Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 58PBI2003 tentang Penerapatan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, menyatakan bahwa risiko kredit diartikan
sebagai risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Berdasarkan counterparty, risiko kredit dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu: 1.
Risiko kredit pemerintahan sovereign credit risk, yaitu risiko kredit yang berhubungan dengan pemerintah yang tidak mampu membayar pokok dan
bunga pinjaman saat jatuh tempo, terutama pinjaman bilateral antar negara. 2.
Risiko kredit korporat corporate credit risk, yaitu risiko gagal bayar dari perusahaan yang menerbitkan surat utang, gagal bayar dari perusahaan yang
telah memperoleh kredit, serta gagal bayar dari perusahaan memperoleh penyertaan modal. Risiko korporat lebih berisiko dan lebih sering terjadi di
bank. 3.
Risiko kredit konsumen retail customer credit risk, adalah risiko kredit yang terkait dengan ketidakmampuan debitur perorangan dalam menyelesaikan
pembayaran kreditnya.
2.4.1 Jenis –jenis Risiko Pembiayaan
Martono 2010 menyebutkan bahwa risiko usaha bank dapat dibagi menjadi enam, yakni:
1. Risiko kredit default risk, merupakan suatu risiko akibat kegagalan atau
ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditentukan atau dijadwalkan. 2.
Risiko investasi investment risk, berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian akibat suatu penurunan nilai pokok portofolio surat
–surat berharga, misalnya: obligasi dan surat berharga lainnya yang dimiliki bank.
3. Risiko likuiditas liquidity risk, adalah risiko yang dihadapi bank untuk
memenuhi kebutuhan likuiditasnya dalam rangka memenuhi permintaan kredit dan semua penarikan dana oleh penabung pada suatu waktu.
4. Risiko penyelewengan fraud risk, adalah risiko yang berkaitan dengan
kerugian yang terjadi akibat ketidakjujuran, penipuan atau moral dan perilaku yang kurang baik dari pejabat, karyawan, dan nasabah.
5. Risiko operasional operational risk, merupakan risiko ketidakpastian
mengenai usaha bank yang bersangkutan. Risiko operasional bank dapat berasal dari kemungkinan kerugian dari operasional bank bila terjadi
penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasaproduk baru yang
diperkenalkan. 6.
Risiko fidusia fiduciary risk, akan timbul apabila bank dalam usahanya memberikan jasa bertindak sebagai wali amanat baik untuk individu
maupun badan usaha. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 58PBI2003 tentang
Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4292, risiko perbankan dibagi menjadi delapan, yakni risiko kredit, pasar, likuiditas, operasional, kepatuhan, hukum, reputasi, dan strategik.
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur danatau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Risiko pasar adalah risiko pada
posisi neraca dan rekening administratif. Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari
sumber pendanaan arus kas danatau dari aset liquid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.
Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan danatau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, danatau
adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi danatau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum danatau kelemahan aspek
yuridis. Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap rank. Risiko
strategik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan danatau pelaksanaan keputusan strategik.
2.4.2 Risiko Pembiayaan dengan Jaminan Cessie