Risiko Hukum Risiko Strategik

4.2.2 Risiko Hukum

Risiko hukum muncul akibat adanya cessie sebagai jaminan atas pengalihan piutang dari anggota koperasi kepada koperasi karyawan. Jaminan cessie ini ternyata lemah dimata hukum karena tidak bersifat kebendaan dan disclousure. Untuk mengatasi risiko hukum atas adanya jaminan cessie ini, pihak BMI bekerja sama dengan notaris setempat untuk melakukan penguatan jaminan dimata hukum yakni dengan membuat back-up atas jaminan cessie ini dengan jaminan fiducia yang didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fiducia KPF. Notaris juga berfungsi untuk membantu menyempurnakan proses pengikatan agar berlangsung dengan sempurna. Pengikatan harus dilakukan dengan sempurna karena akan sangat memengaruhi perjanjian dalam proses pelunasan pinjaman di masa mendatang.

4.2.3 Risiko Strategik

Risiko strategik muncul akibat adanya ketentuan executing dalam pembiayaan anggota koperasi. Executing adalah pemisahan hubungan secara langsung antara pihak BMI dengan anggota koperasi. Dalam hal ini pihak Kopkar yang menjadi jembatan penghubung antara BMI dengan para anggota koperasi yang mengajukan pembiayaan. Kopkar berperan sebagai executing agent yang bertanggungjawab penuh atas proses pengajuan pembiayaan hingga pelunasan pembiayaan. Hal ini tentu saja lebih berisiko bagi BMI, karena yang diindikasikan dapat melakukan wanprestasi ada dua, yakni Kopkar dan anggota koperasi. Untuk anggota koperasi, kemungkinan mereka tidak membayar angsuran adalah sangat minim karena angsuran dipotong langsung dari gaji karyawan. Jika anggota koperasi ini tidak membayar angsuran maka yang bertanggungjawab penuh untuk membayar adalah Kopkar. Pada beberapa kasus dalam penelitian ini, ternyata justru berpotensi melakukan wanprestasi adalah Kopkar. Dana yang telah terkumpul dari para anggota koperasi ternyata ada yang digunakan untuk keperluan lain, seperti pembiayaan proyek instansi atau penyelewengan dana angsuran oleh oknum pengelola Kopkar. Pembiayaan macet yang disebabkan oleh penyalahgunaan dana untuk keperluan proyek perusahaan dan ternyata rugi sehingga menyebabkan proses pembayaran angsuran pembiayaan menjadi macet, dapat diatasi dengan melakukan rescheduling, reconditioning, dan restructuring. Rescheduling atau penjadwalan kemblii dilakukan dengan merubah jadwal pembayaran dan memperpanjang jangka waktu pembayaran angsuran. Reconditioning atau persyaratan kembali dilakukan dengan merubah beberapa persyaratan lain sepanjang tidak merubah maksimum saldo kredit. Persyaratan ini misalnya durasi penyelesaian kredit yang bisa diperpanjang akibat adanya tunggakan dan perjanjian bahwa dana yang angsuran anggota koperasi harus langsung disetorkan ke BMI. Selain itu, membuat perjanjian ulang atas nominal dana angsuran yang harus disetor jadwal angsur karena terjadi perubahan durasi dan jumlah angsuran pasca tunggakan. Restrukturisasi biasanya dilakukan dengan menurunkan nisbah bagi hasil pembiayaan dengan cara melakukan perhitungan ulang atas pokok pinjaman yang belum lunas disesuaikan dengan durasi pinjaman.

4.2.4 Risiko Kredit