Latar Belakang Mempelajari Sistem Pengendalian Bahan Baku Mi Instan di PT Jakarana Tama

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi, teknologi, dan aktivitas pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat, menyebabkan perubahan dalam pola konsumsi masyarakat yang menginginkan pemenuhan kebutuhan makanan yang lebih praktis dan efisien dimana jenis makanan dan minuman instan dan siap saji menjadi alternatif pilihan yang sesuai. Karakteristik demikian terdapat pada produk makanan seperti mi instan, bubur instan, dan kopi instan. Mi instan adalah produk pangan yang populer di kalangan masyarakat Indonesia. Mi instan bermetamorfosis dari sebuah produk lauk pauk menjadi produk pangan pengganti makanan pokok atau nasi yang paling praktis dan mudah diterima oleh selera masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, permintaan akan produk mi instan terus meningkat. Permintaan produk mi instan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam periode lima tahun, dari tahun 1998 sampai 2002, konsumsi produk mi instan meningkat dari 462.900 ton pada tahun 1998 menjadi 783,8 juta ton pada tahun 2002 atau 31 bungkus konsumsi per kapita pada tahun 1998 menjadi 49 bungkus pada tahun 2002 www.goliath.com. Pasar mi instan juga membumbung dengan tinggi dari tahun ke tahun. Hingga tahun 2007, perputaran bisnis mi instan diperkirakan mencapai 11 trilyun rupiah dan terus menerus meningkat www.swa.com. Data tersebut menarik banyak perusahaan untuk memasuki industri mi instan ini. Terdapat ratusan perusahaan yang memproduksi mi instan. Beberapa diantaranya berhasil memonopoli pasar mi instan, seperti PT Indofood Sukses Makmur yang memproduksi mi instan dengan merek antara lain Indomie dan Supermi, juga PT Sarimi Asli Jaya yang memproduksi mi instan Sarimi. Namun, setelah monopoli tepung dari Bogasari dihilangkan pada tahun 2000, bermuncullah merek-merek baru, seperti Mie Sedaap Group Wings; Kare, 2 Selera Rakyat Group Orang Tua; ABC PT ABC President; Gaga 100 PT Jakarana Tama; dan sebagainya. PT Jakarana Tama merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi mi instan. Selain produk mi instan, PT Jakarana Tama juga memproduksi beberapa produk olahan, seperti bumbu nasi goreng, saus, kecap, dan produk ikan dalam kaleng. Produk mi instan yang diproduksi oleh PT Jakarana Tama tidak hanya dikonsumsi oleh konsumen dalam negeri tetapi juga diekspor ke luar negeri untuk dapat dikonsumsi oleh konsumen di Malaysia, Nigeria, Madagaskar, dan Mesir. Sampai saat ini, PT Jakarana Tama memproduksi mi instan dengan enam macam merek dagang untuk pasar dalam negeri dan 15 macam merek dagang untuk pasar ekspor. PT Jakarana Tama mulai memasuki industri mi instan pada tahun 1993. Perusahaan mulai melakukan kegiatan produksi di pabrik yang berlokasi di Ciawi, Bogor dan meluncurkan produk mi instan pertamanya dengan merek Michiyo. Semakin banyaknya perusahaan yang masuk ke dalam industri, mengakibatkan semakin ketatnya persaingan dalam industri. Semakin ketatnya persaingan memaksa setiap perusahaan, termasuk PT Jakarana Tama untuk mempertahankan dan meningkatkan posisi kompetitifnya. Perusahaan perlu meningkatkan kinerja pada setiap divisi dan tingkatan operasional mereka untuk mempertahankan dan meningkatkan posisi kompetitifnya. Selain itu, perusahaan juga harus mampu mengelola aktivitasnya dengan mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan, yaitu sumber daya manusia, pemasaran, keuangan, teknologi dan informasi, serta produksi dan operasi. Keunggulan kompetitif perusahaan dapat diraih apabila fungsi-fungsi dari berbagai bidang yang bekerja dalam perusahaan berjalan dengan baik. Berbagai bidang yang ada dalam perusahaan saling terkait antara satu dan yang lainnya. Apabila fungsi-fungsi tersebut bekerja secara optimal, maka perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. 3 Fungsi produksi dan operasi memegang peranan yang sangat penting dalam kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini disebabkan karena hampir 50-60 persen kegiatan perusahaan merupakan aktivitas produksi dan operasi Render dan Heizer, 2005. Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan berbagai hal yang akan membantu kelancaran proses produksi sehingga dapat mencapai tujuannya. Salah satu hal yang menentukan kelancaran proses produksi adalah tahap pengelolaan persediaan. Persediaan merupakan salah satu aset termahal bagi banyak perusahaan dan berjumlah sekitar 50 persen dari total modal yang ditanamkan Render dan Heizer, 2005. Oleh karena itu, manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam menentukan jalannya perusahaan dan dalam menetapkan keunggulan kompetitif jangka panjang. Perusahaan- perusahaan produk pangan khususnya sangat memerlukan manajemen persediaan bahan baku yang baik. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar bahan baku yang digunakan adalah bahan baku yang mudah rusak dan memiliki harga yang berfluktuatif di pasaran serta memiliki beberapa klasifikasi yang berbeda. Beberapa alasan yang telah dikemukakan sebelumnya mengharuskan produsen mi instan untuk memiliki manajemen persediaan bahan baku yang tepat, yaitu manajemen persediaan bahan baku yang efektif dan efisien bagi perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, menentukan model pengendalian persediaan bahan baku yang tepat merupakan hal yang sangat penting dan krusial bagi kelangsungan hidup perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pangan. Pengendalian persediaan bahan baku yang tepat juga sangat diperlukan mengingat persediaan mempunyai efek langsung terhadap keuntungan dan keunggulan perusahaan. Pada satu sisi, sebuah perusahaan dapat menurunkan biaya dengan mengurangi persediaan. Pada sisi lain, produksi dapat terhenti dan pelanggan menjadi tidak puas ketika pesanannya tidak tersedia. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mengatur keseimbangan antara investasi persediaan dan 4 layanan pelanggan. Perusahaan tidak akan pernah dapat mencapai strategi biaya rendah tanpa manajemen persediaan yang baik. Beberapa kerugian yang timbul apabila jumlah bahan baku yang tersedia terlalu besar adalah biaya penyimpanan atau pergudangan persediaan bahan baku tinggi, sehingga dapat mengurangi dana investasi di bidang lainnya. Selain itu, bila bahan baku memiliki risiko kerusakan yang tinggi, maka semakin besar jumlah kerusakan yang terjadi, perusahaan pun harus menanggung kerugian yang lebih besar. Hal lainnya adalah apabila terjadi penurunan harga barang yang diproduksi perusahaan, maka jumlah persediaan yang besar akan sangat merugikan perusahaan. Beberapa kerugian yang terjadi apabila perusahaan mempunyai persediaan bahan baku yang terlalu sedikit adalah sering terjadinya kekurangan bahan baku dalam proses produksi. Hal ini akan mengakibatkan tidak lancarnya proses produksi, sehingga kualitas dan kuantitas produk akhir perusahaan tidak akan stabil. Persediaan bahan baku yang terlalu kecil akan menyebabkan frekuensi pembelian bahan baku perusahaan tinggi. Terlalu seringnya perusahaan dalam melakukan pembelian bahan baku akan meningkatkan biaya pembelian. PT Jakarana Tama sebagai salah satu produsen mi instan juga sangat membutuhkan pengendalian persediaan yang tepat. Seperti sebagian besar perusahaan produsen mi instan lainnya, PT Jakarana Tama menghadapi tanatangan yang sama untuk dapat menerapkan sistem pengendalian persediaan yang paling efisien dan efektif sehingga akan dapat mempertahankan bahkan meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dalam industri mi instan ini. Oleh karena itu, penelitian mengenai pengendalian persediaan bahan baku ini cocok dan dibutuhkan oleh perusahaan untuk menentukan apakah perusahaan telah menerapkan model pengendalian persediaan yang tepat. 5

1.2. Perumusan Masalah