau relatif tahan lama, yaitu dengan umur simpan yang dapat mencapai satu tahun bila bahan baku tetap
tertutup dalam kemasan dan dengan suhu sekitar 26-27 ÂșC dalam gudang
penyimpanan. Dibandingkan dengan metode yang digunakan perusahaan, terlihat bahwa
metode EOQ memberikan biaya persediaan yang lebih rendah. Biaya pemesanan maupun biaya penyimpanan dengan metode EOQ tidak terletak
pada ekstrem tertinggi maupun terendah, dengan kata lain komposisi antara kedua biaya tersebut seimbang. Kombinasi frekuensi dan jumlah bahan baku
yang dipesan yang optimal menimbulkan biaya yang lebih sedikit, artinya lebih
60
efisien. Perusahaan mampu menghemat dana yang dikeluarkan untuk biaya persediaan, sehingga kelebihan dana dapat digunakan atau diinvestasikan ke
bagian lain yang membutuhkan yang pada akhirnya akan meningkatkan laba atau keuntungan perusahaan.
4.13. Titik Pemesanan Kembali Reorder Point dan Persediaan Pengaman