Recovery Rate Expected Loss dan Unexpected Loss

Secara lengkap, pembagian band untuk tahun 2009, 2010, dan 2011 masing –masing disajikan pada Lampiran 5. Berikut akan disajikan Tabel 7. yang merangkum nilai credit exposure at default per band periode Desember 2009 sampai dengan Desember 2011. Tabel 7. Komposisi credit exposure at default per band BMI Cabang Bogor 2009-2011 Band 2009 2010 2011 10 juta 306.526.780 133.616.504 133.616.504 100 juta - - - 1 miliar - - - Jumlah 306.526.780 133.616.504 133.616.504 Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor, diolah BMI 2012 Berdasarkan Tabel 7. terlihat bahwa exposure at default untuk tahun 2009, 2010, dan 2011 berada dalam kelompok band Rp 10 juta, dengan nilai persentase masing –masing 100. Artinya, selama periode tiga tahun terakhir jumlah pembiayaan yang mengalami default berada dalam range terendah dan hal ini sesuai dengan sifat CreditRisk + yang memang tepat jika diaplikasikan dalam kasus default pembiayaan dengan nilai rendah. Komposisi pembiayaan yang default pada Tabel 7. tersebut merupakan akumulasi dari masing –masing default per account.

4.3.3 Recovery Rate

Recovery rate adalah jumlah pengembalian atas sisa tunggakanangsuran pembiayaan anggota koperasi yang dinyatakan default. Ketika debitur dinyatakan default maka kerugian yang dialami oleh BMI adalah sejumlah dana yang macet tersebut. Sumber dana pengembalian yang digunakan dalam perhitungan recovery rate berasal dari cash collateral nasabah yang tersimpan dalam tabungan di BMI. Cash collateral hanya berlaku untuk pembiayaan anggota koperasi yang disalurkan kepada KBMT. Pembiayaan anggota koperasi yang disalurkan kepada Kopkar tidak menggunakan jaminan cash collateral maupun fix asset karena perjanjian jaminannya berupa cessie, sehingga tanpa agunan. Untuk perhitungan recovery rate pada penyaluran pembiayaan anggota koperasi, dapat langsung dilihat pada cash collateral yang ada dalam rekening KBMT di BMI yang digunakan sebagai jaminan. Pihak BMI menetapkan cash collateral senilai 20 dari plafond pembiayaan yang disalurkan ke KBMT. Khusus untuk pembiayaan anggota koperasi pada Kopkar dengan cessie, BMI menetapkan kebijakan pemblokiran satu kali angsuran di awal. Hal ini dilakukan sebagai tindakan penyehatan Kopkar jika nantinya mengalami tunggakan untuk sekali anggsuran. Akibat pemblokiran satu kali angsuran di awal pencairan dana pinjaman ini adalah kurangnya jumlah dana yang diterima oleh Kopkar diantaranya karena ada biaya administrasi bank, asuransi, dan blokir satu kali angsuran. Pada kasus pembiayaan anggota koperasi yang diteliti, didapatkan data berupa default pembiayaan yang terjadi hanya pada Kopkar dengan sistem cessie tanpa jaminan fix asset maupun cash collateral. Hal ini menyebabkan nilai recovery rate atas pembiayaan untuk Kopkar menjadi tidak ada karena tidak ada agunan yang dijaminkan. Akan tetapi, di awal perjanjian pembiayaan telah disepakati bahwa akan dilakukan satu kali blokir pada angsuran pertama. Angsuran pertama inilah yang dijadikan sebagai recovery rate pembiayaan jika suatu hari terjadi kemacetan angsuran. Dengan demikian, diharapkan nasabah dapat terbebas dari satu kali angsuran yang gagal bayar selama satu bulan dan dapat mempersiapkan kembali sisa angsuran untuk bulan berikutnya. Berikut Tabel 8. yang menunjukkan jumlah recovery rate periode tahun 2009 hingga 2011 yang telah dilakukan oleh BMI di awal pembiayaan. Tabel 8. Komposisi recovery rate per band BMI Cabang Bogor 2009-2011 Band 2009 2010 2011 10 juta 68.163.405 23.948.438 23.948.438 100 juta - - - 1 miliar - - - Jumlah 68.163.405 23.948.438 23.948.438 Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor, diolah BMI 2012 Nilai recovery rate diambil dari pemblokiran setoranangsuran pertama setelah proses dropping dilakukan. Setiap pembiayaan yang disalurkan memiliki nilai recovery rate yang berbeda –beda karena yield yang digunakan pada awal perhitungan margin atas suatu pembiayaan juga berbeda. Berdasarkan Tabel 8. di atas, terlihat bahwa total recovery rate pada tahun 2009 lebih besar dibandingkan dengan dua tahun sesudahnya. Hal ini disebabkan oleh default pembiayaan pada tahun 2009 lebih besar dibandingkan tahun 2010 dan 2011, juga persentase recovery rate pada tahun 2009 rata –rata adalah 4 dari plafond pembiayaan dan 3 dari plafond pembiayaan pada tahun 2010 dan 2011. Sejak tahun 2009 hingga 2011 tidak pernah terjadi kemacetan pembiayaan oleh KBMT, sehingga tidak terdapat perhitungan recovery rate dari jaminan cash collateral karena angsuran pembiayaan berjalan lancar. Akan tetapi, kemacetan angsuran pembiayaan justru berasal dari Kopkar yang pembiayaannya tanpa jaminan karena sumber pengembalian pembiayaan berasal dari gaji pegawai. Dalam hal ini, pihak BMI tidak dapat melakukan tindakan hukum atau penagihan langsung kepada para anggota Kopkar karena masalah bukan berada pada anggota Kopkar yang tidak mau melakukan angsuran. Permasalahan ada pada pengurus Kopkar yang menyelewengkan dana angsuran anggota Kopkar untuk kepentingan pribadi maupun mendanai proyek instansiorganisasi yang ternyata mengalami kerugian. Masalah kemacetan pembiayaan pada tahun 2009 hingga 2011 yang disebabkan oleh Kopkar membuat BMI harus melakukan tutup buku terhadap Kopkar yang bermasalah tersebut. Meski secara formal telah dilakukan tutup buku write off, tapi dalam kenyataannya account manager dan bagian remedial tetap melakukan penagihan secara informal dengan cara memantau kegiatan nasabah bermasalah tersebut dan menjalin hubungan baik. Penagihan secara „halus‟ dilakukan secara kontinu agar nasabah yang bersangkutan mau membayar sisa pinjaman yang belum lunas. Jika memang terpaksa tidak dapat dikembalikan sisa angsuran pembiayaan maka BMI benar –benar telah mengalami kerugian akibat pembiayaan yang lost tersebut.

4.3.4 Loss Given Default