16
Tabel 2. Hasil Analisa Kimia Daging Kepiting dan Rajungan Jenis Komoditi
Protein Lemak
Air Abu
Kepiting Jantan 11,45
0,04 80,68
2,45 Kepiting Betina
11,90 0,28
82,85 1,08
Rajungan Jantan 16,85
0,10 78,78
2,04 Rajungan Betina
16,17 0,35
81,27 1,82
Sumber : BBPMHP 1995
Rajungan banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan bagi manusia dan sebagai salah satu sumber protein hewani. Rajungan biasanya tersedia dalam
bentuk segar, beku, dan bentuk olahan daging rajungan dalam kaleng yang kaya akan protein. Tangko dan Rangka 2009 menyatakan bahwa cangkang dan kepala
rajungan dapat dibuat kitosan yang bisa berfungsi sebagai bahan pengawet.
2.3 Tangkap Lebih
Overfishing
Menurut Fauzi 2010, overfishing pada hakikatnya adalah penangkapan ikan yang melebihi kapasitas stok sumberdaya, sehingga kemampuan stok untuk
memproduksi pada tingkat Maximum Sustainable Yield MSY menurun. Penggunaan poin referensi MSY ini memang tidak bersifat mutlak karena bisa
juga digunakan poin referensi lainnya seperti MEY atau poin referensi yang disepakati pengelola perikanan lainnya. Memang belakangan banyak perdebatan
mengenai poin referensi ini sehingga pengertian overfishing pun kemudian secara lebih rinci dipilah lagi menjadi overfishing secara biologi biological overfishing
dan overfishing secara ekonomi economic overfishing. Tangkap lebih secara ekonomi atau economic overfishing pada hakikatnya
adalah situasi dimana perikanan yang semestinya mampu menghasilkan rente ekonomi yang positif, namun ternyata menghasilkan rente ekonomi yang nihil
oleh karena pemanfaatan input effort yang berlebihan Fauzi, 2010.
2.4 Kapasitas Lebih
Overcapacity
Masalah perikanan lainnya yang cukup serius adalah adanya fenomena kapasitas lebih atau overcapacity. Hal ini terjadi karena investasi yang tidak
17 terkendali dalam perikanan serta sifat dari “open access” dalam pengelolaan
perikanan. Pascoe dan Greboval 2003 lebih lanjut melihat beberapa pemicuterjadinya kapasitas lebih ini antara lain Fauzi,2010:
1. Harga ikan yang relatif inelastis dianggap dapat mengkompensasi penurunan
sumberdaya. 2.
Dampak dari penambahan wilayah laut dan kebijakan nasional perikanan serta subsidi besar-besaran pada sektor perikanan.
3. Kapasitas perikanan yang relatif mobile yang menyebabkan ekses kapital bisa
dipindahkan dari satu armada ke armada lainnya. 4.
Perubahan pola industri perikanan yang cenderung global dan menuntut industri bersifat kompetitif dan capital intensive.
5. Kegagalan kebijakan perikanan secara umum.
Dalam perspektif ekonomi, overcapacity merupakan pemborosan sumberdaya karena input yang digunakan tidak semestinya untuk menangkap ikan
pada produksi tertentu. Sehingga keuntungan tidak maksimum, biaya juga tidak minimum dan masyarakat secara umum tidak memperoleh manfaat maksimal dari
sumberdaya ikan.
2.5 Aspek-aspek Dalam Mengevaluasi Proyek