2.5.6 Expected Loss
Menurut Jorion 2005, expected loss adalah kerugian yang dapat diperkirakan akan terjadi. Perkiraan ini timbul berdasarkan data historis
munculnya credit events. Untuk mengatasi kejadian expected loss bank telah melakukan pencadangan modal yang diperoleh dari pengenaan provisi kepada
debitur dan dari Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP.
2.5.7 Unexpected Loss
Unexpected loss merupakan kerugian yang mungkin terjadi pada debitur tertentu yang diukur dengan mengambil nilai kerugian maksimum pada tingkat
keyakinan yang dipilih, misalnya 95 berarti hanya ada 5 kemungkinan bahwa kerugian akan melebihi nilai unexpected loss dan unexpected loss ini
dianggap sebagai ukuran VaR Saunders, 2002. Sounders 2002 menjelaskan bahwa bila bank sudah memiliki
unexpected loss maka bank harus segera meng –cover unexpected loss dengan
modal bank. Unexpected loss dihitung dengan menggunakan nilai percentile yang dipilih berdasarkan pilihan proyeksi yang telah ditentukan sebelumnya,
misalnya 95. Untuk mengantisipasi unexpected loss yang mungkin timbul dalam suatu bisnis, diperlukan economic capital.
2.5.8 Economic capital
Menurut Credit Suisse First Boston CSFB, 1997, hasil akhir dari CreditRisk
+
dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat economic capital required. Economic capital dapat digunakan untuk menutup risiko akibat
unexpected loss. Unexpected loss dapat terjadi dalam kondisi normal dan tidak normal. Kondisi normal adalah keadaan dimana kerugian yang terjadi adalah di
bawah rata-rata kerugian yang telah dicadangkan oleh bank. Dalam kondisi tidak normal jumlah kerugian yang terjadi lebih besar dari maksimum kerugian
yang telah diperkirakan pada kondisi normal. Menurut Saunders 2002, economic capital adalah modal yang disiapkan
dalam mengantisipasi berapa besarnya kerugian yang harus di-cover oleh bank.
2.5.9 Validasi dengan backtesting
Backtesting adalah suatu model statistik di mana data diverifikasi apakah kondisi aktual sama dengan kondisi yang diproyeksikan. Pengukuran risiko
dengan menggunakan internal rating base approach mengharuskan dilakukan pengujian backtesting dan validasi model secara rutin agar ketepatan
pengukuran risiko tetap dapat dipertanggungjawabkan Jorion, 2001. Menurut Jorion 2005, dalam pengukuran risiko dengan menggunakan
internal rating base approach, Basel Committee mengharuskan untuk dilakukan pengujian backtesting dan validasi model harus dilaksanakan secara
rutin agar ketepatan pengukuran risiko tetap dapat dipertanggungjawabkan, hal ini dilakukan agar dalam penggunaan metode pengukuran risiko dapat
diketahui seberapa besar keakuratan suatu model yang dipakai dengan uji statistik. Metode Backtesting ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah
kesalahan failure rate yang terjadi dibandingkan dengan jumlah data. Apabila suatu model yang digunakan setelah dilakukan pengujian, ternyata keakuratan
untuk mengukur risiko kredit tidak bisa digunakan maka manajemen perbankan harus menggunakan pendekatan metode yang lain untuk mengukur
risiko yang lebih akurat.
2.6. Hasil Penelitian Terdahulu